Selasa, 24 Oktober 2017

5 ALASAN MEMILIH JAKET PARKA

 
Sumber Pinterest

 “Yah, beli jaket lagi? Jaket ayah banyak banget sih” respon saya saat melihat koleksi jaket suami.
“Orang lapangan Ma. Jadi jaketnya banyak. Mama pengen jaket juga?. Ntar ayah carikan di toko outdoor aja Ma. Sekarang banyak model jaket yang modis dan cocok buat cewek” janji suami saya.
Saya sih sebenarnya sudah punya jaket. Jaket model hoodie. Sayangnya, saya kurang suka. Yang satu, beli dari adik ipar, sisa barang jualan. Dulu butuh banget jaket, buat dipakai ke Bromo. Tanpa babibu langsung saja ambil jaket yang ada. Gambarnya absurd banget.
Satu lagi, jaket kenang-kenangan proyek penelitian lingkungan. Namanya lingkungan, anggota penelitian yang cewek cuma saya, jadi warnanya hitam dan sablonnya gambar air. Gitu doank. Kedua jaket juga agaknya sudah tidak relevan dengan ukuran tubuh saya. Maklum jaman masih gadis. Ditambah lagi, keduanya gak anti air.
Jadilah, di waktu santai. Yang artinya anak sudah tidur sementara kami masih punya sisa tenaga. Atau anak belum bangun di waktu subuh. Atau saat mereka berdua asik dengan aktifitasnya dan diam-diam kami masuk ke kamar berdua melihat model jaket di hape.
“Eh, model ini bagus Mah. Ukurannya mama berapa?” tanya suami sambil menunjuk salah satu gambar jaket di instagram.
Ternyata gambar jaket yang ditunjuk suami adalah jaket parka.  Apa sih jaket parka?  Jaket parka adalah sejenis jaket tebal yang digunakan dalam cuaca dingin. Dulunya jaket parka dipakai oleh para pemburu yang tinggal di Kutub Utara. Biasanya dilengkapi dengan hoodie dan bulu di bagian dalam jaket agar tubuh tetap hangat.
Jaket parka juga digunakan untuk kegiatan militer. Kemudian sempat meredup di akhir tahun 1980an, karena dianggap tidak trendi dan identik dengan kutu buku.
Nah, pada tahun 2000an jaket parka mulai naik pamor lagi, setelah beberapa selebritis dunia mengenakan jaket parka sebagai fashion. Sebenarnya sih tren, bukan satu-satunya alasan saya dan suami memilih jaket parka.
BAHAN YANG RINGAN
Dulunya bahan jaket terbuat dari kulit rusa yang berat. Sekarang sih, bahan yang digunakan berkembang menjadi lebih ringan seperti polyester, kain kanvas, wool, nilon. Kita juga bisa memilih bahan kain yang menyerap keringat dan tidak panas, jika kita tinggal di daerah yang bersuhu panas. Atau pilihlah yang memiliki lapisan bulu agar lebih hangat untuk yang tinggal di daerah bersuhu dingin.
ANTI AIR
Saya menyukai jaket yang anti air. Biar bisa digunakan sebagai jas hujan dadakan. Kadang kalau pas naik motor dan hujan datang mendadak, saya malas memakai jas hujan. Apalagi kalau tempat yang dituju sudah dekat.

Warna yang cantik (pinterest)

 WARNA DAN MODEL YANG BERAGAM
Ini penting banget, terutama buat yang fasionable. Jaket parka sekarang semakin banyak model dan warnanya. Selain melindungi tubuh, juga bisa dipadu padankan sehingga tampilan lebih stylish.
SAKU DAN HOODIE
Saat keluar mengenakan jaket, biasanya saya jarang membawa tas. Apalagi kalau tas isinya cuma hape dan dompet. Makanya, saku sangat penting dimiliki jaket, terutama yang cukup lebar dan aman untuk menyimpan hape dan dompet. Saku dibagian dalam juga sangat penting. Biar lebih aman.
Seperti yang sudah saya ceritakan, jaket kadang berfungsi sebagai jas hujan saat naik motor atau gerimis datang. Nah, hoodie sangat penting kala itu. Jaket parka yang tersedia sekarang memiliki model hoodie yang bisa dilepas. Jadi kalau memang tidak dibutuhkan bisa disimpan.
HARGA YANG BERAGAM
Sebenarnya mahal atau murah relatif ya. Tergantung punya uang atau tidak. Itu jawaban saya kalau ditanya Fatih. Harga jaket parka juga begitu. Ada jaket parka mahal dan ada jaket parka murah. Ada yang harganya jutaan hingga mungkin seratus ribuan. Tinggal disesuaikan sama kebutuhan dan isi kantong. Jadi buat yang kantongnya semacam kantong saya, juga bisa membeli jaket parka dengan model yang disukai.
Nah, itu tadi 5 alasan saya dan suami memilih jaket parka. Alhamduliillah di hari ultah kemarin, jaket parka warna kuning sudah mendarat cantik di kamar saya. Meski suami ngasihnya gak romantis. Gak dibungkus kado, langsung dberikan begitu saja hiks. Yang penting dapat jaket lah.

