Jumat, 31 Oktober 2014

KETIKA FATIH MENGELUH SAKIT PERUT

“Sakit Ma” tiba-tiba Fatih jongkok di tengah acara jalan-jalan sore kami.

“Sakit apa Mas?Sebentar lagi sampai rumah kok” ujar saya dengan wajah sedikit kuatir.

Sesampainya di rumah, kekuatiran saya ternyata masih berlanjut. Fatih tetap menangis memegang perutnya, bahkan dia memanggil ayahnya. Saya berusaha menghubungi HP ayah, sementara Fatih jongkok di depan rumah sambil memegangi perut. Beberapa kali dihubungi Ayah tak jua mengangkat telpon, sementara saya semakin bertambah panik karena suara tangisan Fatih semakin keras.

Akhirnya Yangti menyusul ke depan dan menggendong Fatih agar lebih tenang. Sementara saya bertambah panik melihat kondisi Fatih. Yangti dan Yangkung mengusulkan untuk memanggil tukang pijat bayi.

Saya lalu berlari ke belakang rumah, memanggil mbak sepupu yang rumahnya tepat di belakang rumah. Beberapa kali memanggil dan menghubungi HPnya tak jua mbak saya keluar. Justru suaminya ke luar dan menanyakan kepentingan saya. Saya menceritakan bahwa Fatih sakit perut dan saya memanggil mbak sepupu untuk meminta nomor telpon tukang pijat bayi.

Ternyata mbak sepupu tidak berada di rumah dan suaminya menjelaskan kalau menjelang magrib biasanya tukang pijat bayi tidak mau dipanggil, kecuali kalau rumahnya langsung didatangi. Haduh, lemaslah saya, bagaimana mau mendatangi tukang pijat, wong ayah belum balik dan Fatih menangis menahan sakit. Saya pun akhirnya kembali masuk ke dalam rumah.

Di ruang tengah, saya melihat Fatih masih merengek dalam gendongan Yangti. Ketika saya menawari untuk menggendongnya Fatih menolak. Sepertinya dia sudah nyaman dengan posisi seperti itu dan perutnya akan terasa sakit bila ia mengubah posisi.

Tak berapa lama, Ayah pulang. Saya kemudian menceritakan kronologi kejadiannya. Sama seperti saya, saat Fatih ditawari digendong Ayah, dia pun menolak. Posisi Yangti pun saat menggendong Fatih tidak berubah, sedikit merubah posisi Fatih kembali merengek.

Duh, hati saya saat itu gak karuan. Kasian sekali melihat Fatih dan teriris ditolak oleh Fatih. Saya kemudian berdiskusi dengan Ayah, mencari tukang pijat atau membawa Fatih ke dokter. Saat Fatih tadi jongkok kesakitan, saya sempat membuka celananya dan mendapati ada benjolan di dekat selangkangan kanan.

Beberapa hari yang lalu Fatih juga mengeluh sakit perut, akhirnya kami memutuskan membawa ke dokter untuk diperiksa. Saat mobil mau dijalankan, eh Fatih malah bilang dah ga sakit, minta jalan-jalan dan ga mau periksa ke dokter..weleh. Pertimbangan lain, mungkin Fatih kecapekan dan ada uratnya yang salah, sehingga lebih baik dipijat. Seandainya di bawa ke dokter, pasti dokter akan meminta menunggu perkembangan selanjutnya.  Akhirnya diputuskan untuk mencari tukang pijat dengan menghubungi istri dari sepupu.

Istri dari sepupu menjanjikan akan membawa tukang pijat ke rumah selepas magrib. Saya pun mengiyakan karena tidak memiliki pilihan lain. Singkat cerita selepas magrib Fatih dipijat. Pijatnya pun dilakukan setengah memaksa dan dia menangis. Siasat lainnya, Fatih dipijat sambil mimik ke saya.

Bagaimana kondisi Fatih setelah dipijat? Setelah dipijat Fatih tampak ceria, dia bahkan bernyanyi-nyanyi saat menjemput tante Dila dan mengantar Yangkung rawat inap di rumah sakit untuk menjalani operasi hernia. Tapi ternyata itu adalah kesalahan pertama saya. Kok bisa? Kelanjutannya akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.

Senin, 27 Oktober 2014

KOMUNITAS ADALAH KENISCAYAAN

Buka KEB (Komunitas Emak-Emak Blogger) dan WB (Warung Blogger), baru ngerti kalau hari ini, 27 Oktober adalah Hari Blogger Nasional. Sebagai blogger yang baru aktif kurang dari setahun, harap maklum lah kalau pengetahuan tentang dunia blogger sangat minim.

Kilas balik beberapa tahun yang lalu, sebenarnya saya sudah pernah bikin blog dari tahun 2006 atau 2007, cuma ya itu, sekedar bikin blog ga pernah di up date. Saya bikin blog sampai 2 lho, pertama bikin ga diisi apapun, hingga akhirnya lupa nama blog dan password. Terus bikin lagi, dengan dua foto dan satu artikel, dan akhirnya nasibnya sama dengan yang pertama, saking lamanya ga di isi lupa juga hehehe.

Ayahnya Fatih berharap saya mendokumentasikan materi dan aktivitas siaran radio atau ketika jadi narasumber di blog. Tapi harapan itu urung saya laksanakan. Geretan, akhirnya Ayah membuatkan blog di akhir tahun 2011. Satu artikel, ayah masukkan di blog, itupun copy paste dari artikel di kompas. Empat bulan kemudian baru saya bikin satu artikel tentang siaran radio. Setelah itu, vakum lagi hampir 2 tahunan.

Urusan Fatih menyita waktu dan energi saya, meski di lubuk terdalam cuma sekedar alasan hehehe. Tetiba, saya menetapkan resolusi di tahun 2014 untuk rajin bikin tulisan di blog. Saya pikir, kalau tidak dimulai sekarang kapan lagi. Masak saya masih terus menggunakan alasan, belum cukup pengetahuan tentang menulis, bingung ide dan sebagainya.

Semangat saya juga karena dorongan adik-adik yang duluan aktif ngeblog. Baca-baca tulisan mereka, membuka pikiran saya bahwa menulis tidak harus dimulai dari hal terberat, mulai yang ringan dulu. Apapun bisa menjadi bahan tulisan dan dibagi dengan orang lain. Masalah berbobot tidaknya tulisan, akan semakin terasah dengan rajinnya kita belajar menulis.

Satu lagi pelajaran yang saya ambil dari adik saya, bahwa komunitas itu penting. Awal ngeblog, saya cuma mikir yang penting menulis. Adik ketiga mendorong untuk gabung di komunitas, blogwalking dan menjalin networking.  Awalnya maju mundur, akhirnya adik yang memasukkan nama saya di IIDN dan KEB dan memberi tahu syarat menjadi anggotanya. Setelah beberapa minggu, baru saya mencoba memenuhi persyaratan sebagai anggota.

Awalnya hanya sebatas silent reader. Usai membuat tulisan, posting di komunitas. Itupun mempelajari dulu, bagaimana anggota lain posting tulisan. Blogwalking juga jarang, ikut GA atau lomba baru berani 5 bulan setelahnya. Bukan apa-apa, selain ga PD. Juga gaptek. Mulai dari tidak tahu cara pasang banner, tulisan di hyperlink, hingga belum punya twitter..hehehe..pokoknya ndesit banget dah.

Lama kelamaan saya sadar, blogwalking itu perlu, selain menambah teman, sangat menambah ilmu. Membuka mata saya lebih lebar, meski penampilan mata tetap sipit..hehehe. Saya tambah ilmu, mulai dari teknik menulis, profesi yang menjanjikan sebagai blogger, ilmu parenting, memasak dan homeschooling yang mulai merasuki pikiran. Manfaat nyata dari ngeblog dan menjalin komunitas, saya dapat hadiah GA dan pulsa listrik 300 ribu yang entah kapan akan sampai ke tangan saya hehehe..

Akhir kata, I love ngeblog dan selamat Hari Blogger Nasional. Mari ngeblog dan berbagi dengan orang lain.

Hadiahnya GA Indahnya Silaturahmi

Rabu, 22 Oktober 2014

RESIKO MELAHIRKAN NORMAL IBU BERMATA MINUS


Sebelumnya saya sempat menuliskan cerita Mencari Rumah Sakit Pro ASI. Saya ceritakan bahwa saya memiliki kemungkinan untuk melahirkan anak kedua secara normal, tentu dengan pra syarat tidak dengan diinduksi, jadi harus normal-senormalnya. Kenapa begitu? Karena pada kelahiran pertama dengan proses SC (Sectio Caesarea) akibat bayi sungsang, maka untuk kelahiran kedua secara normal tidak boleh diinduksi.

Kelahiran normal setelah SC dikenal dengan sebutan VBAC yaitu Vaginal Birth After Caesarean. Awalnya memasuki bulan ke 7 kehamilan, kepala bayi masih di atas alias sungsang. Dokter SPOG menjelaskan, dengan usia kandungan sekarang masih memungkinkan untuk memposisikan kepala bayi di bawah menuju jalan lahir. Selama sebulan saya kemudian sering sujud, dengan posisi kepala menempel menghadap kanan dan dada menempel. Alhamdulillah, posisi bayi berubah di konsultasi berikutnya. Posisi kepala sudah berada di bawah. Kemungkinan untuk normal semakin besar, tinggal menunggu HPL.

