Jumat, 15 Agustus 2014

PEDULI KETERSEDIAAN DAN PENGELOLAAN AIR : MULAI DARI DIRI SENDIRI

Air merupakan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup baik itu tumbuhan, hewan dan manusia. Bagi manusia, air merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Secara umum manusia menggunakan air untuk keperluan rumah tangga, pertanian, industri, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Aktivitas rumah tangga lain yang membutuhkan air diantaranya, air minum, memasak, mandi, mencuci dan membersihkan rumah, misalnya mengepel atau membersihkan kendaraan.

tips memotret tetesan air

Disisi lain, pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu menyebabkan kebutuhan air meningkat bahkan melebihi ketersediaannya. Hal ini menyebabkan kelangkaan sumber daya air terutama air bersih. Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan akses air bersih pada tahun 2010 telah mengalami penurunan kira-kira sebesar 7 %. Oleh karena itulah diperlukan kesadaran dan keterlibatan manusia dalam ketersediaan dan pengelolaan sumber daya air.

Kesadaran untuk peduli ketersediaan dan pengelolaan air merupakan tanggung jawab bersama dan dapat dimulai dari diri sendiri. Kita bisa memulainya dalam lingkup keluarga di sekitar kediaman. Setiap keluarga pasti memimpikan dan menginginkan hunian yang layak. Hunian yang layak seharusnya juga memikirkan ketersediaan dan pengolaan sumber daya air.

Konsep hunian layak yang peduli dengan ketersediaan air, tengah kami upayakan untuk rumah tinggal yang kami bangun. Kondisi lingkungan tempat tinggal kami, tidak ada selokan pembuangan air dan belum ada air PDAM. Beberapa hal yang kami persiapkan untuk rumah tinggal dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, diantaranya adalah:

1. Menyediakan ruang hijau dengan tidak menghabiskan luas lahan untuk bangunan rumah.

Seyogyanya 30 % dari luas lahan dialokasikan untuk ruang hijau yang berguna bagi resapan air. Namun ketersediaan dana dan lahan yang semakin sempit membuat kita melupakan ruang hijau. Sebagian besar rumah dibangun dengan menghabiskan luas lahan. Kami menyediakan ruang hijau yang berguna sebagai resapan air. Bagian depan rumah dan belakang rumah kami sediakan lahan untuk ruang hijau yang nantinya akan kami tanami dengan pohon dan tanaman sayuran.


dokumen pribadi

2. Membuat tiga sumur resapan di depan rumah.

Air tanah merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kehidupan terutama manusia. Kami juga mengandalkan air tanah untuk sumber air, karena air PDAM belum masuk di lingkungan rumah. Oleh karena itu kami juga harus memikirkan kelestarian air tanah dengan mempertahankan kuantitas air tanah melalui sumur resapan. Jarak antara sumur resapan dan sumber air lebih dari 10 meter. Sumur resapan memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

a. Menambah jumlah air tanah sehingga diharapkan fluktuasi permukaan air tanah waktu musim hujan dan musin kemarau tidak terlalu tajam.

b. Mengurangi jumlah limpasan permukaan sehingga mencegah banjir. Air hujan yang semula jatuh ke permukaan genteng, tidak langsung menglir ke halaman rumah, namun dialirkan melalui seng dan ditampung ke dalam sumur resapan.


Letak sumur resapan di depan pintu ruang tamu hingga jendela kamar

3. Membuat biopori.

Setelah rumah tinggal selesai dibangun, langkah selanjutnya kami akan membuat biopori di pekarangan. Biopori adalah lubang- lubang yang terbentuk di dalam tanah karena aktivitas organisme di dalamnya, baik berupa akar tanaman, cacing dan hewan-hewan lainnya. Lubang-lubang tersebut terisi udara dan dapat menjadi tempat berlalunya air. Semakin banyak lubang maka semakin besar kemampuan tanah untuk meresapkan air di atasnya sehingga mengurangi genangan air di permukaan tanah.


Kita dapat membuat biopori secara buatan dengan membuat lubang sedalam 80-100 cm dan berdiameter 10-15 cm. Jarak antara lubang sebaiknya 50-100 cm dan setiap luas lahan pekarangan 50 m dibutuhkan 10 lubang. Isi lubang dengan sampah organik, seperti dedaunan dan rumput.

Selain tiga hal di atas, kami juga membuat lubang udara, jendela yang cukup banyak dan lebar dan atap kaca. Hal ini dilakukan agar rumah mendapatkan aliran udara yang cukup sehingga kondisi di dalam rumah adem dan tidak membutuhkan AC. Pencahayaan di dalam rumah diupayakan juga optimal sehingga minim penggunaan lampu terutama di siang hari. Penghematan listrik kami lakukan sebagai bagian dari upaya penghematan air juga.