Jaket Parka Kuning

Senin, 23 Oktober 2017

4 HAL TENTANG PERNIKAHAN YANG PERLU DIKETAHUI PARA LAJANG

Langkah menuju gerbang pernikahan


Akhirnya Sang Pangeran menemukan pemilik sepatu yang tertinggal di Istana. Cinderella dan Pangeran kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya.

Cerita di atas adalah penggalan kisah dongeng Cinderella yang sangat terkenal. Sebenarnya banyak kisah lainnya yang serupa dengan kisah di atas. Sebutlah Putri Salju dan 7 Kurcaci. Ada lagi Putri Aurora yang tertusuk jarum dan diselamatkan oleh Pangeran. Semua kisahnya berakhir dengan bertemunya Putri dan Pangeran. Mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.

Kisah dongeng seringkali menginspirasi abg bahkan lajang yang usianya masuk kategori dewasa awal. Menikah adalah akhir bahagia dalam perjalanan cinta. Di dunia nyata, justru saat menikah, cinta banyak mengalami ujian. Ketika tak lulus ujian, seringkali perceraian jalan yang dipilih. Bagi saya sih, perceraian akan saya pilih jika pasangan melakukan KDRT, selingkuh atau sudah berbeda keyakinan.

Makanya, sangat penting bagi para lajang untuk mengetahui dunia pernikahan. Agar tak ada kesenjangan antara pengharapan dengan kenyataan pernikahan serta penyesalan yang selalu datang belakangan.

Tak Cukup Dengan Cinta

Mas, apapun kondisimu, aku akan menerima semuanya. Susah senang kita bersama, meskipun harus makan sepiring berdua, atau tidur beralaskan tikar. Preeet. Mungkin, saat itu rasa cinta menutupi logika.

Setelah menikah, realita membuka semuanya, apalagi setelah punya anak. Mau bayar rumah sakit atau iuran BPJS pakai cinta?. Beli popok, MPASI, bayar sekolah anak atau membelikan pakaian dan mainan pakai cinta?. Belum beli rumah dan kendaraan.

Saya sih menikah juga berdasarkan cinta. Sebagai jawaban atas doa yang saya panjatkan usai sholat. Tapi tetap, ada pertimbangan lain yang membuat saya yakin untuk menikah dengan calon suami kala itu.

Percayalah, setelah menikah, cinta yang dirasakan tidak menggebu-menggebu saat pacaran. Dalam perjalanannya, banyak hal lain yang perlu dipikirkan dan dipenuhi.

Baca : Bukan Cinta Biasa

Harga Yang Harus Dibayar

Setiap pilihan, ada harga yang harus dibayar. Saat memilih menikah, artinya kita harus siap dengan konsekuensinya. Awal menikah, paling malas itu bangun pagi menyiapkan sarapan. Dulu pas lajang, setelah subuh saya sering tidur lagi atau sekedar bermalas-malasan di atas tempat tidur.

Setelah Fatih lahir, tenaga yang dikeluarkan lebih banyak lagi. Mengganti popok, menyusui dan begadang, menggendongkan dan menenangkan, menyiapkan mpasi hingga dia dan adiknya besar pun masih butuh tenaga dan pikiran.

Lelah? Pasti, begitulah resiko punya anak. Itu jawaban yang selalu saya sampaikan ke suami, saat kami kelelahan mengasuh duo F.

Baca : Perjuangan Menyusui Bagian 1


Berusaha Menerima Perbedaan

Perbedaan & Perubahan

Menaruh handuk di kasur, meletakkan peralatan rumah tangga di sembarang tempat atau tidak dapat membedakan bawang putih dan bawang merah, itu mah hal biasa. Sama halnya kita tidak tahu busi, macam-macam kunci inggris dan peralatan bengkel lainnya.

Laki-laki dan perempuan jelas berbeda kan? Kalau sama, ngapain juga kita menikah dengan mereka. Nah, dalam pernikahan sangat penting memahami dan menerima perbedaan. Tahu waktu untuk menyampaikan argumen, tahu waktu menahan diri dan tahu waktu untuk mengalah. Masak perkara memilih mukena yang akan dibeli atau memilih baju muslim anak untuk berlebaran saja, berantem 3 hari 3 malam.

Selain menerima perbedaan, kita juga harus mau mengalami perubahan. Tentunya perubahan menjadi lebih baik. Lah, misal kita tidak bisa masak, akan tetap berkeras tidak mau belajar masak?. Dulu setiap malam keluar, akan meneruskan kebiasaan itu setelah menikah? Kecuali memang kerjanya shift malam.

Konsekuensi dari sebuah hubungan pernikahan adalah kita tidak lagi menjadi orang yang sama. Kita bukanlah kita saat lajang yang masih punya kebebasan. Setidaknya satu kaki kita terikat pada keluarga, terutama anak. Terkadang kita merasa, sudah tak menjadi diri sendiri. Tak bisa lagi menikmati waktu untuk sendiri. Jenuh, lelah pasti ada. Tinggal kita yang harus pintar mengelola dan mencari waktu untuk diri sendiri, tentunya kerjasama dengan pasangan.

Pasangan

“Menikah itu mencari masalah, makanya jangan memilih pasangan yang bermasalah” ujar seorang teman yang sekarang menjadi atasan.

Saya sih paham maksudnya. Penjelasan di atas saja, sudah menjadi masalah kalau kita tidak siap menjalani pernikahan. Seringnya permasalahan pernikahan berkaitan dengan pasangan.

“Duh, saya capek mbak, ngurus rumah dan anak. Inginnya bisa istirahat, sejam dua jam”.

“Anak saya belum berhasil disapih, padahal usianya sudah hampir 4 tahun”.

Jawaban saya kalau ada yang curhat seperti di atas, pastilah komunikasikan dengan pasangan. Sampaikan perasaanmu dan carilah solusi untuk mengatasinya. Kalau patner kita tidak seiya sekata, sulit kan. Apalagi kalau tidak mau membantu bahkan tidak peduli.

Nah, kalau tepat memilih pasangan tentunya hal itu bisa diatasi bersama. Tetapkan kriteria pasangan sebelum menikah. Ya, agar kita tidak terjebak dalam rasa cinta, yang seringkali tai ayam rasa coklat hihihi.

Bukan berarti harus cari yang sempurna. Tidak ada pasangan atau orang yang sempurna. Kalau pun ada yang tampan, pintar, sholeh dan kaya, apa mau sama situ eh saya?

Namanya pasangan ya, yang cocok. Tidak harus sama, tapi tidak juga harus berbeda. Misal kita cerewet berarti cari yang pendiam, kita hitam cari yang putih, atau kita pendek cari yang tinggi *eh, itu mah saya.

Wah, serem juga ya nikah? Gak juga sih. Itu tadi sengaja yang serem-seremnya. Supaya siap menghadapi realita menikah. Menikah adalah pilihan, bahagia juga pilihan. Menikah dan bahagia berarti pilihan. Ada yang menikah tidak bahagia? Ada. Ada yang tidak menikah dan bahagia? Ada. Yang tidak menikah dan tidak bahagia? Banyak..hihihi..





Meski Lelah Namun Bahagia




Kamis, 19 Oktober 2017

HOBI DI TENGAH KESIBUKAN

“Yah, pulang jam berapa? Kepala Mama pusing nih” wa saya kepada suami.

Tidak terlalu lama, sekitar 15 menit terdengar suara motor suami di depan garasi.

“Ayah pulang..ayah pulang” seru duo F bersahut-sahutan sambil berlari menuju garasi.

Usai menyapa anak-anak, dan berganti pakaian, suami masuk ke kamar, melihat saya yang tiduran dalam kamar.

“Kenapa Ma?”tanyanya sambil memijat kepala saya.

Sebenarnya saya tidak ada penyakit fisik. Hanya kepala terasa penuh, pelipis berdenyut dan malas beraktifitas. Saya sadar, saya sudah overload. Sedang jenuh dengan segala aktifitas.

Meski ini bukan penyakit fisik, gejala psikis yang menghampiri jangan dianggap remeh. Stres yang berkepanjangan dapat juga menimbulkan gejala fisik, seperti sakit kepala, sakit perut atau penyakit kulit yang muncul karena faktor stres.

Sama halnya dengan penyakit/gangguan fisik, penyakit/gangguan jiwa dapat menghambat aktifitas. Yah, seperti yang saya ceritakan, saya malas beraktifitas, emosi tidak stabil dan tentunya bisa berdampak ke keluarga dan orang-orang di sekitar. Yang paling saya pikirkan tentu anak-anak.

BERMALAS-MALASAN

Nah, kalau sudah overload seperti itu, jelas saya butuh menyalurkan hobi bermalas-malasan. Apa malas?. Iya malas. Gara-gara overload, saya jadi malas masak, malas bersih-bersih rumah, malas bekerja dan malas jadi satpam anak-anak hihihi..

Untuk menyalurkan hobi itu, saya butuh wadah dan wadahnya adalah liburan atau piknik. Biasanya saya mengambil waktu 1-2 hari.

Piknik itu artinya, menginap di hotel dan jalan-jalan ke luar kota dengan suami dan anak-anak. Nah, selama liburan, saya libur memasak dan libur bersih-bersih rumah. Jelas saya tidak bekerja dan tugas jadi satpam pun lebih luwes.

Bonus lagi, saya lihat senyum dan binar mata duo F. Sungguh membuat saya dan suami bahagia dan nyess. Iya duo F paling senang dengan jalan-jalan, apalagi Fatih yang passionnya memang jalan-jalan.

Bagian tidak menyenangkan hanya 1, menghabiskan uang yang banyak..jut-jut lah termasuk sensasinya saat melihat isi tabungan..hahaha.

Tapi saya sadar kok, hobi bermalas-malasan tidak bisa saya lakukan terus menerus. Makanya saya punya beberapa hobi lain yang dapat dilakukan dengan waktu yang relatif lebih singkat.

NONTON VIA INSTAGRAM

Sekarang saya jarang banget nonton drama korea lewat netbook atau televisi. Waktu yang belum ada. Iya kalau nonton paling tidak menyediakan setiap serinya 30-60 menit.

Setelah bekerja, tugas lain sudah menanti. Antar Fatih TPQ, jemput adek di tempat eyang dan jemput Fatih TPQ. Untuk menyalurkan hobi nonton drama korea yang merambah ke drama taiwan, saya biasanya nonton lewat IG. Yah, memang harus puas hanya 1 menit. Tapi kan singkat. Bisa disela-sela kesibukan.

SOSMED HINGGA MOJOK

Selain nonton drama korea atau drama taiwan, hobi saya membaca status teman. Dari status, saya paling tidak tahu kejadian viral hingga artikel yang dishare.

Untuk menonton acara gosip dan berita sering kalah dengan tontonan upin-ipin, marsha atau boboboy. Alternatifnya, saya buka sosmed. Timeline di sosmed sungguh sudah menyajikan gosip yang sedang hot hingga kejadian yang sedang viral.

Asiknya bisa dilakukan di saat menunggu jemputan. Sambil makan siang. Atau malah nongkrong di WC, asal jangan sampai nyemplung saja..hihihi.

Gegara sosmed, saya jadi bisa tahu situs asik macam Mojok atau web-web lain. Meski menurut saya baca buku masih lebih baik dan asik. Hanya saja, saya kalau baca buku, susah berhentinya. Malah nagih dan lupa tugas yang lain *padahal buka sosmed sama saja.

Duh, hobinya gak jelas banget ya. Tidak elegan dan berkelas. Loh kalau nulis? Entahlah, menulis sedang meredup sinarnya. Bukan idenya sih. Makanya tetap saya paksakan. Salah satu cara mengikuti arisan Gandjel Rel. Sekaligus artikel ini menjawab tantangan yang diberikan Mbak Ika dan Mbak Arina.

Semoga saya menemukan hobi lain yang lebih menghasilkan dan berfaedah. Misalnya membaca Al-Qur’an dan mengkaji isinya..aamiin.

Selasa, 10 Oktober 2017

LACTACYD LIQUID BABY UNTUK MEMBANTU MENGATASI BIANG KERINGAT


Credit Foto Arina
 Ibu adalah pengalaman fantantis buat saya. Bermula dari ikatan antara saya dan calon buah hati saat berada dalam kandungan. Hingga akhirnya saya jatuh cinta pada pandangan pertama pada bayi yang baru saja saya lahirkan. Sebagaimana perasaan cinta, apapun akan saya berikan untuknya. Segala perhatian dan waktu yang saya punyai.

Melihat senyuman dan wajah polosnya saat tertidur nyenyak sungguh sebuah kebahagiaan yang tiada duanya. Begitu pula, saat dia menangis atau terlihat kesakitan sungguh mampu membuat mata saya membanjir.

Sebagai ibu baru kala itu, saya pikir permasalahan yang akan saya hadapi seputar menyusui dan mengganti popok. Nyatanya banyak hal di luar dugaan. Masalah menyusui dan menggantikan popok saja kalau ditulis akan berlembar-lembar. Di tambah muncul permasalahan lain, yang sebenarnya dialami juga oleh sebagian besar ibu.

BIANG KERINGAT

Di usia menjelang 2 bulanan, baik Fatih dan Fattah, keduanya mengalami biang keringat. Suhu udara di kota Kudus yang cukup panas membuat kulit mereka sering berkeringat. Seingat saya mereka menjadi rewel, gelisah dan kerap menangis yang susah untuk dihentikan.


Senang lihat senyumnya Fatih, sedih lihat lehernya


Tidak hanya di siang hari, di malam hari pun mereka rewel. Setelah diajak ke luar ruangan, merasakan angin yang semilir barulah mereka tenang. Tapi kalau dibawa ke dalam ruangan dan merasakan udara panas, mereka mulai rewel kembali.

Yah, saya sebagai orang dewasa saja memang merasakan suhu yang panas dan terus berkeringat. Apalagi, kami tidak memungkinkan memasang AC. Maklum kami masih numpang di rumah ortu yang daya listrik rumah hanya 900 wattt.

Hal yang paling membuat saya sedih lagi adalah kulit mereka yang memerah. Apalagi Fatih, di sekitar lehernya merah semua. Duh, saya jadi ikut merasa gatal dan panas.

Kala itu, saran dari orang tua dan mertua, diberikan tepung kanji di kulit yang memerah. Saya sudah mencoba, hanya saja hasilnya kurang memuaskan. Entah mungkin saya yang kurang sabar dan telaten.

LACTACYD LIQUID BABY

Saya pun kemudian browsing mencari informasi di internet melalui group-group seputar bayi dan anak. Setelah membaca dan menyimak artikel dan diskusi antar anggota, ada yang menyarankan menggunakan #Lactacyd Baby untuk membantu mengatasi biang keringat.

Saya pun segera mencari Lactacyd Baby di toko bayi dan anak. Alhamdulillah, ternyata cukup mudah menemukan produk Lactacyd Baby.

Kenapa Lactacyd Baby? Karena kulit bayi yang baru lahir, masih belum berfungsi secara sempurna. Masih sangat tipis dan sensitif. Karena itulah dibutuhkan perawatan yang tepat, salah satunya dengan menggunakan sabun Lactacyd Liquid Baby yang diformulasikan untuk kulit bayi.

Lactacyd Liquid Baby merupakan #BabySkinExpert yang formulasinya aman digunakan setiap hari dan telah teruji secara dermatologis. Salah satu bahannya ektrak susu, yaitu Lactoserum dan Lactic Acid yang membersihkan dan merawat kulit bayi serta menjaganya agar tetap bersih dan sehat.

TIPS MENGATASI BIANG KERINGAT

Selain mendapatkan informasi soal Lactacyd Liquid Baby, saya mendapatkan beberapa saran untuk mengatasi biang keringat :.

1. Hindari Udara Panas dan Lembab

Upayakan untuk menjaga kondisi lingkungan agar tetap sejuk. Salah satu upayanya menggunakan AC atau kipas angin. Tetapi untuk penggunaan kipas angin, hindari angin secara langsung.


2. Pakaian

Kenakan bahan pakaian yang nyaman dan aman untuk bayi. Bahan yang lembut dan menyerap keringat serta pakaian yang longgar sehingga kulit bayi tidak mudah teriritasi dan sirkulasi udara tetap ada. Selain itu, seringlah berganti pakaian. Terutama jika pakaian basah terkena keringat segeralah ganti.

3. Jagalah kulit bayi tetap dingin

Untuk mendinginkan kulit bayi, bisa mnggunakan kain yang dibasahi dengan air dingin dan kemudian diusapkan ke kulit bayi. Pilih bahan kain yang lembut untuk bayi.

Itulah cerita pengalaman saya tentang biang keringat. Semoga bermanfaat bagi ibu-ibu lain yang mengalami masalah serupa.

Fattah yang tak tahan udara panas


Sabtu, 07 Oktober 2017

PENGALAMAN PERTAMA SEBAGAI MODERATOR

“Untuk Menjadi Bisa, Berawal dari Belum Bisa. Untuk Menjadi Pandai Seringkali Mengalami Kebodohan”

Bercerita soal pengalaman pertama, membuat ingatan saya melayang ke peristiwa belasan tahun silam. Kala itu saya menjadi mahasiwa semester 3 di jenjang S1. Masih unyu-unyu dan sering dikira masih SMP *dulu pernah langsing.

Makanya saat Mbak Marita Ningtyas dan Dini Rahmawati memilih tema tentang pertama, saya jadi ingat pengalaman pertama menjadi moderator. Sungguh, tak kan terlupa dan menjadi pelajaran hidup yang berharga.

Sejak TK hingga SMA, saya tergolong pelajar yang biasa saja. Nilai pelajaran biasa saja. Kepopuleran di sekolah juga biasa saja. Hingga muka saya yang biasa saja..hihihi.

Sebenarnya, di dalam hati saya, tersimpan hasrat untuk tampil. Setidaknya kalau dari segi fisik, saya biasa saja dengan kemampuan intelligensi yang biasa juga, saya tetap ingin menunjukkan kemampuan yang lain. Saya tetap ingin menunjukkan, “ini lho saya”.

Dulu, saya memilih untuk tampil di depan kelas saat tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Biasanya pas ada tema bermain peran. Saya paling suka. Kalau ada kesempatan untuk maju, saya beranikan untuk mengangkat tangan. Dan jauh sebelum waktunya, biasanya saya sudah hafal skenario dan seluruh dialognya. Mungkin saya bakat jadi artis *kipas jilbab.

“Penghayatannya sudah cukup bagus. Suaranya juga disesuaikan dengan suara ibu yang sudah berumur. Hanya saja tempo bicaranya lebih diperlambat Mbak. Yang tadi terlalu cepat” review guru usai saya tampil sebagai ibu Malin Kundang.

Ya, saya memang masih grogi kala itu, sehingga tempo bicara seperti di kejar setan hihihi.  Makanya saat diterima di Universitas Muhammadiyah Surakarta prodi Psikologi, saya bertekad untuk lebih percaya diri saat tampil di hadapan publik.

Langkah yang saya ambil untuk mewujudkan tujuan lebih percaya diri berawal dari hal yang sederhana. Berani bertanya dan berpendapat dalam perkuliahan. Sungguh, bagi saya ini bukan hal mudah. Ketakutannya, kalau pertanyaan saya tidak berbobot. Padahal, saat kita urung bertanya, ada teman yang pertanyaannya persis dengan tema yang ingin ditanyakan.” Duh, tadi aku juga pengen tanya soal itu”, dengan rasa sesal.

Langkah berikutnya adalah bergabung dengan organisasi kemahasiswaan. Harapan saya dengan bergabung kesempatan dan dorongan untuk belajar lebih besar. Dulu sih saya berusaha untuk tidak melewatkan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan teman-teman. Urusan masih kagok belakangan lah.

Hingga tiba menginjak semester 3 saya terlibat kepanitiaan mahasiswa baru di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Acaranya bernama MASTA yang terkenal juga di dunia jomblo. Kok? Iya, singkatannya Masa Ta’aruf #ea.

Alhamdulillah, saya dapat kesempatan menjadi moderator #duh. Kok duh? Karena itu adalah pengalaman pertama saya berbicara di hadapan orang banyak. Tidak sekelas pembicara sih. Tapi kan tetap berasa jadi pusat perhatian di antara Maba alias Mahasiswa Baru.

Tapi, ingat prinsip pertama, tidak melewatkan kesempatan, maka saya iyain saja. Tentunya saya minta contekan juga. Rundown acara sebagai moderator. Mulai dari salam pembuka, kata pembuka untuk masuk tema, membacakan biodata pembicara, kesimpulan dan penutup. Dan kesemuanya lengkap termasuk tanda baca, titik dan koma.

Semuanya saya catat dalam sebuah kertas yang dilipat kecil. Biar gak kelihatan kalau nyontek. Seminggu sebelum hari H, saya berlatih di depan cermin. Menghafalkan kata dari A hingga Z sambil memperhatikan mimik muka dan gaya tubuh. Yah, biar kelihatan luwes dan tampak percaya diri.

Hingga tiba di hari H, saya memasuki ruangan bersama pembicara. Setelah pemandu kelas menyerahkan acara selanjutnya, saya mulai membuka dengan salam pembuka, sambil sesekali melirik catatan untuk meyakinkan diri.

Saya masih deg-degan, makanya saya masih bergantung dengan catatan dalam kertas kecil. Di detik-detik terakhir, pembicara mengakhiri percakapan, perubahan terjadi dalam sekejab dan saya menghadapi dilema.

“Ambil, jangan..ambil, jangan” batin saya bergolak sambil melihat kertas contekan yang tergolek di bawah lantai.

Sementara teman saya yang bertugas sebagai pemandu kelas, menahan tawa melihat kejadian itu. Kalau saya ambil, pasti kelihatan itu kertas contekan. Kalau tidak, sungguh saya tidak hafal salam penutupnya.

“Demikianlah materi dari pembicara. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Akhir kata, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh” tutup saya terburu-buru dengan pikiran melayang berusaha merangkai kata.

Hahaha, itulah pilihan saya, untuk mengabaikan kertas contekan. Meski dalam hati saya merutuki kertas contekan yang jatuh. Pengalaman itu tidak sesuai dengan harapan saya. Tapi itu langkah besar saya untuk lebih percaya diri berbicara di hadapan orang. Selanjutnya langkah itu lebih mudah. Karena tidak ada sesuatu yang langsung pandai. Asa Bisa Karena Biasa.

Rabu, 04 Oktober 2017

Hindari Beberapa Hal Berikut Ketika Menginap di Hotel Agar Liburan Nyaman

Liburan atau travelling selalu menyenangkan terutama di Puncak. Berkunjung ke tempat- tempat baru, menikmati cita rasa makanan baru, dan berbagai hal lainya. Namun, seperti yang kita ketahui liburan membuat kita lelah dan butuh tempat singgah untuk beristirahat. Dari banyaknya resort di Puncak yang tersedia untuk para traveller hotel selalu menjadi pilihan yang terbaik dan banyak diminati oleh para traveller terutama untuk para traveller yang memiliki budget cukup.


Namun, apabila kita memang berniat menginap di hotel, maka ada beberapa hal yang wajib kita perhatikan agar liburan kita lebih nyaman. Hal ini tentu berkenan dengan kelalaian - kelalaian yang sering dilakukan para traveller. Kelalaian itu diantaranya :

1. Meninggalkan Barang Berharga

Meninggalkan barang berharga di lobby hotel atau kamar selalu terjadi pada sebagian traveller. Hal ini tentu merupakan kebiasaan yang perlu dihindari. Mengapa ? Barang - barang berharga seperti handphone, laptop, perhiasaan dan lain - lain ini berpotensi untuk di curi oleh orang lain. Sehingga point pertama ini sangat wajib kita perhatikan ketika menginap resort di Puncak. Jangan pernah meninggalkan barang berharga kita.

2. Meninggalkan Kamar dengan Keadaan Tak Terkunci

Hal kedua yang perlu kita perhatikan adalah jangan pernah meninggalkan kamar kita dalam keadaan tidak terkunci. Hal ini juga sangat sering terjadi pada sebagian traveller yang mengeluhkan kehilangan barang. Ya meninggalkan kamar dalam keadaan tidak terkunci tentunya sangat beresiko dan jangan mengeluh jika barang - barang berharga kita bisa saja hilang. Jangan sampai liburan kita berujung musibah hanya karena masalah sepele.

3. Memberi Informasi Pribadi kepada Orang Asing

Hal ini juga penting diperhatikan ketika kita menginap di hotel atau resort di Puncak. Jangan pernah memberikan inisial, nomor kamar, atau informasi pribadi kita kepada orang Asing. Bukan berarti kita tidak boleh berbincang dengan orang asing, tetapi kita perlu waspada, mengingat maraknya kejahatan yang terjadi akhir - akhir ini kepada para traveller. Jadi tetap waspada ya.

4. Jangan Asal Membuka Pintu

Ketika kita menginap di hotel atau resort jangan pernah asal membuka pintu. Hal ini penting untuk diperhatikan. Misal kita menginap di hotel, jangan pernah membukakan pintu tanpa tahu siapa yang mengunjungi kamar kita. Jikalau itu adalah pegawai hotel atau pelayanan kamar, pastikan ia menggunakan id card atau tanda pengenal hotel tempat dimana kita menginap. Hal ini penting untuk mewaspadai tindak kejahatan.

5. Jangan Mudah Terbawa Emosi

Jangan mudah terbawa emosi dengan pelayanan yang kurang berkenan. Kita boleh mengkritik pelayanan yang diberikan di hotel atau resort di Puncak dimana kita menginap. Namun jangan mudah terbawa emosi, ada baiknya menyampaikan komplain dengan cara baik misalnya menginformasikan kepada manajer hotel atau sebagainya. Agar tidak merusak mood liburan dan membuat masalah baru, usahakan tetap tenang ya.

5 Universitas Swasta di Jakarta Dengan Jurusan Terakreditasi A



Sulit menentukan universitas mana yang akan dimasuki, terutama saat momen penerimaan mahasiswa baru karena hampir seluruh universitas menyediakan kualitas yang beragam. Namun, berikut ini ada 5 Universitas swasta yang dapat dijadikan rekomendasi karena memiliki banyak jurusan dengan akreditasi A.

UHAMKA


Ada 8 jurusan di UHAMKA yang mendapat akreditasi A, yakni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1), Administrasi Pendidikan (S2), Pendidikan Bahasa Indonesia (S2), Pendidikan Agama Islam (S1), Ilmu Komunikasi (S1), Bimbingan dan Konseling (S1), Pendidikan Sejarah (S1), dan Kependidikan Islam (S1).


Universitas Trisakti



Universitas yang melegenda dengan kisahnya ini memiliki 14 jurusan dengan akreditasi A di dalamnya, yakni Akuntansi (S1), Ekonomi Pembangunan (S1), Teknik Lingkungan (S1), Manajemen (S1), Teknik Elektro (S1), Arsitektur (S1), Teknik Industri (S1), Teknik Mesin (S1), Teknik Sipil (S1), Ilmu Hukum (S1), Desain Interior (S1), Desain Komunikasi Visual (S1), Desain Produk (S1),  dan Fotografi (S1).

Universitas BINUS


Proses penerimaan mahasiswa baru di BINUS memang cukup sulit, namun hal ini layak di perjuangkan karena kualitasnya dan ada banyak jurusan dengan akreditasi A yang dapat dijadikan sebagai pilihan.

Universitas Atmajaya



Universitas katolik swasta yang satu ini juga memiliki banyak jurusan dengan akreditasi A, pada tahun 2015 saja sudah ada 13 jurusan di universitas ini yang mendapatkan akreditasi A salah satunya yakni jurusan Psikologi. Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi websitenya langsung.

Universitas Untar


Universitas swasta yang satu ini memang cukup menarik untuk dimasuki, dengan 3 prinsip yang dipegangnya yakni Entrepreneurial, Professionalisme, dan Integritas. Universitas UNTAR memiliki 12 jurusan yang telah terakreditasi A, yakni jurusan Manjemen (S1), Akuntansi (S1), Hukum (S1 & S2), dan lainnya. Untuk melihat detail jurusan yang terakreditasi A terbaru, silahkan kunjungi websitenya langsung

Penerimaan mahasiswa baru adalah momen yang penting, oleh karenanya jangan sampai salah masuk universitas yang ada. Pilihlah dengan hati-hati universitas apa yang ingin dimasuki agar tidak menyesal di kemudian hari. Nah, 5 universitas di atas dapat menjadi rekomendasi universitas yang akan dimasuki karena memiliki banyak jurusan dengan akreditasi A di dalamnya..

Blog Design by Handdriati