Eh, tapi sebelum saya berkonsultasi, suami rupanya mendapat berita, kalau istri temannya tidak memungkinkan melahirkan secara normal karena matanya minus cukup tinggi. Waduh, masih ada batu sandungan lagi rupanya. Saya komunikasikan lah dengan dokter tentang berita itu. Dokter kemudian menyarankan saya untuk berkonsultasi dulu dengan dokter mata, karena minus saya cukup tinggi. Yang dikhawatirkan dokter berkaitan dengan kondisi retina, apakah memungkinkan atau tidak.

Akhirnya seminggu kemudian saya berkesempatan mendatangi dokter mata *sok sibuk.

“Ada keluhan apa bu?” tanya dokter mata.

Jadi ingat, ada yang posting difb soal pertanyaan dokter mata. Awalnya mau saya jawab “Tidak dok, saya tidak punya keluhan apapun. Saya orangnya mudah bersyukur kok. Setiap hal wajib kita syukuri”. Hihihi, tapi saya ga tega dan tidak bisa membayangkan adegan selanjutnya. Dokter, perawat dan ayahnya Fatih pasti akan terbengong-bengong, berfikir saya sudah menggila.

Saya kemudian memilih menjelaskan tujuan saya berkonsultasi ke dokter mata.

Dokter kemudian bertanya tentang ukuran minus mata saya. Saya sudah agak lupa, dan menjawab berdasarkan ingatan saya dan saya rendahkan sedikit ukuran minusnya *malu, kacamata sudah seperti tutup botol.

“Kalau tidak salah, kanan minus 5 dan kiri minus 3. Saya agak lupa” terang saya.

Dokter kemudian memeriksa kondisi mata saya. Pertama yang dilakukan adalah mengecek kebenaran pernyataan tentang ukuran minus saya. Ternyata meleset 1 minus. Yang kanan 6 dan kiri 4 hihihi.

Setelah mengetahui ukuran minus, dokter memeriksa kondisi retina mata saya dengan mengarahkan alat semacam senter ke arah mata untuk melihat kondisi mata.

Selama pemeriksaan, ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh dokter, kalau saya tidak salah ingat:
  • Berapa tekanan darah? Saya jawab, tidak pernah lebih dari 120 untuk batas atas
  • Berapa kenaikan berat badan selama kehamilan? Sampai saat ini, sekitar 10kg
  • Apakah kaki bengkak? Sampai pemeriksaan ini, belum ada pembengkakan
Setelah pemeriksaan mata selesai, saya kemudian meminta penjelesan dokter. Hasil dari pemeriksaan mata, masih memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Kemungkinan terjadinya robekan pada retina kecil. Saya diminta untuk memeriksakan mata kembali, setelah 2 bulan melahirkan.

Dokter menjelaskan bahwa resiko untuk wanita bermata minus melahirkan secara normal cukup tinggi. Hal ini disebabkan pada mata minus kondisi lensa mata atau retina cembung sehingga kemungkinan robek menjadi besar. Hal ini berbeda dengan mata normal yang kondisinya melekat sempurna pada bola mata, sehingga kemungkinan robek kecil. Pada kasus saya, kemungkinan untuk melahirkan normal masih ada.

Alhamdulillah. Bila kemungkinan melahirkan normal ada, maka kemungkinan IMD juga besar. Habis mau gimana lagi, dokter SPOG sudah bilang sulit kalau mau IMD dengan kondisi SC. Semoga semua dimudahkan. Amin.

Selasa, 21 Oktober 2014

TRAVELING MUDIK

Dari sekian banyak tulisan yang sudah saya posting di blog, sepertinya tidak ada yang bercerita tentang traveling. Kesannya saya ga suka jalan-jalan. Eh, bukan, saya suka jalan-jalan kok, meskipun saya sering mabuk, mulai mabuk darat, udara dan laut, asal bukan mabuk daratan #eh.

Kisah traveling saya, sudah dimulai semenjak saya berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu itu Papa dan Ibu saya melakukan perjalanan pulang kampung dari Rantau Prapat ke Kudus dengan pesawat. Wah, keren kan, jaman tahun 82-83an saya sudah naik pesawat *ketahuan sudah berumur.

Saya sendiri sih ga pernah ingat, tapi sering diceritakan oleh ibu saya. Ceritanya dl waktu di bandara, saya jalan-jalan keliling bandara, maklum saya baru bisa berjalan, mungkin lagi norak-noraknya menunjukkan kebisaan. Yang paling sering diceritakan dan akhirnya tidak terlupakan adalah, saya buang air besar di pesawat. Jaman dulu gitu loh, mana ada popok sekali pakai. Alhasil, ibu saya merelakan tanggannya untuk menggenggam kotoran dan dibuang di wc pesawat.. yaiks. Ya begitulah bentuk cinta seorang ibu yang demikian besar.

