Rabu, 16 Juli 2014

PERJUANGAN MENYUSUI 4 : MANAJEMEN ASI PERAH

Hore…akhirnya saya punya mood lagi untuk menulis cerita menyusui bagian akhir. Ini menurut saya bagian paling panjang dan bagian terakhir yang sangat butuh keras kepala dan konsisten. Baik itu proses menyusui dan memerah ASI dan juga proses menuliskan ceritanya..hihihi.

Setelah proses kesulitan menyusui secara langsung, growth spurt akhirnya saya harus menyiapkan ASI perah selama bekerja. Persiapannya tentu saja tidak dimulai ketika masuk kerja. Jauh-jauh hari bahkan dua bulan menjelang cuti bersalin habis.

Saat usia kehamilan trimester ketiga, saya berkenalan dengan AIMI melalui penelusuran di dunia maya. Sepertinya takdir membawa ke sana, cie lah. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari file aimi dan postingan teman-teman anggota lain, sebelum melahirkan, saya sudah memesan botol kaca sebanyak 20 botol. Saya juga membeli cooler bag dan 2 buah ice gel untuk membawa asi perah selama bekerja atau berada di luar rumah.

Dua bulan sebelum cuti berakhir, saya sudah mulai memerah di sela-sela waktu senggang saat Fatih tidur. Awalnya saya ingin memulainya sesegera mungkin, tapi Fatih benar-benar tidak mau lepas dari ASI dan saya juga masih berkutat dengan masalah menyusui secara langsung dan growth spurth Fatih. Saya sempat hopeless akankah saya berhasil menyusui Fatih hingga dua tahun atau lebih?. Untung saja, beberapa teman anggota di AIMI menyemangati dan khususnya teman saya di fesbuk, mbak Sekar memberikan dukungan melalui pengalamannya menyusui selama bekerja.

Sumber klik di sini

Atas saran mbak Sekar, saya akhirnya mengalah untuk menikmati saja dulu proses menyusui secara langsung yang tengah saya upayakan. Saat saya sudah mulai menemukan ritme Fatih dalam menyusu, akhirnya saya menemukan waktu senggang untuk memerah ASI dan melakukan manajeman memerah ASI. Ini saya lakukan agar sebelum ditinggal bekerja sudah memiliki persediaan ASIP.

Saya berusaha disiplin dalam memerah ASI artinya setiap hari di jam yang sama saya memerah ASI. Selama bekerja, saya memerah di kantor 3X, kemudian istirahat siang saya pulang untuk menyusui secara langsung. Di rumah, saya juga memerah ASI lho, setelah maghrib, menjelang tengah malam dan sebelum subuh.
Dalam penyimpanan dan penyajian ASIP juga ada manajemannya. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari file AIMI prinsip dasar manajemen ASIP sebagai berikut :

  •  Semakin dingin suhu tempat penyimpanan, semakin lama juga ASIP dapat disimpan
  •  Hindari peningkatan suhu secara drastis
  •  ASIP hanya boleh menjalani satu kali pencairan dan satu kali penghangatan. Sehingga, ASIP beku yang sudah mencair tidak boleh dibekukan lagi, ASIP yang sudah dihangatkan tidak boleh dihangatkan lagi.
  • Masukkan ke Freezer HANYA JIKA akan digunakan lebih dari 8 hari.

Biasanya setelah memerah ASI, saya menyimpannya dalam kulkas bawah selama 2 jam. Saya juga kadang menggabungkan hasil perahan dengan yang sebelumnya. Hasil perahan kedua saya masukkan kulkas bawah selama 1-2 jam, setelah suhunya sama baru saya gabungkan, kemudian dimasukkan ke dalam freezer. Hal ini saya lakukan karena hasil perahan tidak cukup untuk sekali minum. Hasil perahan saya simpan dalam satu botol kaca untuk sekali minum, untuk meminimalkan ASIP yang terbuang.

Untuk penyajian ASIP, biasanya malam hari ASIP beku diturunkan ke kulkas bawah, keesokan harinya baru di rendam dalam air hangat dengan suhu tidak boleh lebih dari 40° C karena dapat merusak komposisi ASI. Setelah dihangatkan, ASIP segera diminumkan, atau kalaupun belum sempat diminumkan boleh dimasukkan ke kulkas dan hanya bertahan 4 jam. ASIP yang sudah diminumkan dan tidak habis harus dibuang.

Kedisiplinan sangat dibutuhkan untuk mempertahankan produksi ASI agar tidak menurun. Terkadang kelelahan dan kebosanan menghinggapi saya, sehingga seringkali mempengaruhi produksi ASIP. Pernah suatu malam, saya absen memerah ASI. Keesokan subuh saya menyusui belum ada masalah, namun ketika sampai di kantor saat memerah ASI, saya merasakan payudara membengkak, padahal sudah diperah. Payudara terasa sakit, mungkin akibat isi dibiarkan penuh terlalu lama di malam hari dan tidak saya kosongkan dengan memerah.

Resiko payudara yang penuh terlalu lama dan tidak dikosongkan, posisi dan pelekatan kurang tepat dan menyebabkan aliran terhambat diantaranya milk blister, payudara membengkan dan mastitis. Saya pernah mengalami milk blister dan payudara membengkak. Untunglah mampu saya tangani sendiri tanpa perlu tindakan dari dokter.

Saya juga pernah mengalami penurunan produksi ASI akibat kekurangdisiplinan dalam memerah. Biasanya untuk meningkatkan hasil perahan dengan cara power pumping memerah selama 1 jam dan mendisiplinkan waktu dalam memerah. Sebenarnya durasi memerah tidak lebih dari 15 menit berapa pun hasil yang kita dapatkan. Seiring waktu dengan kedisiplinan produksi ASI akan meningkat, karena prinsipnya supply on demand. Semakin banyak permintaan, semakin banyak ASI akan diproduksi.

Di usia 8 bulan Fatih mulai ogah-ogahan minum ASIP yang telah dibekukan atau ASIP beberapa hari yang lalu. Akhirnya saya terpaksa menjalani kejar tayang. Hari ini saya perah, keesokan harinya paling lambat aya berikan. Siasat lainnya, ASIP dingin saya berikan tanpa dihangatkan, karena Fatih lebih menyukai ASIP dingin. Hal ini tidak masalah, selama dia tidak flu.

Semua ilmu yang saya dapatkan dari AIMI dipraktekkan, hanya satu yang saya langgar, yaitu media pemberian ASIP melalui dot. Resiko pemberian dot bisa menyebabkan bingung putting. Namun kondisi membuat saya memilih menggunakan dot. Saya juga deg-degan dengan resikonya, karena Fatih sempat menolak disusui langsung selama 9 hari dan memilih menyusui dari dot. Untunglah di usia 8 bulan dia menolak menggunakan dot, sehingga saya mulai mengajari dengan menggunakan sedotan. Hore, akhirnya saya berhasil pisah dengan dot.

Pengalaman yang paling besar saya rasakan selama memerah ASI adalah keteguhan hati. Lingkungan di rumah mendukung saya dalam memberikan ASI, suami membantu mensterilkan botol-botol ASI, namun untuk memerah saya bertahan bangun di tengah malam sendirian untuk memerah ASI di saat yang lain tertidur.

Lingkungan kantor juga tidak ada yang memerah ASI, bahkan mereka mempertanyakan, sampai berapa lama saya kuat untuk bertahan memerah ASI, Alhamdulillah, hingga usia Fatih 1,5 tahun saya tetap rutin memerah meskipun di akhir mendekati 1,5 tahun hanya memerah sekali.

Pengalaman menyenangkan, saya tetap langsing meski makan porsi makan 2-3 kali lipat dari teman yang lain. Mereka sampai heran, makanan yang saya makan kok bisa ga jadi daging hihihi. Pengalaman yang lebih menyenangkan, saya mengirit pengeluaran hingga puluhan juta rupiah selama 2 tahun ini. Uangnya bisa saya tabung untuk membangun rumah hehehe.

Sekarang saya sedang berusaha menyapih Fatih dengan cinta, dan hingga usianya 25 bulan masih berhasil. Kapan-kapan kalau saya sudah berhasil, akan saya ceritakan bagaimana prosesnya. Semoga cerita pengalaman saya bisa membantu ibu-ibu lain di kehamilan pertama atau bahkan berikutnya yang masih kesulitan dalam pemberian ASI. Salam ASI.

8 komentar:

  1. selamat menikmati menjadi ibu yang menyusui ekslusif, semoga bayinya lebih sehat, cerdas dan tahan terhadap sakit...ASI adalah karunia ALLAH yang wajib diberikan pada bayi...karena itu adalah Hak nya.
    begitu ujar kak Krisna putra pandu mah
    *mahabharata antv

    BalasHapus
  2. Wah hebat banget yaaaaa.... semangat menyusui kaka

    BalasHapus
  3. Bunda. . Yg ngajarin minum asip pakai sendok siapa? Ini lagi drop Asiku... Trus jg babyku pakai dot...di ajarin Oke sendOK, spuit, pipet,, masih susah...hiks... tipsnya dong...

    BalasHapus
  4. Bunda. . Yg ngajarin minum asip pakai sendok siapa? Ini lagi drop Asiku... Trus jg babyku pakai dot...di ajarin Oke sendOK, spuit, pipet,, masih susah...hiks... tipsnya dong...

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati