Jumat, 25 Desember 2015

Tak Ada Lagi Alasan Postingan Tanpa Foto, Kalau Pakai Oppo R7s


Sebagai blogger, smartphone adalah peralatan perang yang wajib dipunyai. Smartphone membantu dalam mengupdate informasi, baik yang datang lewat sms, email, medsos ataupun what app dan bbm. Saat menunggu antrian atau jongkok di kamar mandi, saya butuh smartphone untuk blogwalking dan share tulisan blog. Tak kalah penting, smartphone juga berfungsi sebagai kamera.

Foto, hampir dikatakan sebagai barang wajib dalam sebuah postingan. Seperti sayur tanpa garam atau kopi tanpa gula. Tanpa garam, sayur terasa hambar. Tanpa gula, kopi terlalu pahit. Tanpa foto, postingan terasa kurang lengkap dan tak mengigit.

Seperti postingan blog saya yang berjudul ‘Sop Balungan Mak Nyus di Cipto Roso Demak’. Saya hanya melengkapi tulisan dengan 1 buah foto. Parahnya, saya tidak berhasil mengambil gambar sop balungan. Akhirnya beberapa komentar bernada protes, “Wah, poto mana potonya?”. Iya sih, dengan foto pembaca postingan saya kan mendapat gambaran yang lebih jelas. No pic = hoax. Siapa tahu, ada yang berpikir saya cuma lewat di depan rumah makan, dan mengaku kalau sudah mencicipi..hihihi.

Komentar bernada protes

Saya sih sudah berusaha mengambil gambar sop balungan. Sayang, smartphone saya lama loadingnya. Sebentar kemudian, tampilan layar berwarna hitam. Arrggh, ini smartphone gak bisa diajak kerjasama. “Mama pasti gak logout fesbuk atau twitter ya. Hapenya juga jarang dibersihkan. Pesan-pesan yang masuk kalau sudah dibaca langsung dihapus lah Ma. Gak usah nambah aplikasi. Ini fotonya dipindahin aja, memori sudah penuh, bikin kerja hape jadi lelet” omel suami saya seperti biasanya.

Cuma foto depan rumah makan

Sementara, saat itu adalah jam makan siang. Duo F, Fatih dan Fattah sudah kelaparan. Duh, bikin saya tambah bingung. Akhirnya smartphone saya tinggalkan, dan fokus pada tugas sebagai ibu. Yah, daripada Fattah ngamuk, terus smartphone saya dibanting. Jangan sampai layar smartphone saya pecah untuk kedua kali.

Situasi tadi membuat saya berangan, “duh, pengennya punya smartphone anti lelet. Gak perlu logout medsos. Bisa nambah aplikasi yang diinginkan. Hasil foto bagus. Tahan dari bantingan Fattah. Baterai tahan lama dan cepat ngisinya. Gak perlu dibersihkan. Terus gratis pula” *mulai melantur.

Eh, pas banget dapat berita dari adik Rahmi Aziza, kalau tanggal 15 Desember 2015 kemarin menghadiri launching Oppo R7s.

Hasil foto menggunakan Oppo R7s


Isi tweet saat launching
“Mbak, aku kemarin datang ke launcingnya Oppo R7s. Duh, itu hape keren banget sih. Hasilnya fotonya bagus. Kapan ya punya hape kayak gitu?”, curhatnya usai acara launching.

Saya jadi penasaran, terus buka-buka deh websitenya Oppo. Dan…saya jadi ikutan pengen. Ih, cocok banget sih jadi gadget idaman di tahun baru hihihi. Gak percaya? Coba lihat sekilas spesifikasinya.

Spesifikasi andalan Oppo R7s

Masih ingin gambaran yang jelas? Lihat saja video di bawah ini.



Setelah mengunjungi web dan menonton video, saya punya 7 alasan menginginkan Oppo R7s menjadi gadget tahun baru.

Prosesor Qualcomm MSM8939 Octa Core dan RAM 4 GB



Ini adalah alasan paling mendasar. Spesifikasi ini merupakan jaminan kemampuan smartphone yang multitasking. Ga ada ceritanya smartphone tiba-tiba hang. Layar menjadi hitam. Gak perlu deh logout dari medsos. Kerja berbarengan juga bisa. Buka email, lanjut buka medsos, mau ambil foto, edit, trus diupload. Ih, gampang banget.