Selanjutnya, saya hampir setiap tahun minimal 1 kali setahun, melakukan perjalanan ke luar kota dengan lama perjalanan 10 jam. Ya, hampir tiap tahun saya dan keluarga pulang kampung dari Bandung ke Kudus..hihihi.

Seringnya perjalanan pulang kampung kami dengan bus malam. Bus yang menjadi kenangan kami Bandung Express. Sampai sekarang bus ini masih ada, cuma sekarang banyak saingan bus lain. Rumah di bandung juga masih ada, tepatnya di perumahan Antapani, sampai saat ini, rumah dikelola ketua RT untuk disewakan.


Setelah Papa pindah kerja di Makassar, saya sempat tinggal di Makassar 1 tahun. Setahun kemudian saat liburan sekolah, kami pulang mudik, sekaligus mengantarkan saya yang akan bersekolah di Kudus. Kami mudik dengan menggunakan kapal laut. Selama  liburan di Kudus, Papa, Ibu, Adik, Sepupu dan saya sempat mudik ke Rantau Prapat dengan bus yang lamanya perjalanan 3 hari.
Ketika saya duduk di kelas 3 SMA, Papa dipindahkan ke Denpasar. Jadilah saya sering melakukan traveling ke Denpasar, terutama masa-masa kuliah yang membuat iri teman-teman. Jaman dulu kan jalan-jalan ke Bali rasanya WAH, padahal saya mah pulang kampung.

Saat saya mau selesai kuliah S1, Papa saya dipindah lagi ke Makassar. Selama di Makassar, saya sempat mudik 2 kali. Terakhir mudik, saat pesawat ADAM AIR hilang dan ditemukan tinggal serpihan. Saat itu pula banyak kapal yang tenggelam. Saya mau balik Kudus jadi ketar-ketir, padahal saat itu saya sudah bekerja.

Selepas dari Makassar, Papa malah ditempatkan di Semarang, berakhirlah traveling mudik saya. Malah sekarang, pasangan hidup 1 kota, Cuma butuh 30 menit untuk sampai ke rumah mertua. Mo mudik ke mana ya?hiks.

Saya merencanakan, setelah adiknya Fatih berusia 1 tahun ke atas, kami akan traveling mudik ke tanah kelahiran saya atau berkunjung ke rumah Kakak ipar di Sulawesi, semoga ada rejeki. Amin.

Jumat, 17 Oktober 2014

CURHAT MAMA UNTUK PLN

Tak terasa Nak, usia kandungan mama menginjak bulan ke 9, InsyaALLAH perkiraan hari lahirmu bulan depan. Rasanya perut mama sudah sering kencang dan nyeri di bagian bawah perut. Dokter bilang sih, kepalamu sudah berada di jalan lahir. Mudah-mudahan kali ini mama bisa melahirkanmu dengan normal.



Masih teringat kenangan melahirkan pertama kali masmu, Fatih. Tidak disangka, maju 3 minggu lebih dari HPL, padahal sore hari mama masih naik motor pulang dari kantor dan keesokan harinya ada permintaan pelatihan dari sebuah perusahaan. Memang bukan mama yang menjadi narasumber, tapi mama panitianya. Secepat kilat saat akan berangkat ke rumah sakit, mama mendelegasikan tugas kepanitiaan kepada asisten.

Akhirnya mas Fatih lahir melalui operasi sesar, karena kondisi sungsang sementara air ketuban juga sudah pecah. Alhamdulillah semua berjalan lancar, meski Mama sempat meracau di kala operasi..hihihi. Maklum mama kan sensitive terhadap obat bius dan saat memasuki ruang operasi kecemasan memuncak, dokternya tidak menjalin rapport dulu dengan mama sih *sok psikologis banget ya Nak.

Ingat operasi, mama jadi ingat ucapan salah satu guru besar Fakultas Psikologi UGM Prof. Djamaludin Ancok, Ph. D di Seminar Nasional tahun 2013. Waktu itu Prof. Ancok mempresentasikan makalah dengan judul “Membangun Budaya Organisasi Yang Hidup”. Isi dari presentasinya bercerita tentang beberapa pegawai PLN yang ditanyakan tentang nilainya sebagai pegawai PLN. Jawaban dari beberapa pegawai sebagai tukang hidup matikan sakelar listrik.

Wow, Prof. Ancok langsung berkomentar. Kok kesannya nilai sebagai pegawai PLN terlalu rendah. Padahal tanpa listrik, kehidupan sulit berjalan. Misalnya, saat sedang naik lift dan ternyata listrik mati, maka orang yang berada di lift kan bisa terjebak. Lebih parah lagi, saat sedang operasi kemudian listrik mati, otomatis operasi terhambat dan taruhannya nyawa. Kesimpulannya menjadi pegawai PLN itu merupakan pekerjaan mulia, karena menyangkut hajat hidup banyak orang.

Mama kemudian manggut-manggut sambil tertawa, habis Prof. Ancok menceritakannya dengan gaya yang lucu. Jadi ngakak habis mendengarkan presentasinya. Ucapannya benar-benar mengena bahwa listrik itu merupakan kebutuhan yang hampir seperti udara. Tanpa listrik bisa mati gaya dan bikin jantung berhenti berdetak. Beneran kan kalau orang yang sudah bergantung dengan alat jantung, begitu listrik tidak ada bikin detak jantung juga tidak ada *omongan serius.

Mama teringat Nak, bagaimana dag dig dug hati mama kalau mendengar listrik di rumah padam. Kalau listrik di kantor padam mama kan bisa cari kegiatan lain dengan teman kantor, misalnya gosip #eh. Meski mama bekerja, namun merupakan kewajiban untuk tetap memberikan asi untuk masmu dan untukmu nantinya selama 6 bulan ekslusif dan dilanjutkan hingga 2 tahun.  Nah, lagi-lagi mama sangat membutuhkan listrik untuk menjaga asi perah yang sudah mama simpan di kulkas. Lah, kalau listriknya mati, kulkasnya ikut mati, bagaimana nasib makananmu kelak? Menangis darah mama membuang asi perah yang tidak layak karena kulkas mati. Terbayang harus memerah lagi dan kebut-kebutan dengan kebutuhan asimu.


Setelah 6 bulan asi ekslusif, mama masih membutuhkan kulkas untuk melanjutkan asi hingga 2 tahun ditambah untuk mpasi rumahanmu. Ingat dulu, masak sebelum subuh menyiapkan mpasi mas Fatih, disimpan di dalam kulkas, kemudian dihangatkan sebelum diberikan.

Intinya mama dan kamu benar-benar membutuhkan listrik untuk menyala terus. Padahal kenyataannya sering ada pemadaman bergilir. Mama jadi galau Nak, harus ke mana mengadu hiks. Eh, pas lagi mikir soal pemadaman bergilir, mama lihat ada lomba blog yang diselenggarakan PT PLN (Persero) dan BLOGdetik dengan tema ideku untuk PLN dalam rangka Hari Listrik Nasional ke – 69. Kebetulan Nak, mama bisa curhat sekaligus kasih ide untuk PLN agar pemberian ASI perah dan MPASImu berjalan lancar.

Sebelumnya mama sempat browsing dulu, mencari tahu kenapa harus ada pemadaman bergilir. Mama lakukan itu agar bisa memberikan ide buat PLN. Hasil browsing, cukup mencengangkan dan membuat mama manggut-manggut memahami mengapa ada pemadaman bergilir. Tapi tentu saja, listrik sangat vital dan harapannya tetap terus menyala. Jadi inilah ide mama buat PLN :

1.       PLN perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif dan jelas tentang penghematan pemakaian listrik

Mama dulu berfikir, kalau perusahaan yang memproduksi suatu barang tentu lebih suka kalau produknya laku keras di pasaran dan banyak pembelinya, kok ini PLN harus melakukan sosialisasi penghematan pemakaian listrik?.

Ternyata oh ternyata selama ini listrik kita disubsidi Nak, apa yang kita bayarkan, harganya masih di bawah harga produksi, kekurangannya disubsidi pemerintah. Selain itu kebutuhan akan listrik meningkat dibanding ketersediaannya. Nah kalau kita bisa menghemat pemakaian listrik maka akan lebih murah daripada membangkitkannya.

Oleh karena itu, PLN perlu menjelaskan mengapa perlu dilakukan pengehematan listrik Nak. Perlu juga dijelaskan cara-cara pengehematan listrik, mulai dari bentuk bangunan dan penggunaan alat elektronik hemat listrik.

Dapur kantor sudah cukup terang, matikan lampu ah.

2.       Memberlakukan harga listrik yang berbeda di waktu yang berbeda.

Ini hampir seperti biaya telepon Nak. Kalau kita menggunakan telepon di pagi hari sebelum jam 6 biayanya lebih murah dibandingkan siang hari. Hal ini diberlakukan karena biasanya ada beban puncak dimana setiap orang menggunakan listrik di waktu yang sama dan di waktu lainnya pembangkit dan transmisi lainnya menganggur. Pemberlakuan harga yang berbeda akan mendorong pelanggan menggunakan listrik di waktu yang lain dimana harga yang dikenakan lebih murah, sehingga beban bisa merata.

