Sabtu, 29 November 2014

IMPIAN TERBANG BERSAMA GARUDA

“1, 2, 3, terbang” teriak Fatih, anak tertua saya sambil menerbangkan pesawat kertasnya.

Fatih memang sangat suka dibuatkan dan memainkan pesawat dari kertas warna warni.

“Ma, naik pesawat Ma” ujarnya lagi semenjak dia mengantarkan eyang kakung, eyang putri dan tantenya ke Bandara Achmad Yani Semarang.

 
Fatih dan Pesawat Kertas

Iya, kemarin bulan Oktober Yangkung dan Yangti dapat undangan menghadiri pernikahan cucu dari keponakan Yangti yang berada di Medan. Keluarga besar Yangti sebagian besar memang tinggal di Medan dan Rantau Prapat. Sebenarnya kalau tidak karena usia kandungan sudah memasuki bulan ke- 9, saya dan suami pengen juga turut serta, tapi tahu dirilah, minta ditendang pramugarinya..hihihi.

Tantenya Fatih ditugasi untuk memesan tiket pesawat. Saya langsung saja menyarankan untuk naik Garuda Indonesia. Weh, apa saya sering atau pernah bepergian dengan Garuda Indonesia? Belum sama sekali hihihi. Kok saya berani merekomendasikan Garuda Indonesia?

Begini ceritanya, di Natural Cooking Club (NCC), sebuah group masak yang saya ikuti, tiba-tiba ada anggota yang bertanya tentang makanan yang disediakan oleh maskapai penerbangan. Nama Garuda Indonesia disebutkan sebagai maskapai dengan makanan yang paling memuaskan. Ternyata pembicaraan juga melebar tentang pelayanan yang lain. Intinya kalau ingin mendapatkan kenyamanan dan pelayanan yang memuaskan Garuda Indonesia lah pilihannya. GarudaIndonesia dianggap sebagai Maskapai Terbaik Indonesia.


Garuda Indonesia memberikan pelayanan istimewa bagi penumpang

Saya menjadi penasaran seperti apa sih konsep layanan Garuda? Cocok tidak ya, kalau mengajak anak-anak terbang bersama GarudaIndonesia. Melaju lah saya ke tekapeh. Wow, ternyata konsep layanan mengambil dari ciri khas Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahannya. Hm, untuk awalan cocok lah sama Fatih, yang suka takut kalau bertemu orang baru. Keramahtamahan ini rupanya memanjakan 5 panca indera kita. Apa saja sih?

1.       Sight
Mata para penumpang dimanjakan dengan desain interior baru di dalam kabin pesawat. Mas dan mbaknya tampak cantik dengan seragam tiga warna yaitu hijau tosca, jingga serta biru. Selain itu ternyata di dalam pesawat ada hiburannya lho.

2.       Sound
Terkait dengan panca indera mata, telinga para penumpang juga dimanjakan oleh fasilitas hiburan yang tersedia. Menurut tantenya Fatih, gegara ada LCD TV dalam pesawat, penerbangan tidak terasa. Wah, kalau gitu Fatih bisa nonton film Masha and The Bear atau Upin Ipin kesukaannya.

3.       Scent
Begitu memasuki pesawat, menurut tantenya Fatih, tercium bau wangi yang enak banget. Jadi ga ada deh, bau-bauan yang ga enak tercium di hidung. Kadang kan kalau di kendaraan umum tercium bau yang ga enak. Fatih pasti akan bilang, “wangi Ma”.

4.       Taste
Ini nih bagian yang paling penting berdasarkan informasi NCC. Sajian makanan dan minuman Garuda Indonesia katanya paling top. Pengalaman tantenya Fatih di kelas ekonomi, pas berangkat dari Semarang-Jakarta ada snack berupa roti, risoles, kacang dan minumnya bukan air putih, tapi jus. Artinya, saya tidak perlu bawa makanan lagi buat Fatih. Fatih paling senang tuh, kalau ada snack hihihi.

5.       Touch
Sentuhan keramahtamahan ini tidak hanya di dalam pesawat, mulai dari reservasi penerbangan pun sudah dirasakan. Di tempat saya, khusus Garuda Indonesia, kita bisa check in di hotel Griptha, salah satu hotel di kota Kudus. Jadi sebelum berangkat ke Bandara bisa mampir check in dulu, oke banget kan?.

Wah, saya jadi semakin mantap dengan impian terbang bersama Garuda dengan membawa anak-anak. Saya selalu bilang ke Fatih, “Iya, uangnya jangan buat jajan trus ya, ditabung, ntar buat beli tiket pesawat”. Ya, tiket pesawat kan ga murah, apalagi kalau sekelas Garuda Indonesia. Eh, ternyata saya salah, pas buka website dan Twitter Garuda Balikpapan kok ada juga promo Tiket Pesawat Murah. Ga kalah murah lah ma maskapai penerbangan yang lain.


Saya punya impian mengunjungi daerah di Indonesia. Sampai sekarang saya baru mengunjungi pulau Sumatera, tepatnya Sumatera Utara, tapi saya lewat jalur darat. Jadi bisa dikatakan, saya mengunjungi daerah sumatera yang lain kan hehehe..Saya juga sempat tinggal di Makassar dan sering pulang ke Denpasar. Sedang pulau Jawa, saya sudah pernah mengunjungi dari Jakarta hingga Jawa Timur.

Berarti daerah yang belum sempat saya kunjungi salah satunya Pulau Kalimantan. Mungkin saya akan naik Garuda Balikpapan Siapa tahu?

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Garuda Indonesia

EMPAT JEMPOL BUAT IBU RUMAH TANGGA

Hampir sebulan saya menjadi ibu dengan dua anak. Proses ini memberi pengalaman, pelajaran dan hikmah yang sangat berharga. Ada beberapa point yang saya catat :

1.       Setiap anak itu unik dan berbeda

Memiliki dua anak membuat saya mengerti bahwa tiap anak itu unik dan berbeda. Sama-sama laki-laki, namun antara Fatih dan Fattah berbeda tidak hanya fisik, namun karakternya. Dulu Ayah, pas hamil Fattah beberapa kali berpesan agar anak kedua jangan sampai beda jauh ma yang pertama. Lah, emangnya saya yang nyetak?

Nyatanya dari segi fisik memang berbeda antara Fatih dan Fattah. Fatih berambut lurus, berkulit putih dengan lesung pipit. Fattah, berambut ikal yang membuat Ayah kaget *lah, wong si Ayah rambutnya ya ikal maksimal hampir mendekati kribo hihihi. Kelihatannya kulitnya juga putih, habis sampai sekarang masih merah sih dan tanpa lesung pipit. Yang jelas berat dan panjang badan saat lahir lebih besar Fattah

Karakter Fatih sejak bayi, tidak sabaran, gampang terusik, emosian dan sangat lekat dengan emaknya. Ayahnya bilang, “Persis emaknya” hihihi.

Nah, Alhamdulillah Fattah ini tipe berbeda ma masnya. Fattah tenang, jarang nangis, sabar menunggu diganti popoknya dan diam aja ditinggal emaknya. Habis mimik diletakkan di kasur ya jarang rewel *mudah-mudahan seterusnya demikian.

Apapun itu, saya mencintai dan menerima keduanya. I love you Nak.

2.       ALLAH Maha Adil dan Bijaksana

Keadilan dan Kebijaksanaan ALLAH terasa saat saya dimudahkan dengan karakter Fattah yang tenang sehingga saya masih bisa meluangkan waktu untuk Fatih. Jujur, terasa lebih repot ngurus Fatih ketimbang Fattah, maunya sudah banyak sih, kadang susah untuk dikasih saran. Coba kalau sebaliknya Fatih yang tenang dan Fattah yang rewel, saya pasti repot membagi perhatian buat keduanya.

Sepupu saya malah sebaliknya, anak pertama yang tenang dan santai yang kedua malah ngajak begadangan. Katanya begitulah punya dua anak, ga bisa minta dua-duanya tenang pasti ada satu yang ngajak begadangan.