Memori Internal 32 GB

Saya suka malas beli memori external. Kalau kepepet sih beli juga. Tapi kalau memori internal aja udah 32 GB, kayaknya dalam waktu dekat saya gak perlu beli microSD. Saya bebas download aplikasi penunjang sebagai blogger buat edit foto.

Kamera Depan 8 MP dan Kamera Belakang 13 MP




Itu belum seberapa, dengan dukungan Beauty 3.0 bisa menghasilkan selfie yang mengagumkan. Jadi saya gak malas selfie lagi. Muka berasa cantik..hihihi. Dukungan lain berupa beragam filter, Double Exposure, Ultra HD, kemampuan pengambilan gambar pada kondisi cahaya remang dan lensa definisi tinggi untuk bidikan spontan. Aih, jadi gampang bikin foto cakep.

Gorilla Glass 4, Sentuhan Layar Basah dan Ukuran yang Pas


Punya anak masih berusia 1 tahun itu amazing. Antara panik dan membuat tersenyum. Iya, Fattah itu sangat aktif dan cerdas. Kadang-kadang keaktifannya membahayakan smartphone mamanya. Usai dijatuhkan atau dibanting, senyum deh dia. Mamanya yang panik dan terpaksa senyum. Makanya melihat spesifikasi layar sentuh Oppo R7s, sepertinya cocok dengan kondisi mama dengan anak batita. Tak mudah pecah, kuat dan mendukung sentuhan layar basah. Desain yang menarik dan ukurannya pun pas di gengaman.

VOOC Flash Charge dan Kapasitas Baterai 3070 mAh



Wow, dengan mengisi 5 menit, cukup untuk melakukan pembicaraan selama 2 jam. Standar keselamatan pun terjamin. Cocok banget buat saya yang kadang lupa mengisi baterai smartphone dan punya anak kecil yang suka otak atik charger. Kapasitas baterainya pun besar, bisa tahan seharian. Jadi pas bocah sudah tidur malam, baru deh dicharge.

Color OS 2.1 dengan Pembersihan Otomatis



Color OS 2.1 akan mengoptimalkan penggunaan RAM dengan pembersihan otomatis. Ini nih yang paling saya suka buat Mama pemalas sibuk. Kadang, saat anak memanggil, saya langsung meninggalkan smartphone begitu saja, lupa deh menutup aplikasi. Selain itu, Color OS 2.1 membuat proses booting lebih cepat 30% sehingga aktivasi aplikasi pun menjadi lebih singkat.

SIM Ganda 4G



Duh sekarang kan memang eranya 4G. Dengan pilihan SIM Ganda 4G, internetan semakin lebih cepat. Semakin banyak waktu yang dihemat, jadi ada waktu lebih dengan anak dan keluarga.

Itu tadi 7 alasan penting, mengapa saya menginginkan Oppo R7s. Yah, dengan Oppo R7s, saya tidak lagi kehilangan momen mengabadikan setiap cerita dalam postingan blog. Tidak ada lagi alasan postingan tanpa foto kalau menggunakan Oppo R7s. Mudah-mudahan tahun baru ini, keinginan memiliki Oppo R7s terwujud. Amin.

Minggu, 20 Desember 2015

Mengapresiasi Diri Dengan Yoga dan Menulis

Seorang teman pernah berkata, “saking sibuknya seorang ibu, ia bahkan tak sempat meletakkan pantatnya”. Setelah menjadi ibu dari 2 orang anak, saya paham maksud dari kalimat tersebut. Merawat keluarga dan membesarkan buah hati, bukanlah pekerjaan yang ringan. Butuh tenaga yang besar, waktu yang seakan tak ada habisnya dan pikiran yang luas.

Lelah seharian bekerja di kantor dilanjut mengurus duo bocah yang berusia 3,5 tahun dan 1 tahun, tentu saya butuh waktu untuk diri sendiri. Waktu yang merupakan apresiasi untuk diri sendiri atas apa yang telah saya kerjakan selama ini.

Modal buat yoga
Yoga dan Menulis, Hadiah Sederhana

Kesibukan sebagai pekerja, isteri dan ibu, mengharuskan saya menjaga kesehatan dan stamina. Karenanya, seminggu 2 kali, saya dan teman-teman kantor memanggil pelatih yoga. Lelah seharian bekerja, saya membutuhkan olahraga yang menenangkan. Yoga selain membakar kalori juga membuat tubuh sehat, lebih segar dan emosi menjadi tenang. Usai yoga, saya seolah mendapatkan energi baru.