Tak cukup dengan membangun hunian yang layak, sikap dan perilaku perduli dengan lingkungan, ketersediaan dan pengelolaan air juga perlu dilakukan oleh anggota keluarga. Beberapa perilaku yang akan kami terapkan dan tanamkan terutama pada anak kami, diantaranya :

1. Buanglah sampah pada tempatnya
Mungkin perilaku ini tidak berhubungan secara langsung dengan ketersediaan air, namun tumpukan sampah dapat menyebabkan aliran air terhambat dan menyebabkan banjir. Sampah juga dapat mencemari air sehingga ketersediaan air bersih semakin minim.

2. Mematikan keran air saat tidak digunakan.
Mematikan keran air saat menggosok gigi, menyabuni badan atau menyabuni peralatan makan akan menghemat lebih dari 5 galon (18,5 liter) air per orang per hari. Kita bisa juga meminimalkan penggunaan air, misal menggosok gigi dengan menggunakan bantuan cangkir.


Menggosok gigi dengan cangkir

3. Mandi dengan menggunakan shower.
Mandi menggunakan shower lebih hemat daripada menggunakan gayung. Mandi dengan shower tidak lebih dari 5 menit dapat menghemat air 10 galon (37 liter) air per orang setiap kali mandi.

4. Menyiram tanaman di pagi atau sore hari
Menyiram tanaman di siang hari, membuat air menguap percuma. Sebaiknya menyiram tanaman di pagi atau sore hari, sehingga lebih banyak terserap oleh tanah.


5. Mendaur ulang air yang masih bisa digunakan.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggunakan air bekas cucian sayur, buah, daging atau ikan untuk menyiram tanaman. Menampung air hujan untuk mencuci kendaraan, peralatan berkebun dan sebagainya.

6. Memilih peralatan yang hemat listrik dan air.
Kita bisa memilih kloset yang menggunakan dua pembilasan air. Setiap sistem pembilasan bekerja sesuai dengan volume air yang dikeluarkan sehingga lebih hemat. Pilih juga mesin cuci yang hemat listrik dan air.

7. Isilah gelas minum secukupnya dan selalu habiskan air minum.


8. Cek pipa atau home appliances secara berkala sehingga kebocoran dapat langsung diketahui.

Masih banyak lagi perilaku peduli ketersediaan dan pengelolaan air yang dapat dilakukan. Hal yang paling penting adalah membawa sikap dan perilaku ini kemanapun kita berada, misalnya di kantor, sekolah atau pusat perbelanjaan.

Kita perlu menanamkan pemikiran bahwa air itu mahal melalui gerakan peduli ketersediaan dan pengelolaan air. Setiap orang bisa memulai dari sendiri dan menularkannya kepada orang lain untuk Indonesia yang lebih sehat.


Sumber

http://alamendah.org/2010/10/10/cara-hemat-air-di-rumah/

http://green.kompasiana.com/iklim/2012/09/21/efisiensi-pemakaian-air-melalui-perubahan-perilaku-individu-495248.html

http://resapanbiopori.blogspot.com/2013/05/langkah-langkah-membuat-biopori.html

http://www.unicef.org/indonesia/id/A8_-_B_Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.pdf

http://www.yusufabdurrohman.com/2013/11/cara-membuat-biopori.html




Jumat, 08 Agustus 2014

MENYAPIH DENGAN CINTA : ADEK MIMIK

Baru saja saya selesai menuliskan kisah tentang menyusui di bagian akhir. Eh, lebaran hari pertama ini Fatih sudah berhasil disapih tanpa menangis atau dipaksa. Mau tau ceritanya bagaimana saya menyapih Fatih dengan cinta? Yuk, saya mulai bercerita. Semoga bermanfaat bagi ibu-ibu lain yang tengah menyapih buah hati.


Jauh hari, bahkan ketika usia Fatih 1 tahun, saya sudah mulai membaca bagaimana cara menyapih dengan cinta. Lagi-lagi saya mencari ilmu di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Berdasarkan file dan diskusi ibu-ibu di AIMI ada beberapa hal penting buat saya dalam rangka menyapih Fatih, diantaranya :

·         Menyapih secara bertahap dan perlahan.

