Sabtu, 27 Juni 2015

Menabung, Cermat Mengelola Keuangan

Aneka tabungan

“Drrrrt” suara Hp suami bergetar.

“Ma, punya uang 300 ribu? Si A mau pinjam. Uang di dompet Ayah habis Ma” ujar suami setelah membaca sms dari temannya.

“Mau pinjam lagi?” tanya saya mengernyitkan kening.

“Iya, anaknya sakit, mau berobat Ma” jelas suami

Memang bukan sekali dua kali ini teman suami meminjam uang. Kasus seperti itu sih, tidak hanya teman suami, beberapa teman saya juga ada yang sering meminjam uang saat ada kebutuhan mendadak dan mendesak.

Saya memaklumi kalau memang yang meminjam, hidupnya belum berkecukupan. Tapi beberapa dari mereka punya hp bagus, sering berbelanja baju atau makan di tempat yang enak. Kok ya giliran anaknya sakit gak punya uang? Apa tidak punya dana darurat? Gak punya tabungan?.

Bagi beberapa orang memiliki tabungan memang terasa sulit sekali. Bukan karena pendapatan kecil, tetapi karena pengelolaan keuangan yang kurang tepat. Lebih jauh lagi sih, karena belum melek finansial. Jadi yang pendapatannya kecil pun memungkinkan kok punya tabungan. Caranya bagaimana?

Ada beberapa tips dari saya tentang pengelolaan keuangan sehingga bisa menyisihkan uang untuk tabungan. Tips ini hasil didikan orang tua yang irit cermat dalam mengelola keuangan. Tambahan lagi ilmu yang saya dapat setelah berguru ke simbah google seperti dalam tulisan ini. Mari disimak :

1.       Menabunglah di awal

Sebagian besar mengira bahwa uang yang ditabung adalah sisa dari penghasilan. Pas sudah akhir bulan, penghasilan ternyata tak bersisa, malah sering terasa kurangnya. Hasilnya gak jadi nabung. Anggapan seperti itu SALAH. Menabung seharusnya dilakukan saat kita menerima penghasilan. Menurut teori finansial, besaran uang yang ditabung minimal 10% dari penghasilan *nah lo.


Berarti gak boleh nabung di celengan ayam? Boleh, asal konsisten dan ayamnya jangan disogok-sogok bawahnya. Sering kan tangan kita gatal untuk mengambil isi celengan. Suami saya sering buat celengan dari botol plastic air mineral. Tiap ada uang sabetan *istilah pemasukan di luar gaji* sebagian dimasukkan ke celengan botol. Pas sudah penuh baru deh dihitung. Tapi jarang banget nih, hasil celengannya dimasukkan ke tabungan jangka panjang. Seringnya setelah dihitung, dibelanjakan untuk membeli barang yang diinginkan. Jadi tujuannya jangka pendek.

Terima gaji langsung autodebet

2.       Jangan utak utik tabungan

Balik ke celengan ayam, kadang tangan kita suka gatal menyogok si ayam untuk bertelur mengeluarkan sebagian uang di dalamnya. Akhirnya kebablasan, keluar semua uangnya. Makanya menabunglah di bank tanpa disertai ATM. Kalau ada ATM, tinggal gesek aja gampang, alhasil tabungan melayang lagi.

Kalau saya menabung di awal untuk pendidikan anak dan tabungan pensiun. Tabungan anak baru cair setelah 4 tahun, sedang tabungan pensiun paling cepat bisa diambil saat usia 45 tahun. Selain itu saya menabung di koperasi pegawai tempat saya bekerja. Jadi kalau mau ambil uang harus menunggu atau minimal ada usaha mendatangi bank atau koperasinya. *cocok buat yang malas gerak.

3.       Mengelola pemasukan dan pengeluaran

Mengelola pemasukan dan pengeluaran dengan cermat, agar kita tahu dari uang masuk dan keluar. Mengelola  bukan berarti menyamakan pemasukan dan pengeluaran. Seyogyanya pengeluaran tidak lebih dari 60% pemasukan yang diperoleh dan itu sudah termasuk utang lho. Sisanya, untuk tabungan, investasi, sedekah dan lain-lain. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bisa menabung.