3.       Memberikan reward kepada pelanggan yang melakukan penghematan

Siapa sih Nak yang tidak senang dengan hadiah. Mama yang sudah berumur aja senang kalau dapat hadiah dan gratis pula hihihi. Biasanya kalau pelanggan telat kan kena denda, ini untuk memaksa pelanggan membayar tepat waktu. Demikian juga sebaliknya, kalau bisa menggunakan listrik dengan hemat pelanggan akan mendapatkan hadiah. Tentunya ini akan mendorong pelanggan untuk berhemat. Hadiah bisa bermacam-macam, mulai dari yang kecil hingga besar, misal mobil atau rumah hihihi.

4.       Mandiri energi listrik dengan mencari sumber energi yang lain

Selama ini kebanyakan pembangkit listrik menggunakan batu bara Nak. Padahal tidak semua daerah memiliki batu bara. Kebutuhan batu bara ini kemudian didatangkan dari daerah lain. Tentu ongkosnya menjadi lebih besar. Apalagi batu bara kan sumber energi yang bisa habis di suatu waktu. Bila setiap daerah memiliki pembangkit listrik yang disesuaikan dengan kondisi daerah, maka penghematan biaya produksi bisa dilakukan.


Semoga curhatan mama ini, memberi masukan buat PLN agar dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan akhirnya listrik terus menyala dan mama tidak galau lagi memikirkan nasib asi perah dan MPASImu ya Nak.

Daftar Pustaka :
http://konversi.wordpress.com/2009/11/18/kelistrikan-nasional-masalah-dan-solusinya/

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #ideKUUntukPLN


Sabtu, 11 Oktober 2014

PENIPUAN KARTU KREDIT TERSELAMATKAN FATIH


Yipie, akhirnya saya punya kartu kredit sejak bulan Juli lalu. Sebenarnya sih sejak awal tahun sudah ada yang nawari kartu kredit yang sama dari bank BNI, tempat gaji saya ditransfer. Cuma karena mas yang nawari tersenyum sinis saat saya bilang mau diskusi dengan suami dulu, saya jadi malas untuk aplikasi kartu kredit.

Beberapa bulan kemudian, ada ibu yang nawari kartu kredit BNI, tawarannya sama dengan mas yang nawari kemarin. Bebas annual fee selama setahun, dapat beberapa potongan harga di pom bensin dan promo lainnya. Seperti biasa saya bilang mau diskusi dengan suami, tanggapan si ibu terlihat memahami. Si Ibu bilang, “ nanti kalau suami tidak mengijinkan, saat dikonfirmasi pusat, bilang saja tidak jadi karena tidak diijinkan suami mbak”.

Jadilah saya setengah membujuk suami untuk menyetujui keinginan saya memiliki kartu kredit. Ketakutan suami kalau nanti tiba-tiba ada tagihan atau justru menjadi boros saya tepis. Wong saya ini keturunan keluarga irit kok, dan saya bukan tipe belanja belinji, kecuali tergiur parfume hihihi.

Singkat cerita, saya yang kurang gaul ini akhirnya memiliki kartu kredit yang sampai sekarang belum saya gunakan. Soalnya belum ada promosi yang menggiurkan dan pada dasarnya saya gak suka ngutang, kecuali kepepet dan minjam orang tua hehehe.

Hingga suatu saat, dua bulan yang lalu saya mendapat telpon dari seorang laki-laki yang mengaku dari visa master card. Mas, ini menyampaikan bahwa saya mendapat hadiah berupa kartu tambahan yang berfungsi sebagai kartu diskon pendamping kartu kredit BNI. Kartu ini bisa memberikan diskon 20 hingga 50 % di berbagai tempat. Selain itu, saya akan mendapatkan voucher menginap di hotel berbintang.

Wuih, hati saya cukup girang, berarti memiliki kartu kredit menguntungkan. Saat masnya masih menjelaskan bla..bla..Fatih sudah berteriak memanggil saya

“Ma, mama Ika. Sudah eeknya Ma” teriaknya berulang-ulang dari arah belakang rumah.

Mendengar teriakannya berulang-ulang, saya langsung menyudahi saja percakapan dengan si Mas tadi. Saya pikir nanti kartu bisa dikirimkan ke alamat kantor, kan sudah ada datanya.

Keesokan harinya saat di kantor, saya iseng mencari informasi mengenai kartu tambahan diskon dari kartu kredit BNI. Kok saya cari-cari tidak ada? Saya ingat lagi kalau si Masnya telpon pas hari libur dan nomor telpon yang menghubungi juga dari nomor HP bukan telpon kantor.

Buka-buka internet lebih jauh lagi, eh ternyata ada sebuah blog yang bercerita hampir saja kena tipu dengan modus seperti yang saya alami. Empunya blog bercerita kalau dia sebenarnya curiga karena masih menanyakan tentang biodata pemilik kartu kredit. Untunglah karena kecurigaannya, dia memberikan no kartu kredit yang salah satu angkanya dibuat keliru.

Ternyata tawaran voucher menginap tetap dikenakan biaya administrasi. Pihak pemberi voucher beralasan bahwa biaya administrasi sangat murah dibanding voucher yang didapatkan. Ketika akhirnya pemilik kartu kredit mengubah keputusan untuk menolak voucher, pihak pemberi voucher justru mengancam bahwa tidak bisa dibatalkan dan sudah ada rekaman kesediaan dari pemilik kartu kredit.

Wow, ternyata ini salah satu modus penipuan bagi pemilik kartu kredit. Pihak bank BNI pun tidak pernah melakukan penawaran seperti itu. Entah darimana, penipu mendapatkan data pemilik kartu kredit. Konon teman saya memberitahu kalau kita punya kartu kredit atau pernah meminjam di bank, data kita bisa tersebar ke bank atau pihak lain.

Alhamdulillah, saya masih diselamatkan oleh keinginan Fatih cebok hehehe.

Senin, 06 Oktober 2014

MENCARI RUMAH SAKIT PRO ASI

Saat hamil Fatih

Tak terasa usia kandungan saya sudah 8 bulan, sekitar 1 – 1,5 bulan lagi akan tiba waktu melahirkan. Alhamdulillah, setiap bulan cek kandungan, kondisi calon adiknya Fatih sehat. Terakhir cek, berat badannya sudah mencapai 2,6 kg.

Kehamilan kedua ini, saya lebih santai, bahkan mungkin kebablasan santai. Beberapa pantangan orang hamil yang menurut saya cuma mitos atau berlebihan, saya langgar. Misalnya makan nangka saat hamil. Dulu waktu hamilnya Fatih, saya tidak diperkenankan menyentuh nangka, durian dan nanas. Sekarang sih kalau cuma sesuap dua suap ga apa-apa lah, kan cuma mencicipi hihihi.

Soal susu hamil juga di kehamilan kedua saya tidak konsumsi. Paling yang diminum susu UHT coklat, itupun tidak tiap hari. Yang menggembirakan, posisi calon adiknya Fatih tidak sungsang, kepala sudah berada di jalan lahir. Pantas, perut bagian bawah rasanya sering nyeri, otot pantat hingga paha rasanya seperti keseleo.

Dokter kandungan dari awal sudah menjelaskan bahwa untuk melahirkan normal masih memungkinkan. Nah, sayangnya saya baru dapat info dari temannya Ayah kalau ibu dengan mata minus kemungkinan melahirkan kecil. Waduh ada saja halangannya, pas hamil Fatih karena sungsang, sekarang posisi sudah bagus, ada informasi soal gangguan mata.

Teman-teman kantor menyarankan untuk sesar saja, kuatir kalau jahitan belum kuat. Saya sih sebenarnya tidak masalah, mau sesar oke kalau bisa normal lebih bersyukur, yang penting lancar dan bayi sehat. Masalahnya rumah sakit tempat saya berkonsultasi tidak sepenuhnya pro ASI.

Berdasarkan PP no 33 tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menyatakan tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan :

1. Wajib melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)paling singkat 1 jam

2. Wajib menempatkan Ibu dan Bayi dalam satu ruangan, kecuali ada indikasi medis

3. Wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Ekslusif kepada ibu, dan atau anggota keluarga

4. Jika tidak melaksanakan ketentuan dikenakan sanksi administratif oleh pejabat berwenang.

PP tersebut sebenarnya mengatur dan mendorong pemberian Air Susu Ibu Ekslusif, sayangnya belum semua rumah sakit menerapkan aturan tersebut. Saya tidak tahu, apakah peraturan tersebut suah berlaku dan bila ada laporan pelanggaran ditidaklanjuti atau tidak.

Saat usia kandungan menginjak 5 bulan, saya sudah menanyakan kepada dokter kandungan soal apakah rumah sakit tempat beliau praktek pro ASI atau tidak. Jawabannya “sudah donk”. Nah, saya yang memang dasarnya kemal alias kepo maksimal hihihi, langsung menanyakan berbagai macam pertanyaan terkait dukungan pro ASI.