Me time yang lainnya saya nikmati melalui menulis. Menulis menjadi ladang bagi saya. Ladang untuk menyalurkan hobi bercerita. Ladang untuk belajar menyampaikan cerita dengan alur yang menarik.  Ladang buat berbagi hal yang saya tahu. Menulis mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan terasa saat tulisan dibaca dan memberi manfaat bagi orang lain. Kebahagiaan juga membuncah, saat tulisan saya memenangkan lomba atau dimuat di media cetak.

Bahagia dengan menulis
Bagi saya menghadiahi diri sendiri itu sangat penting. Hadiah mendatangkan kebahagiaan. Ibu yang bahagia tentu menularkan kebahagiaan ke dalam keluarganya. Happy Mom, Happy Family.

#MengapresiasiDiriSendiri

Kamis, 10 Desember 2015

Berburu Barang di Online Revolution Lazada

Online Revolution Telah Tiba
 Dulu, saya pernah curhat sama teman, “Enak kali ya, kalau belanja, gak perlu masuk satu toko ke toko lainnya buat cari barang berkualitas dan murah. Tinggal duduk cantik, lihat di layar, sentuh barang yang diinginkan dan barang sampai di tangan kita”.

Eh, sekarang curhatan saya itu jadi kenyataan. Teknologi yang semakin canggih, memudahkan kita melakukan apapun. Termasuk berbelanja via online. Sekarang belanja bisa dilakukan dari rumah dengan waktu yang tak terbatas. Saya gak perlu dandan, modal bensin dan kaki pegel keluar masuk toko. Tambahan lagi, sekarang saya sudah punya dua buntut. Rencana mau belanja satu barang, bisa membengkak menjadi banyak barang. Mainan, baju terutama makanan. Deuh, mau cari barang murah hasilnya malah keluar banyak.

Ternyata, maraknya situs belanja online, menjadikan tanggal 12 Desember sebagai Hari Belanja Online Nasional. Biasanya nih, di hari itu banyak diskon yang ditawarkan. Mungkin hampir seperti kebanyakan mall, beberapa e-commerce memberi diskon akhir tahun. Dalam rangka menyambut Harbolnas, Lazada menggelar Online Revolution.

Program Online Revolution dari Lazada sebenarnya sudah dimulai sejak 11-11 atau 11 November hingga puncaknya pada Hari Belanja Nasional yaitu 12 Desember. Event ini merupakan Promo Akhir Tahun yang diadakan setiap tahun.

Penawaran Smartphone
Diskon Akhir Tahun yang ditawarkan tidak main-main, hingga 90%. Mulai dari barang kebutuhan sehari-hari yang kerap dikonsumsi yaitu makanan dan minuman, perlengkapan rumah tangga dan elektronik, smartphone, kebutuhan dan perlengkapan anak, fashion, kesehatan & kecantikan hingga otomotif.

Kalau saya bayangkan, Online Revolution dari Lazada ini seperti berburu diskon akhir tahun di Mall. Untunglah kita gak perlu rebutan membeli barang diskonan. Kebayang kan, tarik-tarikan barang dengan pembeli lain. Barangnya malah ancur, kaki tangan pun pegal.

Saya sih lebih memilih nguber diskonan di Lazada. Tinggal mantengin layar, dengan pakaian rumah yang nyaman, rambut dijepit, sambil duduk atau gelosoran di atas kasur atau karpet, nikmat banget..hehehe.
Masih ada waktu hingga tanggal 12 Desember
O,ya tawaran menariknya sudah dimulai lho, ada diskon hingga 90%, flashsale, black friday, cyber monday, crazy deals dan berbagai games menarik.  Catat juga tanggalnya. Karena disetiap minggunya ada promo barang yang berbeda. Misal di minggu 3, adalah tech week, dimana ada penewaran diskon hingga 90% untuk smartphone, laptop, tivi, kamera dan teman-temannya. Minggu keempat adalah lifestyle week. Puncaknya ya tanggal 12 bulan Desember.

Belanja mudah dan pembayaran pun bisa dipilih sesuka kita. Bisa melalui kartu kredit, debet ataupun COD. Saya sih pernah berbelanja dengan pembayaran melalui ATM. Pemberitahuan tentang pengiriman barang pun selalu disampaikan lewat email dan sms. Alhamdulillah barang pun sampai sesuai waktunya.

