Senin, 13 April 2015

Perempuan Harus Berani Lebih Pintar

“Setelah lulus, rencanamu apa Riz?” tanya dosen pembimbing skripsi usai menandatangani revisi skripsi.

“Kalau Bapak saya, inginnya saya melanjutkan kuliah. Saya sendiri sih ingin kerja dulu Pak” jawab saya sambil menata lembaran tanda tangan.

“O.  Bu X sampai sekarang belum menikah juga. Saya sih membantu menjodohkan dia dengan mengenalkan ke teman-teman laki-laki. Agak sulit juga. Selain faktor umur yang terbilang tidak muda, gelar S2 membuat beberapa teman ciut. Saran saya sih, sebaiknya sebelum lanjut S2 kamu menikah dulu” nasihat dosen tempat saya berkonsultasi segala hal.

Waktu itu, saya hanya mengangguk saja mendengar nasihatnya. Saya berkesimpulan bahwa perempuan pintar dengan tingkat pendidikan tinggi malah sulit menemukan jodoh.

Dua bulan kemudian, saya satu bis dengan saudara laki-laki. Kami sempat berbincang mengenai melanjutkan kuliah.

“Kalau aku sih, seandainya pasanganku juga ingin melanjutkan S2, dia yang aku dahulukan untuk melanjutkan kuliah” ujarnya.

“Tidak masalah buatmu kalau pendidikan isteri lebih tinggi?”tanya saya ingat ucapan dosen beberapa waktu yang lalu.

“Tidak, justru aku senang punya isteri yang pendidikannya tinggi. Artinya anak-anakku dididik oleh ibu yang pintar. Kalau ibunya pintar, mudah-mudahan anaknya jadi pintar juga” alasannya.

Alasan yang masuk di akal. Urusan mendidik anak, biasanya lebih banyak dipegang oleh ibu. Umumnya ibulah yang lebih dekat dengan anak-anak. Mengandung, melahirkan dan menyusui yang merupakan kodrat ibu, tidak bisa digantikan oleh orang lain termasuk oleh ayah. Hal inilah yang membuat ibu menjadi obyek lekat anak.

Saya sepakat bahwa perempuan itu harus #beranilebih pintar. Tugas yang melekat atau dilekatkan pada perempuan membuat ia harus mencari ilmu dan terus berkembang. Sebagai isteri, biasanya dialah yang mengelola rumah tangga. Mulai dari urusan menata rumah, santapan untuk keluarga hingga mengelola keuangan. Ketika amanat anak dititipkan melaluinya, ia harus menjaga kandungannya, mempersiapkan kelahiran, menyusui, merawat dan mengasuh anaknya.

Pintar tidak harus dan tidak selamanya diperoleh dari pendidikan formal. Banyak ilmu yang tidak diperoleh dari bangku sekolah. Banyak ilmu yang bisa diperoleh dengan murah bahkan gratis di luar sana.

Jadi ketika ada orang yang bertanya, "Tidak takut kuliah S2 belum menikah? Biasanya laki-laki akan ciut dengan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi”.

Saya hanya mengernyitkan dahi, seraya menjawab,”Bukankah perempuan memang harus #beranilebih pintar? Karena dialah tiang negara, karena dialah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Kenapa laki-laki harus ciut nyalinya?”.

FB : Rizka Alyna
Twitter : @rizkaaalyna

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih di Blog

53 komentar:

  1. setuju mak, ibu adalah madrasah pertama anak (sambil lirik diri sendiri nih,dulu kalo anak nanya ini itu saya suka bengong, alhamdulillah ada internet. sejak seneng ngeblog kalo ada yg gabisa saya buka internet)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak, sekarang mau ngisi teka teki silang gak perlu mikir, tinggal buka lepi..hihihi..

      Hapus
  2. Iya, Mak, menjadi perempuan sekarang, kudu pintar biar anaknya juga pintar.
    Good luck ya :)

    BalasHapus
  3. Setuju, Mak. Pendidikan itu penting, terutama buat wanita. Bukan untuk sekadar bagus-bagusan gelar, yaaa tapi untuk menyiapkan generasi yang lebih baik.

    BalasHapus
  4. Saya juga berpendapat kalau pendidikan adl asset diri sendiri. Ilmu tidak akan hilang walaupun seorang wanita berprofesi sebagai wanita karir atau IRT biasa. Kalau soal menikah gak ada hubungannya kalee...saya menikah setelah beberapa bulan setelah wisuda S2..hehehee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak, menurut dosen dan beberapa orang, perempuan berpendidikan tinggi bikin ciut laki-laki yang mau mendekati :)

      Hapus
  5. Mba apa yg kontradiksi ya , kalau perempuan semua mementingkan S2, bila sudah nikah dan punya anak, terpaksa dititipkan pengasuh, padahal masa kecil tak akan terulang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah denger dari teman dan saudara, ketika si Ibu kuliah S3 di luar negeri, rumah tangganya kacau. Kalau saya sih saat anak masih kecil memilih memprioritaskan anak. Tapi ya tergantung pasangan juga Mbak. Teman ada yang bisa kuliah S2, saat anak masih kecil dan kemudian hamil dan melahirkan. Alhamdulillah lancar Mbak

      Hapus
  6. Setuju sekali Mak Rizka. Ibu yang pintar in shaa Allah dapat mempersiapkan generasi berikut yang pintar juga.