3.       Empat jempol buat ibu rumah tangga

Akhirnya saya harus memberikan keempat jempol untuk ibu yang mendedikasikan seluruh waktu untuk mengurus buah hati. Beneran, saya saja merasa mulai jenuh dengan rutinitas di rumah. Mau nyari me time susehnya minta ampun. Buka netbook sedikit sudah rebutan ma Fatih. Dia bilang “Fatih dulu, sekali aja Ma”. Hasilnya sekalinya terus-terusan.

Iya, Fatih sudah mulai paham netbook. Kesukaannya buka netbook apalagi kalau bukan mencari video kereta api. Saya sampai heran, kok dia segitu maniaknya dengan kereta api. Mainan kereta apinya aja sudah enam buah dan setiap hari dimainkan. Selain itu masih nonton video via youtube dan mencari buku tentang kereta api. Belum cukup juga, masih ribut minta naik kereta api. Apa sudah bisa diarahkan jadi pencipta kereta api ya? Hihihi.


Nah ibu-ibu yang mendedikasikan seluruh waktunya buat buah hati membuat saya iri, apalagi yang masih sempat berkarya dari rumah. Seperti adik saya yang no 3. Di sela-sela kesibukannya momong duo bocah masih sempat ngisi empat blog, bikin komik dan pekerjaan sampingan lainnya. Bagaimana mengatur waktunya? Kasih tau saya donk ibu-ibu.

Sabtu, 22 November 2014

RAWAT GABUNG DEMI ASI EKSLUSIF


Alhamdulillah, 6 November 2014 lalu, saya baru saja melahirkan bayi laki-laki dengan berat 3,4 kg dan panjang 47 cm. Proses kelahirannya dengan sesar lagi, seperti yang pernah saya ceritakan di sini. IMD yang saya harapkan pun gagal lagi, lah pas operasi berlangsung saya tertidur karena kelelahan menahan kontraksi.

Meski persalinan normal gagal dan IMD pun gagal, saya tetap harus move on. Ya, masih ada lagi yang saya dapat usahakan, yaitu rawat gabung demi tercapainya ASI Ekslusif.

Mungkin kalau di kota-kota besar atau di rumah sakit lain, masalah rawat gabung sudah diterapkan. Bahkan saya dengar ada rumah sakit yang sudah menerapkan pro ASI, dimana kalau si ibu atau keluarga tidak mau mengusahakan ASI, ada lembar pernyataan yang harus ditandatangani.

Berbeda dengan rumah sakit tempat saya melahirkan. Justru ketika saya ingin rawat gabung, suami atau keluarga harus menandatangani lembar persetujuan menanggung segala resikonya yang artinya kebutuhan bayi akan diurus sendiri oleh keluarga.

Rumah sakit tempat saya melahirkan tidaklah besar, dulunya rumah sakit bersalin yang kemudian memperluas layanan menjadi rumah sakit umum, artinya melayani segala jenis keluhan penyakit. Kamar untuk ibu melahirkan tidak terpisah dengan kamar untuk pasien dengan kasus lain. Biasanya kalau di rumah sakit besar, kamar untuk ibu melahirkan ditempatkan jadi satu ruangan di mana ruang perawatan bayi juga berada di ruangan tersebut. Itulah yang menjadi alasan rumah sakit tersebut belum menawarkan rawat gabung, meski bukan berarti tidak boleh sih.

Beberapa jam setelah saya melahirkan, perawat datang ke kamar saya.
“Ibu, benar ibu ingin rawat gabung?” tanya perawat.
“Iya mbak. Tidak dilarang kan? Kondisi bayi juga memungkinkan?” jawab saya sambil menegaskan, kalau dilarang ya saya akan mengamuk. Lah dokternya kemarin bilang rumah sakit sudah pro asi, meski setelah saya kejar dia meralat setengah pro ASI. Mo saya kejar lagi, biar dia keluarin statemen belum pro ASI kok kasihan ya..hihihi..

Betul kok, menurut saya rumah sakit ini belum pro ASI, paling seperempat pro ASI. Seperti yang pernah saya ceritakan tentang rumah sakit pro ASI di sini.

“Dokter anak tanya Bu, apa kondisi ibu memungkinkan untuk menyusui, apa asinya sudah keluar, apa keluarga siap untuk mengurus dan bayi juga kan masih diberi antibiotik “ balas perawat lagi.

Betul kan, dukungan pro ASI nakesnya belum maksimal. Saya hanya merasa didukung oleh dokter kandungan aja. Sayangnya dokter kandungan saya lupa, kalau kami kemarin kan sudah janjian untuk pilih dokter anak yang satu lagi, bukan yang sekarang menangani bayi saya.

Saya tidak ingin terlihat sok, jadi saya sampaikan saya ingin mencoba sekalian merangsang agar asi saya cepat keluar dengan hisapan bayi.

Alhamdulillah, untuk anak kedua ini, saya didukung oleh Ayah untuk rawat gabung. Ternyata Ayah merasa terpacu dengan temannya yang sudah mampu memandikan bayinya, padahal baru anak pertama. Kata Ayah, “Masak ganti popok untuk anak kedua ga bisa”.

Kesuksesan menyusui itu memang dipengaruhi juga oleh dukungan keluarga lho. Makanya ibu-ibu, mari kita edukasi suami dan keluarga agar memberi dukungan pemberian ASI.

Kembali ke rawat gabung, saya percaya diri saja meski payudara saya kecil dan saat pertama dipencet belum keluar ASInya. Saya tetap mengusahakan bayi tidak kenal sufor dan dot. Hisapan bayi merangsang keluarnya ASI. Fiola, benar dugaan saya, setelah dihisap bayi, saya mencoba memencet payudara keluar setetes kolustrum dari payudara. Ayah bertambah yakin untuk terus melanjutkan rawat gabung.

Satu hal lagi, ketika pertama kali menyusui memang agak susah, saya baru bisa miring kanan dan kiri dengan menahan sakit di perut. Bayi juga masih belajar menghisap putting dan aerola/bagian hitam disekeliling putting. Hal yang perlu dilakukan tetap keras kepala untuk sama-sama belajar dengan bayi. Satu dua hari memang agak kesulitan, hari ketiga sudah cukup lancar, bahkan payudara saya terasa penuh kalau tidak disusui 1-2 jam.

“Ibu tidak capek bu menyusui dengan posisi miring terus?” tanya perawat melihat saya beberapa kali menyusui.

“Lah, anaknya pengen mimik kok mbak. Ya saya mimiki” jelas saya.

“Maksud saya, kalau capek dan masih sakit mending dibawa keruangan bayi saja. Biar ibu bisa istirahat” tawar perawat.

“ Ga usah mbak, saya masih sanggup kok. Lagi ga menyusui juga perut saya ya sakit” jawab saya dengan senyum manis namun menyeringai dalam hati. Saya mah lebih sakit kalau anak saya ga mau menyusui langsung dan memilih dot akibat bingung putting. Masak mau mengulang cerita bingung putingnya Fatih.

Sudah tugas dan kewajiban saya sebagai ibu pasca melahirkan ya menyusui. Resiko sakit itu ada, dan saya ambil resiko itu demi surga-NYA ALLAH kelak. Aamiiin.

Kamis, 13 November 2014

PENGALAMAN OPERASI SESAR 2

Sebenarnya banyak agenda menulis saya *tsah, bak penulis professional saja. Tujuannya sih ingin berbagi pengalaman, siapa tahu ada yang membutuhkan informasi berdasarkan pengalaman saya. Saya masih hutang pada diri saya sendiri untuk melanjutkan operasi hernia Fatih, di benak saya juga sudah ingin menulis pengalaman melahirkan Fatih dengan operasi sesar sebelum melahirkan Fattah *sambil memperkenalkan nama adiknya Fatih.

Berkejaran dengan waktu hihihi sok puitis, mumpung Fatih dan Fattah masih tidur, saya putuskan untuk bercerita pengalaman melahirkan Fattah yang lagi-lagi dengan operasi sesar.

Di postingan sebelumnya, saya sudah pernah bercerita kalau untuk persalinan kedua, dokter SPOG sudah menyatakan kemungkinan normal terbuka. Tentu saja dengan syarat ketentuan berlaku *seperti iklan saja. Persalinan normal dapat dilakukan dengan senormal-normalnya, kondisi bayi memungkinkan, detak jantung tetap bagus dan persalinan tidak boleh diinduksi. Mungkin maksudnya kalau terlalu lama bukaan, maka dengan terpaksa sesar harus dilakukan.

Semua saya persiapkan, meski kurang maksimal. Saya bahkan sempat browsing gerakan senam hamil dan mengikuti senam hamil di tempat bidan. Teman-teman kantor berusaha mengurungkan niat saya untuk normal, karena yang pertama kan sesar.

“Wis rak sah macam-macam, tanteku jarak 5 tahun aja memaksakan normal, akhirnya malah jahit atas dan bawah (maksudnya jahitan perutnya terbuka, jadi perut dan vaginanya dijahit)” ujar teman saya.

“Wis, enak sesar wae, normal kie loro banget. Aku wis pengalaman, yang kedua langsung minta sesar wae” ujar teman yang satu lagi. Anak pertama awalnya mencoba normal berakhir sesar karena terbelit tali pusat, yang kedua langsung meminta sesar.

Saya waktu itu berfikir, wong dokternya saja optimis masak saya menyerah. Lagi waktu Fatih, bukaan 4 saya tidak merasakan kontraksi sama sekali. Rasanya air ketuban pecah malah plong.

Singkat cerita, Kamis pagi, sekitar pukul 03.00 WIB saya merasakan perut terasa kencang. Saya tidur dengan membolak-balikkan badan ke kanan dan kiri. Pukul 04.00 WIB selesai adzan subuh, dalam perjalanan ke kamar mandi, saya merasakan ada cairan keluar. Benar, ternyata itu flek. Akhirnya saya segera membangunkan ayah untuk persiapan ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, setelah diperiksa, ternyata masih bukaan 1. Saya diberi pilihan, mau langsung mondok atau kembli lagi siang atau sore hari saat kontraksi semakin sering. Saya dan Ayah putuskan untuk langsung mondok, karena pertimbangan daripada diributin Fatih.

Yang paling menyebalkan begitu diputuskan mondok adalah langsung diinfus. Hadeh, padahal saya kan paling takut sama jarum suntik. Saya mencoba menawar, entar aja agak siangan, sayangnya prosedur rumah sakit seperti itu.

Proses mencari vena saya buat diinfus tidak mudah. Vena saya halus dan kecil, goyang sedikit pecah. Benar, saya goyang karena tegang, pecah deh. Perawat sampai geregetan, terpaksa mencari lagi di sebelah kanan. Penyiksaan tak berakhir sampai di situ, saya masih harus disuntik untuk diambil darah dan memuluskan jalan lahir. Belum lagi ada pemeriksaan pembukaan beberapa kali.

Pukul 07.30 WIB akhirnya dokter datang untuk memeriksa keadaan saya. Saat itu saya baru saja memakan roti, karena belum sarapan sama sekali. Dokter kemudian meminta saya untuk puasa saja, untuk berjaga-jaga kalau nanti terpaksa sesar. Saat itu sudah bukaan 4 dan rasa mulesnya sudah luar biasa, deuh kok beda sih ma pengalaman melahirkan Fatih yang tidak terasa sama sekali.

Dokter sudah menawarkan untuk disesar langsung atau masih kuat diobservasi selama 4-5 jam. Sebelumnya bidan sudah bertanya, perkiraan berat badan bayi berapa dan tinggi saya berapa. Mendengar berat badan bayi 3,5 dan tinggi saya cuma 148, sepertinya mereka geleng-geleng kepala.

Kepastian normal memang masih harus diobservasi, detak jantung bayi terus dipantau, termasuk kondisi saya yang sudah setengah teriak menahan mules. Saya sudah mencoba mengatur nafas, tapi praktek tak semudah teori, rasanya tetap harus berteriak menahan mules.