Saya mulai melakukan tahapan menyapih sejak usia Fatih 1,5 tahun. Selain dengan berkomunikasi, saya juga sudah berhenti memerah, jadi Fatih minum ASI hanya saat saya di rumah. Mendekati usia 2 tahun, saya juga hanya mau menyusui ketika berada di dalam kamar. Kalau Fatih meminta mimik di luar kamar, saya selalu mengajaknya ke dalam kamar dan menyampaikan malu kalau mimik di luar kamar, kelihatan yangti dan yangkung.

Mendekati usia 2 tahun, saya tidak pernah menawari Fatih mimik. Menolak juga tidak pernah, penolakan saya sampaikan pas usia 2 tahun. Biasanya penolakan saya sampaikan karena Fatih minta mimik berkali-kali, kalau penolakan tidak berhasil, saya memberi lagi dengan perjanjian sebentar saja.


·         Mengalihkan perhatian anak dengan berbagai kegiatan.

Seringkali Fatih minta mimik kalau saya sedang tidur-tiduran di kasur. Mungkin melihat saya tidak ada kegiatan, dia langsung minta mimik. Nah, saya biasanya trus mengalihkan perhatian dia dengan bertanya macam-macam, atau mengajak beraktifitas keluar kamar. Tapi kadang ya tidak selalu sukses, kalau dia masih ngotot, akhirnya saya susui juga meski dengan perjanjian sebentar saja ya.

·         Berkomunikasi dengan Fatih.

Meski Fatih mungkin masih belum memahami dan mengerti maksud saya menyudahi proses menyusui, tapi sejak usia 1,5 tahun, saya sudah mencoba mengkomunikasikan dengan Fatih.

Saya sounding dengan menyampaikan kepada Fatih “Kalau sudah 2 tahun, mas Fatih dah ga mimik sama Mama yah. Sudah berhenti, sudah stop mimiknya. Mas Fatih minum dari gelas saja ya. Kan sudah besar, sudah bisa makan yang macam-macam”. Reaksi Fatih awalnya cuma diam, atau bilang ya..ya..
Harapan saya, komunikasi secara berulang-ulang akan masuk ke dalam alam bawah sadar dan alam sadarnya hingga saatnya dia merasa siap untuk disapih.

·         Hindari menyapih saat anak sedang tidak sehat atau bersedih.

Dulu pas saya sudah hamil dan usia Fatih mendekati 2 tahun, dokter anak Fatih menyuruh sebaiknya disapih saja, kasihan janin dalam kandungan saya. Saya beralasan, dia kan lagi sakit, saat itu Fatih demam selama 3 hari, jadi tidak mungkin saya menyapih, kalau demam dia biasanya menempel dan sering minta mimik. Sebenarnya sih alasan saja, saya pengennya Fatih yang memutuskan sendiri untuk menyapih.

·         Tidak menyapih Fatih dengan mengganti media menyusu lainnya seperti dot.
Ada seorang teman yang menyarankan, besok kalau sudah 2 tahun dikasih dot saja kalau mau tidur. Wah, saya langsung mnolak ide tersebut. Sama saja menyelesaikan masalah dengan membuka masalah lain. Nanti saya malah repot lagi menyapih dot dari Fatih. Terlebih lagi, dari informasi yang saya peroleh dot tidak disarankan oleh dokter.

Saya tidak mentargetkan Fatih disapih tepat di usia 2 tahun, lebih-lebih dikit tak apalah. Harapan saya, Fatih sendirilah yang memutuskan untuk berpisah dari proses menyusui. Meski saya ketar ketir juga, kan adeknya pertengahan November sudah mau lahir.


Alhamdulillah lingkungan keluarga saya mendukung pemberian ASI dan tidak mendesak agar Fatih segera disapih. Paling banter yang dilakukan adalah menyarankan untuk segera disapih atau membantu dengan menyampaikan kepada Fatih kalau seharusnya dia sudah lepas dari mimik karena sudah 2 tahun, sudah besar dan sudah mau punya adik. Mungkin juga mudahnya dia disapih karena sudah ada calon adiknya hehehe…

Di usia 25 bulan 12 hari, tepat 1 Syawal 1435 H, hari Senin, 28 Agustus 2014, hingga menjelang tidur malam, Fatih tidak minta mimik sama sekali. Fatih hanya berujar, adek mimik, yang artinya, adeknya disuruh mimik *padahal masih di dalam perut* atau mimiknya buat adek.

Alhamdulillah sudah 12 hari Fatih lepas dari mimik. Seringkali dia bilang adek mimik, dan hari keempat Fatih bilang dadah mimik. Semoga kali ini dia benar-benar memutuskan untuk menyapih. Menyusui karena cinta dan menyapih dengan cinta. Selesai sudah tugas Mama menyusuimu Nak.

Blog Design by Handdriati