Salah satu cara untuk mengontrol pengeluaran. Kita bisa membagi anggaran pengeluaran dalam amplop. Pertama, amplop cicilan utang. Kedua, amplop tagihan listrik dan telepon, Seterusnya amplop biaya pendidikan, amplop belanja bulanan dan sebagainya. Saya tipe orang yang malas mencatat, jadi biasanya saya masukkan uang dalam amplop.

Amplop pengeluaran

4.       Ubah gaya hidup

Kalau ketiga tips di atas tidak bisa dijalankan, saatnya kita kontemplasi. Apa yang salah dalam diriku? Jangan-jangan gaya hidup tidak sesuai dengan pendapatan setiap bulan. Banyak inginnya padahal pendapatan belum memungkinkan untuk itu. Ingin punya rumah mewah, mobil, barang-barang tersier yang high. Duh..kalau semua diikuti dengan mengupayakan pemasukan mungkin sih gak masalah *ingat, pemasukan yang HALAL.

Untuk memenuhi semua ingin itu, sekarang gampang. Banyak tawaran pinjaman yang mudah. Saking mudahnya, tahu-tahu gaji 1 bulan hanya cukup buat bayar utang. Utang lunas, karena jenis orang yang pengen ini itu, ambil pinjaman buat memenuhi ingin yang lain. Bak lingkaran setan.

Kalau sudah seperti itu, saatnya realistis dan mengubah gaya hidup. Mari mencermati, mana yang sesuai dan mana yang di luar budget. Misal, mengurangi jatah makan di luar, memilih tempat makan yang sesuai budget dan membeli barang yang sesuai budget. Buang kebiasaan berlebihan menjadi hemat dan sesuai kebutuhan.

Sedari kecil dibiasakan menabung
Prakteknya memang tidak mudah. Saya sendiri belum bisa konsisten dengan pengeluaran 60%. Tapi saya berusaha untuk hidup hemat. Jika ada pemasukan lebih, saya memilih menyimpan di Bank, daripada membelanjakan untuk kesenangan semata. Hasil dari 4 tips itu, saya bisa menabung untuk membangun rumah. Memang sebagian masih utang, tapi tetap dengan perhitungan.

Rumah hasil menabung
Bagaimana? Tidak ada alasan untuk tidak bisa memiliki tabungan kan. Terus ada yang tanya, tabungan yang bagus apa ya? Malas keluar masuk bank, panas *tipe pencari kemudahan. Jangan kuatir, silakan aja membandingkan produk tabungan dari berbagai bank di cermati.com. Tunggu apalagi. Mari cermat mengelola keuangan sehingga menabung menjadi hal mudah.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Share Tips Menabungmu bersama Blog Emak Gaoel dan Cermati"


Jumat, 19 Juni 2015

Menikmati Steak di R.M Kenari

Meja yang tersedia
Pertama kali mengenal steak, saat kuliah di Solo. O..jadi seperti ini tho makanan steak. Maklum saat SMP dan SMA saya sekolah di sebuah kabupaten kecil yang suci, jadi belum ada tuh yang namanya steak. Kelar menyelesaikan S1 ternyata rejeki saya ada di Kudus, jadilah saya diterima kerja di Kudus. Kembali ke Kudus, banyak hal yang sudah berubah termasuk kulinernya.

Tak hanya lentog, soto kudus, sate kerbau atau garang asem, makanan yang sedang marak di berbagai daerah lain pun sudah bisa dinikmati di Kudus. Salah satunya ya steak itu. Memang belum ada tempat makan yang khusus menjual steak. Tapi saya  menemukan steak yang tak kalah rasanya dengan yang ada di kota besar. Saya temukan steak di R.M Kenari.

Daftar menu
Steak yang ditawarkan, ada chicken steak, tenderloin steak dan sirlon steak. Chicken steak menjadi favorit saya dan seorang teman kerja, soalnya harganya paling murah sih, 18 ribu/porsi hihihi. Minuman yang menjadi favorit saya sering jus alpukat. Rasa jusnya itu mantap dan kental, gak ada yang menyaingi deh. Biasanya 1 porsi steak tak cukup mengganjal perut, saya tambahi dengan kentang goreng.
Menu favorit
Eh, tapi menu yang ditawarkan banyak kok. Mulai dari ayam goreng, berbagai macam olahan ikan, sphagetti dan berbagai sajian mie serta berbagai olahan sayur. Minuman juga berbagai macam, mulai dari es teh hingga milkshake serta berbagai jenis minuman hangat. Kita juga bisa memesan camilan berupa snack kecil dan es krim.