    Good luck lombanya ya Mak Rizka :)

    BalasHapus
  7. Yap, betul! perempuan memang harus #beranilebih pintar :D

    BalasHapus
  8. Setuju banget ni mak. Kudu lebih pintar karena perempuan great multitasker. :D

    BalasHapus
  9. endingya mantep banget mbak hehehe...

    BalasHapus
  10. setuju mak,, perempuan harus terus mencari ilmu lebih .. goodluck mak..

    BalasHapus
  11. setuju bangeeeettttt.. justru laki2 yang ciut itu yang perlu di pertanyakan
    "jadi loe ga pengen punya istri pintar biar bisa di bodoh-bodohin kan ?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi..kadang ada juga laki-laki seperti itu ya Mbak :)

      Hapus
  12. Pada kenyatannya memang masih banyak yang takut dengan pendidikan istri yang lebih tinggi..;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak. Kalau saya mah tidak pernah mempermasalahkan :(

      Hapus
  13. Setuju mba,.
    istri juga harus pintar agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, karena anak belajar pertama kali dari ibunya

    BalasHapus
  14. Sepakat sangat, Mak. Kalau masih ada yg bilang, buat apa perempuan sekolah tinggi2, disitu kadang merasa sedih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak. Padahal kita kan guru bagi anak-anak kita..

      Hapus
  15. Masih banyak juga laki-laki yang cari istri pintar, biasanya tipe laki-laki yang cerdas hati, hihii...
    Maksudnya yang tak takut bakal kalah dengan istrinya yg pintar, karena dia memiliki kerendahan hati untuk memuliakan sang istri. *berasa jadi MT

    BalasHapus
  16. hidup perempuan hehee :)
    good luck lombanya mba

    BalasHapus
  17. Setinggi-tingginya perempuan sekolah, toh dia akan kembali ke keluarganya juga, ke suaminya & ke anak-anaknya. Tapi justru itu yang menjadikannya berharga. Karena dia bakal jd tangan kanan suaminya, partner diskusi suami, tempat berkeluh kesah suami, tempat anak-anak sekolah dsb. Kalau perempuan/istri kurang kualitasnya, bagaimana dia akan membentuk keluarga yg berkualitas, bagaimana dia bisa berperan sebagai partner suami. Itulah gunanya perempuan berpendidikan tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setinggi-tingginya sekolah, pemimpin rumah tangga tetap suami Mbak. Justru kalau partnernya pintar kan lebih memudahkan tugas suami ya :)

      Hapus
  18. Setuju.. Laki-laki yang ciut berarti Ga PD.. laki-laki juga harus #Beranilebih pede :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, bisa dibuat judul lomba lagi tuh Mbak..hehehe..

      Hapus
  19. Setuju. Tapi kebanyakan dan umum terjadi laki-laki terlalu takut jika wanitanya lebih dari dia

    BalasHapus
  20. Setujuuu mak :) 'pintar' itu kudu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi emak-emak untuk urusan pintar mengatur keuangan ya Mak :)

      Hapus
  21. mantep! jadi perempuan itu hrs terus belajar, ilmu ada di mana2 ga hrs sekolah formal, asal pinter memanfaatkan kesempatan :)

    pengalaman saya sih, berhubung blum ktemu jodohnya, jdnya wkt itu lanjut s2 dl sambil nyari calon suami :))

    BalasHapus
  22. setuju mak...anak-anak harus diasuh emak pinter :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terutama emak-emak yang pintar mengatur keuangan :D

      Hapus
  23. setujuu maakk... justru peran ibu mendidik anaklah yang menuntut ibu kudu lebih pintar *_*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Kalau Ibu dan Ayahnya pintar, mudah-mudahan anaknya juga pintar :)

      Hapus
  24. iya, mak. apalagi perempuan akan jadi ibu bagi anak2nya, jadi kalau bisa lebih pintar kenapa tidak ya

    BalasHapus
  25. Setuju mbak, why not perempuan lebih pintar ya? hehe...

    BalasHapus
  26. Karena ada penelitian yang mengatakan bahwa seorang anak akan diturunkan kepintaran dari pihak ibunya.. :D

    BalasHapus
  27. Kehidupan perempuan yang telah menjadi ibu, memang komplit ya mbak. Apalagi jika memiliki peran ganda; ibu dan bekerja, hehee

    BalasHapus
  28. Kenapa musti gitu ya? kan cari ilmu kapan saja dan siapa saja. Dari pd ciut, mending suami cari ilmu jugaa..:)

    BalasHapus
  29. tidak selalu seperti itu, banyak orang tua kita dulu yg hanya petani dan tidak sekolah, tp bisa mendidik anaknya sampai berhasil, sebaliknya banyak wanita karir berpendidikan tinggi justru tidak mampu menghantarkan anaknya menjadi lebih sukses

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati