Ada yang pernah nonton pertandingan olah raga? Baik di rumah
atau langsung di lapangan olah raga?
Saya bukan penggemar tontonan olah raga. Nonton pertandingan
olah raga bisa dihitung dengan jari dan pasti ada alasan khusus.
Misal pertandingan bulu tangkis pas lagi ada final Indonesia
lawan Cina, itupun karena Papa nyetel siaran langsung. Pernah juga datang ke
stadion di Rembang, karena menemani suami liputan.
Sekalinya ke stadion, pertandingan PSIR dan Persipura
berakhir rusuh. Diakhir pertandingan wasit keluar lapangan dengan pengamanan
yang cukup ketat. Pasalnya Ganster, sebutan untuk pendukung PSIR tidak terima
dengan beberapa keputusan wasit yang dinilai merugikan PSIR.
Kok seringnya yang rusuh pendukung atau penontonnya ya?
Bukan pemainnya. Menurut analisa saya, penonton itu sering lebih terhanyut dan
merasa paling pintar daripada pemain.
Saat jagoannya melakukan kesalahan, kadang mereka mengeluarkan
pernyataan dan kritikan bahwa cara si pemain itu kurang tepat. Ada yang
mengomentari tendangan terlalu jauh melambung, tendangannya kurang mengarah
atau tidak mau mengoper kepada rekannya.
Coba kalau mereka yang terjun di lapangan, seketika kritikan
tadi akan mereka telan lagi, atau malah kemampuan mereka tidak ada
separonya dari pemain.
Saya sendiri pun sering berlaku demikian. Tidak sebagai
penonton pertandingan olah raga sih, tapi sebagai pengamat komik dan tulisan.
Misal nih, saya pernah bilang, ke adik ipar, “saya bisa
membedakan antara komikus jepang dan Indonesia. Biasanya komikus Indonesia
masih kaku dalam coretan garisnya, hasilnya gambar terkesan kaku, beda dengan
komikus jepang”. Padahal adik ipar saya komikus, kakak ipar yang gak tau diri,
gambar bebek aja jadinya ayam..hahahaha.
Saya juga sering baca cerpen di majalah atau tulisan opini
yang dimuat di surat kabar. Weh, sepertinya sederhana banget, masak saya gak
bisa buat seperti itu. Nyatanya..emang gak bisa. Ternyata sulit juga beuh.
Bingung dengan tulisan EYD lah, ulasan melebar kemana-mana, atau gak bisa
mengembangkan kalimat.
Djenar Maesa Ayu menurut saya, salah satu penulis yang menggunakan
cara penulisan yang cukup menarik *meskipun isi ceritanya hampir sama di setiap cerpen*. Misalnya dalam salah satu kumpulan cerpen di
Mereka Bilang Saya Monyet, ada kisah yang diceritakan lewat sms, ada juga yang
dikisahkan melalui percakapan punggung.
Ketika saya mencoba meniru, hasilnya…gak karuan, yah namanya
juga produk tiruan..hehehe.