Sphagetti tertutup gelas minuman
R.M Kenari ini menjadi salah satu tempat makan favorit saya. Alasan utamanya, selain menyediakan steak yang endes, rasa masakan di R.M Kenari reliable *sok-sokan ilmiah. Maksudnya reliable itu, kalau kita hari ini memesan menu masakan tertentu, sebulan kemudian kita pesan lagi, rasa masakannya tetap sama. Loh memang bisa beda? Bisa, saya pernah datang ke beberapa tempat makan, eh pernah masakannya enak, lain kali pesan lagi, kok nasinya keras hampir kayak kerak, mana makan sama Fatih hiks.
Spanduk di depan R.M Kenari
Kalau bosan dengan menu makanan di depan kantor dan punya duit lebih, saya dan teman-teman memilih makan siang di R.M Kenari. Ya, rumah makan ini terletak di jln. Sosrokartono 31 A,  cukup dekat dengan kantor, tak lebih dari 15 menit. Cuma kalau datang pas jam makan siang, siap-siap saja pesanan agak lama baru diantar ke meja, maklum pelanggannya cukup banyak. Trik saya dan teman-teman kalau mau makan di sana, pesan menu dulu, sejam kemudian baru kami meluncur.

Sayangnya tempat parkir di sana hanya disediakan untuk motor. Mobil biasanya diparkir di pinggir jalan. Jalan di sana juga kurang lebar dan di dekatnya ada pabrik.  Akibatnya jalan sering padat dan harus ekstra hati-hati bila membawa mobil. Mungkin mobil yang mungil dan gesit lebih cocok untuk dikendarai saat akan makan di R.M Kenari *lanjut ngimpi.

Ngomong-ngomong soal mobil, saya yang kebetulan belum punya mobil, langsung jatuh hati dengan Toyota Agya. Kenapa? Karena kelebihan Agya dibanding mobil lain dan pas dengan kebutuhan saya dan keluarga.
Warna putih pas dengan warna cat pagar rumah
Seperti yang saya bilang, mobil yang cocok untuk dikendarai di Kudus, ya yang mungil dan gesit. Jalanan di kota Kudus banyak yang sempit dan padat, kalau bawa mobil yang besar, sulit buat nyalip dan mencari lahan parkir. Kayaknya gak cuma di Kudus saja deh, jalanan di Indonesia banyak yang padat dan berpotensi macet. Nah, dengan Toyota Agya memungkinkan menyalip atau mencari jalan alternatif yang mungkin juga sempit.

Sistem keamanannya pun pas dengan kebutuhan saya yang memiliki 2 anak batita. Fitur isofixnya merupakan fitur keamanan optimal untuk pemasangan child seat. Jadi semisal saya membawa Fattah yang berusia 7 bulan, gak worry lagi deh.
Mencegah Fattah pecicilan
Fitur keamanan yang penting lainnya adalah Dual SRS Air Bag. Tidak hanya dibangku pengemudi tetapi Air Bag juga disediakan di bangku penumpang sebelah pengemudi. Guna Air Bag ini menahan sopir dan penumpang terlempar ke kaca mobil dan dashboard jika terjadi tabrakan. Ketika sensor mendeteksi adanya benturan, maka air bag mengembang melindungi kepala. leher dan dada. O, ya perlu diingat air bag hanya efektif jika seat belt terpasang.
Jangan lupa pasang seat belt
Satu lagi, bagasinya cukup luas. Tahu sendiri lah, kalau jalan-jalan keluar kota dengan anak batita, bawaannya seabreg. Bahkan saya selalu membawa pispot buat Fatih.
Pispot pun tak ketinggalan
Mudah-mudahan mimpi saya kesampaian. Bisa mengisi garasi rumah yang mungil dengan Toyota Agya. Amiiin.

Sumber foto :http://www.toyota.astra.co.id/
Sumber data  : toyota,astra.co.id, http://herwonocahklaten.blogspot.com/

Senin, 15 Juni 2015

Belanja di MatahariMall.com dengan VIP Access



Setiap bertemu adik ke 3 obrolan kami tak jauh dari blog dan sekitarnya.  Virus blog, dia yang menyebarkan. Adik yang terkenal sebagai Mak Irits ini, sudah lama ngeblog, sejak tahun 2010. Hasil dari blog pun sudah banyak dia rasakan. Saya sendiri newbie yang masih butuh dorongan untuk serius ngeblog. Apalagi, saya ibu bekerja dengan 2 anak batita. Jadi waktu buat ngeblog ya semakin sempit *alasan.

Terus hubungan sama judul di atas? Sebenarnya saya sedang malas ngeblog. Sudah hampir sebulanan lah terserang virus malas. Alasannya memalukan, sering kalah ikut lomba blog..hihihi. Akhirnya saya kontemplasi. Hasil sementara, saya harus meluruskan niat. Ya, niatnya ngeblog kan buat belajar menulis, mendokumentasikan perjalanan hidup, soal lomba dibuat santai aja. Meski sesantainya tetap berharap..hehehe..

Karena masih dalam proses kontemplasi, saya memilih menulis kejadian ringan saja. Salah satunya, dapat akses VIP belanja di MatahariMall.com.  12 Juni kemarin, saya dikirimi email, bahwa saya mendapatkan akses VIP untuk berbelanja di MatahariMall.com.  Akses VIP artinya, saya bisa berbelanja lebih awal plus mendapatkan potongan 50 ribu *yay. Catatan hingga saat ini, jika membuka web MatahariMall.com kita belum bisa berbelanja. Hanya  VIP saja yang bisa berbelanja *kibas kerudung.


Daripada vouchernya terbuang, ya sudah hari ini dipakai berbelanja. Saya memilih belanja perawatan kulit SK II Facial Treatment Essence (FTE) 10 ml. Sudah seminggu, ini saya googling soal perawatan kulit. Banyak review yang cukup memuaskan FTE dari SK II. Coba beli yang gift 10 ml, biar gak mubazir seandainya tidak cocok *tetap perhitungan.

Potongan 50 ribu bisa digunakan dengan minimal pembelanjaan 100 ribu *khas matahari banget ya. Makanya saya membeli 2 FTE sekaligus. Jadi total belanja saya 128 ribu dengan gratis ongkos kirim *yay lagi. Total yang harus saya bayar sejumlah 78 ribu setelah dipotong dengan voucher 50 ribu. Untuk pembayaran, saya memilih barang dikirim dan membayar melalui ATM.
MatahariMall
Sesudah memilih membayar ke rekening BRI, saya kemudian mengkonfirmasi pembayaran. Selanjutnya MatahariMall.com mengkonfirmasi  pembayaran telah diterima. Saya pun masih menunggu kiriman barang 2 hingga 7 hari kerja. Dan..barang pesanan saya sampai 2 hari kemudian via jne. Wuih, cepat banget ya.

Saya sebenarnya punya voucher potongan 50 ribu sebanyak 4 lembar. Voucher ini berlaku untuk 1x transaksi dengan minimal pembelanjaan 100 ribu. Cara mendapatkan voucher potongan gampang sekali. Silahkan klik di sini dan ikuti petunjuknya. Setelah selesai prosesnya, voucher akan dikirim ke alamat sesuai pengisian. Lama tunggunya lumayan juga, sampai 2 minggu lebih. Selamat mencoba ^.^

Selasa, 09 Juni 2015

Mari MengedukASI dengan Santun

Sumber
Beberapa minggu yang lalu, di group KEB (Kumpulan Emak Blogger) lagi rame war-waran. Katanya sih temanya basi, tentang ASI vs Sufor. Saya seperti biasanya, cuma senyum-senyum aja baca komentar dari para Emak. Singkat cerita, gara-gara topik itu, satu anggota keluar deh. Alasannya, merasa disudutkan atas postingannya. Komentar atas artikelnya memang cukup pedas.

Tanggapan atas keputusan keluarnya salah satu anggota bermacam-macam. Ada yang menyayangkan ada juga yang mengatakan mentalnya tak cukup kuat.

Tulisan saya ini sebenarnya agak telat. Istilahnya sudah kehilangan momen. Tapi saya sengaja menunggu redanya emosi para Emak *ngeles.

War-waran diantara para emak atau ibu, sepertinya sudah lama terjadi, jauh sebelum saya aktif berselancar di dumay, mencari informasi mengenai kehamilan, kelahiran dan pengasuhan anak. Komentar pedas dari para ibu pun sepertinya sulit dibendung.

Group menyusui  AIMI dan TATC yang saya ikuti, admin sudah sering mengingatkan untuk berkomentar yang baik, santun dan bila sudah ada yang berkomentar hal yang sama, anggota lain diminta untuk menahan diri, biar postingan lain tidak tenggelam. Tapi, mungkin rasanya seperti kulit yang gatal, sulit rasanya utuk tidak menggaruk. Menggaruk itu rasanya nikmat, meski setelah menggaruk kulit terasa sakit..iya kan?

Parahnya bukan masalah postingan yang tenggelam, tapi salah satu pihak menjadi tersudut. Akibatnya bukan solusi atau hal positif yang didapat, justru perasaan sakit diantara anggota yang muncul. Nah, tulisan saya kali ini menyoal cara berkomentar atau mengedukASI yang santun.

Saya, ibu bekerja yang pro ASI. Ilmu tentang persiapan ASI sejak kehamilan, kelahiran hingga menyusui selama 2 tahun, sudah saya baca dari file di group. Nyatanya, beberapa hal tidak bisa saya lakukan. Saya gagal IMD, baik yang pertama dan yang kedua. Saya gagal ASIX untuk anak pertama saya. Terakhir, saya memakai media dot untuk kedua anak saya selama ditinggal kerja.

Berdasarkan pengalaman saya menyusui beserta kegagalannya. Ada beberapa hal menjadi catatan, bahwa masalah ASI itu tidak hanya terkait oleh si Ibu, tapi juga dukungan lingkungan sekitarnya. Catatan lain, kondisi setiap Ibu dan lingkungannya juga berbeda.

Fatih
Kondisi Ibu Tidak Sama

Setiap ibu memiliki kondisi fisik dan mental yang tidak sama dan tidak bisa disamakan. Maksudnya bagaimana? Sudah menjadi kunci, bahwa seorang Ibu haruslah sehat untuk bisa menyusui dan mengasuh anaknya. Menyusui itu bukan perkara mudah, butuh fisik dan mental yang kuat dan sehat.

Saat menyusui Fatih, energi saya benar-benar terkuras. Fatih maunya mimik terus. Setelah tertidur saat mimik, pelan-pelan saya tidurkan di kasur, eh dia bangun lagi. Fatih pun sering mengajak begadang. Mulai jam 9 malam hingga jam 3 pagi, dia menyusu tak henti-henti, dilepas sebentar untuk sekedar minum, ngemil dan ke kamar mandi, eh, Fatih dah nangis kejer. Saya sampai uring-uringan dan merasa terteror dengan kondisi ini. Badan saya capek mengikuti ritme tidurnya. Pikiran saya terkuras, gara-gara memikirkan perilakunya. Belum lagi membaca komentar teman yang lain.
“Kok anaknya seperti itu. Anakku gak tuh, kalau malam mau tidur. Kalau seperti itu, bagaimana ASInya mau berkualitas”, kurang lebih seperti itulah komentar yang saya dapatkan *makjleb.

Teman dekat saya yang melahirkan 2 hari sebelum saya, tidak sanggup diajak anaknya begadang. Anak kami sama-sama laki-laki dan entah kenapa perilakunya juga sama. Akhirnya dia menyerah memberikan ASI diselingi sufor saat dia tidak bisa menyusui anaknya.

Ada lagi, teman dekat yang satu sekolah semasa SMA. Katanya ASInya sama sekali tidak keluar, padahal dia sudah mencoba berbagai macam cara. Sampai ketiga anaknya terpaksa diberi sufor semua.
Fattah

Kondisi Lingkungan Ibu Tidak Sama

Lingkungan yang saya maksud, mulai dari suami, orang tua, keluarga besar, rumah sakit dan sekitarnya. Kenapa saya gagal IMD? Pertama, karena kondisi fisik saya yang tidak memungkinkan. Kedua, karena di rumah sakit tempat saya melahirkan, tidak melayani IMD setelah SC. Kok saya tidak memilih rumah sakit lain? Karena itu rumah sakit terdekat dan dilewati oleh angkutan, sehingga memudahkan orang tua saya kalau mau berkunjung. Saya juga sudah merasa cocok dengan dokternya, meski rumah sakitnya tidak pro IMD.

Kenapa saya gagal ASIX untuk Fatih? Karena, saya masih kagok menyusui serta gagal rawat gabung. Suami saya belum berani memegang Fatih. Padahal saya belum bisa turun dari tempat tidur. Syaratnya rawat gabung, bayi diurus oleh keluarga, termasuk ganti popok. Diambil oleh perawat kalau mau mandi pagi dan sore. Alhamdulillah, pas Fattah lahir, suami sudah pede memegang bayi dan saya pun sudah terampil menyusui.

Kenapa saya menggunakan media dot?Karena saya bekerja, dan ibu yang menunggui Fatih dan Fattah lebih nyaman menggunakan dot. Daaan..saya tidak bisa memaksa. Sejak Fatih berusia 8 bulan, dia sudah menolak dot, jadi saya menyarankan ibu menggunakan sedotan. Fattah hingga sekarang masih menggunakan dot. Saya sudah menyarankan untuk mengganti sedotan. Tapi saat diberikan sedotan oleh pengasuhnya, ditengah sesi minum ASI Fattah menangis, jasi kembali ke dot lagi deh.

Teman saya, ada juga yang terpaksa e-ping. Memberikan ASInya dari hasil perahan karena anaknya tidak mau menyusu secara langsung. Awalnya karena dia termotivasi untuk memerah dan fatalnya hasil perahan bukannya disimpan buat tabungan saat bekerja, malah diberikan ke anaknya lewat dot, padahal dia masih cuti. Dia juga beberapa kali konflik dengan ibunya karena si ibu merasa ASI anaknya tidak cukup dan hal-hal lain lagi.

Fatih 5 bulan
Sebenarnya dari cerita pengalaman di atas, saya mau bilang kalau kondisinya tidak sama Bu. Selain kondisi si Ibu, belum tentu suami juga seiya sekata. Suami seiya sekata belum tentu juga ortunya mendukung. Terus kalau suami tidak seiya sekata mosok ya suami mau direshuffle? Kalau ibu dan bapaknya tidak mendukung, lantas mereka berantem? Hasilnya, yang kasihan si Ibu. Makanya perempuan atau ibu itu rentan stress, terutama setelah melahirkan. Kadang bukan hanya baby blues tapi berlanjut ke postpartum depression. Ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan dukungan. Nah kalau keluarga kurang mendukung ditambah komunitas ibu-ibu juga malah menyalahkan, bagaimana perasaan ibu tersebut?

MengedukASI tentu harus dilakukan dengan penuh empati dan membantu. Kalau ilmunya belum sampai, kita sampaikan dengan santun dan berdasarkan fakta. Kalau terbentur dengan permasalahan,, empati perlu dikedepankan kemudian bantulah memecahkan masalah. Keputusan tetap di tangan ibu. Pro ASI bukan berarti harus anti Sufor kan?

Setelah melahirkan Fatih, saya mungkin sempat mengalami baby blues. Saya sempat 9 hari berjuang untuk mengenyahkan dot. Diakhir cuti, kuatir dengan kondisi Fatih saat nanti saya tinggal bekerja. Ibu saya memilih untuk menggunakan dot, saya takut kalau Fatih bingung putting lagi. Seorang teman dumay saya, sebutlah Mbak Sekar *nama sebenarnya, menenangkan saya,”Gak apa-apa Mbak. InsyaALLAH gak apa-apa. Anak saya juga pakai dot. Lah mau bagaimana lagi. Kita kan membutuhkan bantuan orang tua. Kita tidak bisa memaksa. Bersyukur orang tua mau mengawasi anak saat kita bekerja”.
Fattah 5 bulan
Akhirnya kecemasan saya pun menurun, saya menjadi lebih adem dan bisa memandang dari sudut lain. Iya, saya berhutang dengan kedua orang tua yang mau mengawasi anak-anak saya selama saya bekerja. Terus ada yang komentar lagi, “makanya gak usah bekerja, harta paling berharga kok dititipkan, bukan dijaga sendiri”.