15 menit setelah kunjungan dokter, saya benar-benar sudah tak tahan. Ayah sudah saya remet-remet untuk menyalurkan rasa mules. Akhirnya saya mengikuti tawaran dokter.

“Gimana ya Yah, sesar sekarang apa nunggu 4-5 jam lagi?” tanya saya sambil menahan mules.

“Terserah Mama, yang merasakan kan Mama. Sesar sekarang juga gak papa. Ayah percaya Mama.” Jawab Ayah menguatkan sambil memegang tangan dan mencium kening saya.

Akhirnya saya masuk ruang operasi pukul 08.00 WIB sambil setengah teriak dan mengatur nafas. Begitu diberi bius lokal, saya sudah lemas, habis tenaga saya untuk menahan mules, apalagi dengan sarapan hanya sepotong roti.

Saya tertidur di ruang operasi, bangun-bangun, dokter tengah menjahit perut saya. Asisten dokter menyampaikan ucapan selamat kalau bayi sudah lahir dengan selamat, dengan berat 3,4 kg dan sehat wal afiat.

Usai tubuh saya dibersihkan, saya dibawa ke ruangan bersalin VIP. Saat itu kamar rumah sakit penuh, adanya kelas 3 dan sisa ruang bersalin VIP. Untuk sementara saya ditempatkan di ruang bersalin VIP sambil menunggu kamar VIP kosong.

Saya memang harus memilih kamar dengan pasien 1 kamar 1 orang, pertama untuk kenyamanan, kedua karena saya memilih rawat gabung dengan konsekuensi semua diurus oleh keluarga sendiri. Kapan-kapan saya akan cerita tentang rawat gabung.

Keesokan paginya dokter visit ke kamar saya. Saya kemudian bertanya apakah keputusan saya untuk sesar saat itu tepat atau peluang normal sebenarnya masih tinggi. Jawaban dokter, saat itu masih ada peluang normal, namun bila operasi dilakukan siang hari, kesulitan lebih besar. Ternyata dokter anastesi siang hari praktek di RSU dan kalau siang hari ditakutkan detak jantung bayi sudah tidak bagus. Selain itu ternyata air ketuban sudah keruh. Penyebabnya mungkin bayi distress.

Di lubuk hati terdalam saya merasa menyesal, tidak bisa memperjuangkan persalinan normal hingga akhir. Tapi saya bersyukur juga, karena kalau saya keukeuh, kasihan Fattah, air ketubannya malah sudah keruh, terpaksa dia diberi antibiotik selama 2 hari.

Saya salut dengan ibu-ibu yang berhasil dan sanggup menjalani persalinan normal, meski kadar kesakitan dan mules saat kontraksi tiap orang berbeda.

Apa saya akan mencoba lagi untuk persalinan normal di kemudian hari? Sampai saat ini, saya putuskan cukup dua anak saja. Sakit pasca sesar untuk kedua kalinya luar biasa, bagaimana kalau ketiga kalinya. Tak ingin saya bayangkan.

“Sakit pasca sesar kedua lebih sakit kan Bu?. Cukup dua saja ya bu. Istri saya saja dua kali sesar, saya ga ingin nambah lagi. Kasihan” pesan dokter SPOG saya.

Tuh, saya didukung ma dokternya kan? Sepertinya dia enggan berurusan dengan saya lagi. Tiap konsultasi, nanya dan ngeyelnya banyak, pas persalinan hobinya teriak-teriak hihihi.

Royyan Al Fattah

Minggu, 09 November 2014

PENGALAMAN OPERASI SESAR 1

Fatih usia beberapa hari

Rasanya sudah gatal sekali pengen berbagi cerita, tapi apa daya, kamis, 6 November 2014 jam 3 saya sudah mulai merasakan perut kencang-kencang. Jam 3 pagi saya tidur, dengan kondisi balik kanan, balik kiri, sepertinya adiknya Fatih sudah memberikan sinyal kalau mau segera keluar.

Tapi saya belum mau cerita tentang kelahiran adiknya Fatih, mau cerita dulu pengalaman melahirkan Fatih hihihi. Melahirkan sudah 29 bulan silam, ceritanya baru sekarang, biasa emak malas.