So, buat yang mencari barang murah namun tetap berkualitas, catat tanggalnya. Jangan sampai menyesal melewatkan even setahun sekali ini.

Online Revolution di Harbolnas

Rabu, 09 Desember 2015

Reuni : Karena Saya Orang Biasa Saja

Reuni kecil
Rasanya baru saja merasakan tahun 2015, eh tiba-tiba sudah dipenghujung tahun. Akhir tahun, seperti biasa, saya gak punya rencana apa-apa. Liburan sudah saya nikmati di bulan November. Sengaja sih, biar gak mainstraim. Liburan di akhir tahun atau pas lebaran..hahaha.

Acara kecil ada. Acara yang diadakan teman-teman alumni SMA. Apalagi kalau bukan reuni. Sebenarnya rencana reuni sudah sejak 3 tahun lalu digulirkan. Tapi, ya gitu deh. Cuma jadi obrolan gak jelas di group kami. Hingga akhirnya mau diwujudkan di akhir tahun ini, usai libur Natal.

Saya sih, jadi peserta biasa saja. Gak terlalu aktif, tapi siap kalau dibutuhkan. Maklum lah, udah punya 2 buntut. Agak susah meluangkan waktu buat rapat panitia. Jadi, ketika melihat teman sibuk woro-woro, saya cuma usul, “di japri aja, kirim ke semua inbox alumni. Jangan sekali dua kali. Mendekati hari H tambah genjar”.

Aksi itu memang jurus pamungkas saya ketika 6 tahun lalu jadi bendahara. Jurus nyampah di fesbuk, sampai beberapa teman terteror. Akhirnya, banyak juga sih yang transfer uang reuni tapi gak jadi datang. Mengikhlaskan uang demi kebersamaan atau lelah diteror hahaha.

Mendekati acara reuni, kami panitia kemudian bersepakat untuk membebaskan teman-teman yang sekiranya berat membayar iuran. Ya kan tidak semua orang memiliki kelonggaran untuk iuran. Istilahnya subsidi silang.

Sungguh, tidak mudah mengajak teman untuk sekedar datang ke acara reuni. Mulai dari, ada acara keluarga, dompet lagi minimalis, teman yang dulu dekat gak ada yang ikut acara, hingga yang merasa malu belum jadi apa-apa.

Kalau ada acara keluarga, agak dimaklumi lah. Dompet lagi tipis, ada opsi gak perlu iuran. Teman yang dulu dekat gak ada yang ikut acara, ini yang agak susah. Apalagi yang merasa malu belum jadi apa-apa, tambah susah lagi.

Saya sendiri, sejujurnya gak banyak kenal dengan panitia lain. Kenalnya ya pas ikut membantu acara reuni. Dulu pas SMA, paling kenal  sekilas beberapa dari mereka. Bahkan ada yang sama sekali saya gak ingat pernah satu SMA..hahaha. Kebangetan ya, bukan lupanya, tapi kupernya. Iya, saya dulu SMA siswa yang biasa-biasa aja. Bukan golongan populer. Otak mepet.  Cantik jauh banget. Anak orang kaya juga bukan. Jadi pantaslah kalau saya gak kenal dengan mereka. Lebih pantas lagi mereka juga gak kenal saya *sedihnya.

Setelah 14 tahun berlalu, saya masih jadi orang biasa-biasa saja. Wajah tetap sama, status orang tua juga, perkembangan otak meningkat dikit dan bukan golongan orang kuaya, wong rumah aja belum jadi. Tapi saya tetap berusaha berpartisipasi di kegiatan alumni, minimal datang ke acara reuni.

Kenapa? Karena saya mencoba untuk menanamkan pemikiran, bahwa karena saya orang biasa-biasa saja, saya bisa dapat manfaat dari reuni. Katanya silaturrahmi kan memanjangkan rejeki. Siapa tahu rejeki saya ada di sana. Saya bisa dapat ilmu dari teman-teman lain. Siapa tahu juga, ada teman pengusaha yang menawarkan job review *ngarep.