Duh, perang tak pernah usai T.T

Selasa, 02 Juni 2015

(Review) Grand Sae Boutique Hotel Solo: Kereta dan Inspirasi Rumah

Pintu masuk

“Penilaian atau pilihan seseorang itu tergantung kebutuhan”

Ya, menurut saya, orang bisa memilih dan memberi nilai terhadap sesuatu itu bergantung kebutuhan  orang tersebut. Begitu pula ketika saya memilih Grand Sae Boutique Hotel Solo. Begitu suami setuju untuk menginap di Solo, usai perjalanan dengan kereta kalijaga, saya langsung browsing sana-sini.

Saya mencari hotel dengan harga 300ribuan, kamar dan tempat tidur yang cukup untuk berempat dan ada kolam renangnya. Sebelumnya sempat juga baca review Mbak Winda Oetomo, terus membandingkan dengan ulasan singkat berbagai hotel di beberapa travel online, kok hati saya langsung jatuh cinta dengan Grand Sae.

Daaaannn, pilihan saya tepat, itu yang dibilang suami. Pilihan saya memenuhi obsesi Fatih terhadap kereta dan memberi inspirasi bagi suami. Maksudnya?

Balkon menghadap stasiun Purwosari
Kereta
Letak Grand Sae deket banget dengan stasiun Purwosari, kalau yang suka jalan kaki, paling cuma butuh waktu 10-15 menit. Naik becak paling mahal 10 ribu. Kalau bawaan segabrek naik taksi 20 ribu. Ternyata, keberuntungan memang lagi-lagi berpihak pada Fatih, kami dapat kamar di lantai 5 dengan balkon yang menghadap stasiun Purwosari. Bisa ketebak, setiap kereta lewat, Fatih lari naik kursi di balkon. Benar-benar puas Fatih memandangi kereta yang hilir mudik.

Kolam dan taman gantung
Inspirasi Rumah
Begitu tiba di Grand Sae pukul 13.00 WIB, suami langsung asik memandangi desain interior dan eksteriornya. Pandangannya langsung ke langit-langit, “Mah, atap kacanya mungkin bisa dimodel seperti ini”. Ya, rumah yang kami bangun memang memiliki sedikit masalah dengan atap kaca. Ketertarikan suami berlanjut ke tanaman rambat di depan,”Besok halaman belakang mau tak kasih tanaman rambat dan gantung seperti ini Mah”.

Masuk ke kamar superior twin yang kami pesan, suami langsung suka dan ingin desain kamar utama seperti itu. Desain kamarnya memang oke banget. Minimalis namun tidak ‘kosong’. Dinding terpasang wall paper dengan corak yang lembut. Di kepala tempat tidur, ada hiasan ranting pohon dengan lampu berwarna hijau. Tempat tidur lengkap seprai dan bantal dengan merk king koil *akhirnya merasakan juga tidur di atas seprai king koil. Di sudut dekat balkon, ada meja kerja plus kursi tempat suami ‘menggarap’ liputannya.

Liburan tetap bekerja
Kamar mandinya memungkinkan saya memandikan Fatih dan Fattah. Desainnya juga minimalis yang lagi-lagi tidak ‘kosong’. Bagian yang saya suka, lantai showernya dari batu alam, ada rasa-rasa alaminya gitu.  Air hangatnya pun mengalir lancar.

Tempat tidur yang cukup luas
Sesuai Kebutuhan
Kembali kebutuhan, fasilitas di Grand Sae sudah memenuhi kebutuhan saya. Kamar cukup buat Fatih berlari-lari di sela-sela furniture di kamar. Luas kamar tidur termasuk kamar mandi 3,5 x 7 meter. Tempat tidur, cukup untuk ditiduri 2 orang. Karena Fatih, yang semula berjanji mau tidur dengan Ayahnya mengubah janji, tempat tidur akhirnya disatukan. Ide Ayah ini menyelesaikan 2 hal, Fatih tetap 1 tempat tidur dengan saya dan Fattah cukup luas untuk berguling di atas kasur.

Satu hal yang menarik di Grand Sae adalah kolam renang indoor. Saya memang punya rencana dari dulu untuk mengajak Fatih berenang. Sayang, awal tahun, hujan masih kerap datang. Solusi berenang meski hujan, ya kolam renang indoor. Kolam renangnya sih tidak besar sekitar 4 x 8 meter, kalau saya yang berenang jelas tidak puas. Tapi tujuan saya kan Fatih, cukuplah melihat dan mendengar tawa Fatih saat berenang.

Kolam renang

Terakhir yang membuat puas, ratenya 349.167 via  sudah dapat sarapan pula. Harga segitu dengan fasilitas kolam renang, balkon yang menghadap stasiun kamar plus tempat tidur yang cukup berempat *biasanya suami terpaksa tidur di sofa atau kasur bawah*, itu MURAH.

Plus-plus
Murah, kamar cukup luas, kolam renang indoor, masih ada plusnya. Plusnya di pelayanan, sarapan dan tanpa biaya tambahan. Kami kan datang pukul 13.00 WIB, padahal check in seharusnya pukul 14.00 WIB. Tidak menunggu waktu lama, tidak sampai 30 menit, kami sudah dipersilakan memasuki kamar disertai kunci masuk dan voucher sarapan plus voucher snack di pool bar.

Malam hari, sepulang jalan-jalan, saya menanyai resepsionis,”bisa minta tolong kukuskan labu kuning dan pisang kepok?”. Keesokan paginya, sebelum sarapan, saya menyerahkan labu kuning dan pisang kapok ke resepsionis. Dua makanan itu, khusus untuk sarapannya Fattah. Saat sarapan, labu kuning dan pisang kapok diserahkan ke saya. Alhamdulillah, entah disediakan atau rejekinya Fattah, di resto ada high chair buat bayi *sorak-sorak gembira.

Fatih pun cukup puas makan di restonya, karena ada pojok mie yang bisa dipesan. Fatih pesan mie goreng dan telur. Saya dan suami mencobai hampir semua menunya. Mulai dari jus, sereal, buah, nasi, lauk dan sayurnya.

Siangnya, sekitar jam 11.30 kamar dihubungi resepsionis, “Ibu berencana check out jam berapa?”. Karena hari itu Jum’at, kami berencana check out jam 12.30 setelah suami sholat jum’at. Untunglah resepsionis memperbolehkan. Asiknya lagi, saat check out kami tidak terkena biaya tambahan untuk nitip kukus dan molor check out *elus-elus dompet.

Penataan yang efisien
Minusnya
Kayaknya sempurna banget ya, terus minusnya apa? Ada sih minusnya. Kalau saya, saat masuk kamar mandi tercium bau yang kurang sedap. Cuma pas saya tanyakan suami, dia tidak mencium bau itu *apa hidung saya yang bermasalah.

Kalau suami saya, letak Grand Sae kurang strategis. Mau ke kota agak jauh. Mau naik angkot, harus jalan dulu ke jalan Supriyadi. Bagi saya sih gak terlalu masalah, wong saya sudah dididik untuk tahan berjalan kaki sejak kecil *baca tidak punya mobil.

Maskot burung merak
Kalau Fatih, maskotnya Grand Sae itu, membuat kesempurnaan Grand Sae berkurang. Iya, Fatih takut banget dengan maskot burung merak yang berdiri tak jauh dari pool bar dan lift.

Bagaimana dengan Fattah? Pasti dia manut saja. Eh, jangan salah, bagi Fattah, tingginya tempat tidur membuat sakit tubuhnya saat terguling dari tempat tidur. Eh, ini akibat keteledaran Mama dan Ayahnya ding *malah cari kambing hitam.

Nah, benar kan penilaian tergantung kebutuhan. Kalau ditanya, rekomendasikan Grand Sae Boutique Hotel Solo ga? Kalau kamu punya kebutuhan seperti saya, saya rekomendasikan.


Desain balkon tampak luar


Blog Design by Handdriati