Operasi sesar dulu dilakukan karena posisi Fatih sungsang. Saya sudah mencoba posisi sujud berulang-ulang, sayang Fatih tak jua mau memposisikan kepala di bawah hingga ketuban pecah dan sudah bukaan 4.

Pukul 2 malam, pas hari jum’at kliwon *sama dengan weton ayahnya, saya ke kamar mandi untuk buang air kecil. Eh baru buka celana, kok airnya sudah keluar tanpa bisa saya cegah. Saya pikir apa mulai beser ya.

Saya keluar kamar mandi, baru beberapa saat kok keluar air lagi di celana. Saya kemudian curiga, apa air ketuban ya. Saya cerita ke Ibu, awalnya ibu bilang nunggu subuh, tapi begitu saya bilang airnya keluar lagi, ibu langsung bilang,ke rumah sakit sekarang aja.

Sebelum ke rumah sakit, saya telpon dulu pihak rumah sakit, pihak rumah sakit menyarankan langsung ke rumah sakit.

Jam 3 pagi saya tiba di rumah sakit, kemudian di periksa oleh bidan di sana. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ketuban sudah pecah dan sudah bukaan 4. Ajaibnya saya tidak merasakan apa-apa. Mules juga gak, rasanya malah plong.

Alhamdulillah dokter SPOG saya sedang di rumah sakit, keetulan habis ada persalinan. Sesudah di periksa dokter, kondisi Fatih sungsang dan air ketuban sudah pecah, diputuskan untuk langsung sesar saat itu juga.

Wow, saya ga nyangka, wong HPL masih tiga minggu lebih ke depan. Saya juga belum buat surat cuti, besok masih ada acara yang harus saya urus di kantor.

Pas pemeriksaan, saya kemudian telpon asisten *tsah seperti orang penting, untuk mengambil alih keuangan dan urusan acara besok. Saya juga menghubungi Ayah yang kala itu masih kerja di Rembang.

Beberapa kali telpon ga diangkat Ayah, yow is hopeless lah, mingkin Ayah masih ngorok. Beberapa detik kemudian Ayah telpon balik, Alhamdulillah feelingnya Ayah bagus.

“Yah, Mama mau operasi sekarang, ketuban sudah pecah, bayi masih sungsang” jelas saya singkat.

“Ya Ma, Ayah pulang sekarang” jawab Ayah.

Saya kemudian masuk ruang operasi jam 4 pagi. Saya yang takut jarum suntik dan semua peralatan medis deg-degan juga menunggu operasi. Padahal ini bukan operasi saya pertama, sebelumnya saya pernah operasi pengambilan tumor payudara, 10 tahun silam.

Memasuki ruang operasi, tak ada satu pun nakes yang menyapa saya, paling gak bikin rapport dulu kek *kebiasaan psikologinya dibawa. Dokter anastesi langsung mengatakan akan menyuntik bagian punggung bawah saya. Teganglah saya, kan jarum suntik. Begitu selesai disuntik saya menggigil kedinginan. Dokter anastesi kemudian menyuntik supaya saya mengantuk.

Adegan selanjutnya lebih menghebohkan, dengan kondisi sulit membuka mata karena diberi suntikan tidur tiba-tiba…

“Aaa….. Oww..Whaaa” keluar suara teriakan dari mulut saya.

“Kenapa bu? Terasa sakit?” tanya dokter anastesi.

“Ga, ga terasa apa-apa” jawab saya.

“Lah kok teriak-teriak” tanya lanjut dokter anastesi.

“Pengen saja” jawab saya setengah mabuk obat bius.

“Wah, dokter DSOGnya ntar deg-degan lho bu, kalau teriak-teriak” jelas dokter anastesi.

Selanjutnya dokter anastesi mengajak saya mengobrol. Bertanya kerja di mana, begitu tahu saya kerja di bidang psiklogi bertambah heran lah dia.’

“Psikologi kok teriak-teriak” tanyanya.

“Ini namanya mengeluarkan kecemasan di bawah alam bawah sadar. Saya memang lemah dengan obat bius dok” jawab saya setengah membela diri.

Memalukan ya, pengalaman sesar saya, terlebih memalukan dunia psikologi..hihihi.

Alhamdulillah Fatih lahir dengan selamat, meski setelah itu saya harus berjuang mengenyahkan botol dot selama 9 hari. Untung adiknya Fatih berhasil rawat gabung meski gagal lagi IMD, seenggaknya ada jalan ke ASI Ekslusif.


Selasa, 04 November 2014

SAKIT PERUT BERUJUNG DI MEJA OPERASI

Ada seorang teman saya yang mengatakan bahwa saya termasuk ibu yang tegar dan kuat. Saya dipandang kuat karena mampu menemani anak operasi tanpa menangis. Ya mau bagaimana lagi, keputusan operasi itu memang harus diambil, karena itu jalan satu-satunya.

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saat usia Fatih 20 bulan dia mengeluh sakit perut. Saat diperhatikan keluhan sakit perutnya ternyata bukan di perut melainkan di selangkangan sebelah kanan. Ada benjolan di selangkangan sebelah kanannya.


Awalnya saya masih mencari apa nama penyakit untuk keluhan Fatih. Seperti biasa, sebagai emak yang hidup di jaman teknologi yang cukup canggih *tsah, saya mencari informasi di group room for children. Satu persatu file saya pelototin, hingga akhirnya saya cukup yakin bahwa keluhan Fatih ini adalah HERNIA.

Berdasarkan file yang saya baca, Fatih mengalami hernia inguinalis yaitu hernia yang terjadi di daerah selangkangan. Terjadinya hernia inguinalis karena kanalis inguinalis atau saluran antara dinding perut bawah ke kantung kemaluan tidak menutup sepenuhnya. Hal ini menyebabkan lengkung usus dapat masuk ke kanalis inguinalis melalui area lemah dinding perut bagian bawah yang menyebabkan hernia.

Tanda-tanda hernia inguinalis biasanya ada tonjolan atau benjolan di daerah selangkangan. Benjolan akan lebih terlihat ketika bayi atau anak menangis. Dokter dapat mendorong benjolan ketika anak berbaring tenang sehingga menjadi kecil atau kembali ke dalam perut. Namun hernia harus di dorong dengan lembut, karena beresiko pecahnya usus..hiiiiii...

Kembali lagi ke ceritanya Fatih, kesalahan saya adalah memijatkan Fatih sebanyak 2 kali. Pertama, saat Fatih mengeluh dan menangis cukup lama karena hernia yang pertama kali dan yang kedua permintaan Fatih sendiri.

Ibu saya, awalnya lebih menyarankan untuk dipijat saja daripada menjalani operasi. Untunglah setelah membaca file di RFC, saya menyadari kesalahan saya, bahwa resiko dipijat bisa menyebabkan usus pecah. Selain itu karena ada lubang di kanalis inguinalis seharusnya memang lubang itu dijahit, dan tidak bisa menutup dengan dipijat.

Akhirnya setelah Fatih menangis cukup lama untuk kedua kalinya karena hernia, saya dan ayah membawa ke rumah sakit. Berdasarkan diagnosa dokter umum, seperti dugaan saya Fatih mengalami HERNIA INGUINALIS dan disarankan untuk konsultasi dengan dokter bedah.

Esok harinya saya membawa Fatih berkonsultasi dengan dokter bedah. Dokter bedah langsung menyarankan operasi secepatnya. Sayangnya, rumah sakit saat itu lagi penuh, semua kamar terisi. Saya pun menunggu kamar kosong. Permintaan saya, kamar yang saya kehendaki adalah kelas 1 atau VIP. Bukannya sok kaya sih, cuma saya ingin yang sekamar sendiri. Saya kan lagi hamil dan memakai jilbab lagi, biar lebih privacy.

Lantas bagaimana cerita operasi Fatih? Karena saatnya saya pulang kantor dan sudah dijemput suami, cerita saya sambung di kemudian hari ya…hehehe..

Blog Design by Handdriati