Makanya, ketika ada teman yang berkilah belum jadi apa-apa, agak merasa sedih. Reuni kan bukan ajang pamer. Sebisa mungkin saya pribadi tidak menanyakan hal yang berkaitan tentang harta, anak dan indikator kesuksesan secara materi. Reuni justru harusnya dijadikan ajang untuk saling membantu teman yang kesusahan. Yang mungkin belum punya pekerjaan yang dianggap layak, mungkin ada teman yang menawarkan atau memiliki informasi lowongan pekerjaan. Bagi yang belum punya pasangan, siapa tahu menemukan jodoh melalui reuni. Masih menunggu momongan, mungkin ada teman yang senasib atau teman dokter yang mau kasih masukan.

Jadi, karena saya orang biasa-biasa saja, maka saya mau ikut reuni. Yuk, yang mau ada acara reuni, segera ikutan.


Sabtu, 05 Desember 2015

Radang Gegara Abaikan Gigi Berlubang

Jangan sepelekan gigi berlubang
Pertengahan September, tiba-tiba suami bertanya,” Mah, apa aku sinus ya? Kok dari kemarin pilek gak sembuh-sembuh”

Saya mengernyitkan kening, memikirkan pertanyaan suami. Iya, sudah 2 mingguan suami pilek dan sudah 2 kali berobat ke dokter. Obat habis, pileknya kambuh. Tapi, sepanjang pernikahan kami, suami jarang banget pilek, bisa dikatakan tidak pernah pilek. Kok tiba-tiba pileknya gak sembuh-sembuh?.

“Gak mungkin ah Yah, kan Ayah jarang pilek. Dokternya bilang apa? Atau periksa ke spesialis aja deh”, saran saya.

Akhirnya setelah 2 kali berobat ke dokter umum menggunakan BPJS, suami memutuskan untuk berobat ke spesialis THT tanpa rujukan dari faskes 1. Habis dokter umum selalu mendiagnosis gejala pilek, tanpa mau merujuk ke spesialis. Bahkan dokter malah mengatakan kurang lebihnya seperti ini,”kalau BPJS itu membantunya kalau rawat inap Pak, kalau rawat jalan mending biaya sendiri”. Whaatt??

Diagnosis dari dokter spesialis mencengangkan. Kemungkinan sumber penyebab pilek suami adalah radang dari gigi berlubang. Memang suami sempat mengeluh giginya berlubang. Kayaknya sih sudah lama banget, tapi baru sempat ke dokter gigi sebelum mengeluh pilek. Sudah ditambal pula, tapi sepertinya terlambat. Menurut dokter kemungkinan gigi berlubang sudah radang hingga ke saluran pernafasan.

Suami kemudian dirujuk untuk rontgen kepala dengan fokus ke hidung. Seandainya memang berlendir, berarti diagnosis dokter benar.  Penanganan selanjutnya adalah pembersihan lendir. Upaya pembersihan lendir dilakukan dengan operasi kecil. Tidak ada rawat inap. Biaya operasi gak sampai jutaan, hanya 600 ribu *kata dokternya loh. Lendir disedot kemudian suami diperbolehkan pulang dengan membawa resep obat. Operasi dilakukan 2 kali, tentu waktunya berjarak.

Selesai penanganan dengan dokter spesialis THT, selanjutnya suami dirujuk ke dokter gigi. Saat memeriksakan gigi, dokternya sempat bertanya,” Ini tambalan kok jelek banget. Siapa yang menambal?”.

Aduh, itu tambalan dari dokter gigi menggunakan BPJS. Menambal dan mengobati gigi ternyata butuh 5-6 kali pertemuan. Kalau ditotal, biaya yang dikeluarkan suami kurang lebih 3 jutaan, dengan waktu berobat sekitar 2 bulan. Seminggu 1-2 kali suami meluangkan waktu selepas isya untuk berobat ke dokter spesialis THT dan gigi. Antrinya juga lumayan lama.

Ini nih, akibat menunda dan tidak meluangkan waktu memeriksakan gigi. Total biaya yang dikeluarkan plus waktu yang harus diluangkan jadi membengkak. Penderitaannya pun lebih berat. Gampang capek dan terserang pilek. Hidung berlendir dan badan pun demam.  Akhirnya ngefek ke pekerjaan dan waktu buat keluarga..duh.

Hikmahnya, suami dan saya menjadi lebih peduli dengan kesehatan gigi. Begitu ada yang gak beres dengan gigi segera periksa ke dokter. Catatan lagi periksa gigi rutin 6 bulan sekali  harus menjadi agenda yang penting. Gak mau kan gara-gara sakit gigi, anggota tubuh yang lain ikut sakit?

Blog Design by Handdriati