Awalnya saya menanyakan terkait IMD, dokter kandungan mengatakan bisa untuk kelahiran normal tetapi sulit untuk sesar. Masalah rawat gabung memungkinkan bila memilih minimal ruang kelas 1 dimana hanya ada 1 pasien setiap kamar. Saya pun direkomendasikan untuk memilih dokter anak yang lebih santai dan fleksibel. Terkait informasi dan edukasi ASI ekslusid saya tidak menanyakan, karena informasi yang saya dapat dirasa masih cukup memadai dan dokternya pun sudah mengenal saya ketika kelahiran anak pertama. Terakhir saya menanyakan kembali beberapa hari yang lalu soal media pemberian ASIP atau susu bila ternyata air susu saya belum keluar. Hasilnya dokter meralat pernyataan sebelumnya dengan mengatakan rumah sakit ini masih setengah pro ASI, karena media pemberian ASIP atau susu masih menggunakan dot. Padahal dokter setuju dengan pernyataan saya tentang resiko bingung puting.

Waduh, ini mah setengah aja tidak, dukungan dan dorongannya apa donk? Sepertinya masih bergantung pasien mau pro ASI atau tidak. Ada dua alasan kenapa saya masih bertahan konsultasi di rumah sakit tersebut, yang pertama alasan letak rumah sakit yang dekat dengan rumah dan akses kendaraan mudah. Kedua, saya cocok dengan doktenya. Dia mendukung pemberian ASI, cuma rumah sakit, perawat dan fasilitas yang lain kurang mendukung. Anaknya dokter tersebut 4 tahun baru berhasil di sapih, memang dia pengikut WWL. Saat saya menjalani NWP, dokter pun menyepakatinya.

Saya jadi galau-segalaunya, mau pindah rumah sakit nanggung, ga pindah kok dukungan rumah sakit setengah-setengah. Semisal saya bisa normal, pemulihan pasca melahirkan lebih cepat, jadi bisa maksimal mengupayakan ASI Ekslusif. Bagaimana menurut teman-teman?

Jumat, 03 Oktober 2014

UANG SAKU BUAH SILATURAHMI


Konon katanya silaturahmi bisa membuka pintu rejeki. Saya sangat mempercayai itu. Sejak kecil, saya sangat suka diajak pulang kampung. Entah itu di kampung tempat keluarga Papa, terlebih keluarga ibu saya.

Perjalanan selama pulang kampung pun cukup berat buat saya dan adik-adik yang masih kecil. Malah mungkin lebih berat untuk orang tua saya membawa tiga anak kecil pulang kampung. Ya, semasa kecil, saya dan keluarga tinggal di Bandung, sementara keluarga besar Papa berada di Kudus dan keluarga besar ibu berada di Rantau Prapat.

Perjalanan dari Bandung ke Kudus, sebuah kota kecil di Jawa Tengah memakan waktu sekitar 10 jam melalui jalur darat yaitu bus. Biasanya kami berangkat dari terminal menjelang Isya dan sampai Kudus selepas adzan Subuh. Hal yang terlebih memberatkan adalah hampir semua anak-anak, mabuk darat hihihi, jadi orang tua saya siap berbekal kantong plastik. Belum lagi kalau di tengah jalan, tiba-tiba saya atau adik-adik saya ingin BAB. Waduh, mana mungkin lah BAB di toilet bus, kalau BAK masih boleh. Alhasil, saya pernah BAB di pinggiran jalan, terlindungi semak-semak..ih.

Bagaimana dengan perjalanan ke Rantau Prapat? Wah yang ini lebih lama lagi. Terus terang, seumur hidup saya baru sekali pulang kampung ke Rantau Prapat, yaitu liburan kenaikan kelas 2 SMP. Dulu, transportasi masih sangat mahal, sementara uang ortu juga masih terbatas, klop lah. Akhirnya kami, Papa, Ibu, saya dan adik yang paling kecil, usia 3 tahun beserta sepupu pulang ke Rantau Prapat naik bus. Lamanya perjalanan kami tempuh selama 3 hari 3 malam di BUS NON AC. Bisa dibayangkan, betapa bosen, pegal dan teposnya bokong saya. Apalagi di tengah jalan, bus mengambil penumpang yang duduk di bangku kayu, sebagai bangku tambahan.

Selama perjalanan, saya meminimalkan asupan makanan, kuatir kalau justru membuat mual dan muntah. Jalanan di daerah pulau Sumatra yang berkelok-kelok dan naik turun menambah perut saya serasa diuntir-untir. Alhamdulillah tiba di Rantau Prapat, Sumatra Utara dalam keadaan sehat. Balik lagi ke Jawa tetap naik bus, cuma agak mending lah, pilih bus DAMRI PATAS AC dengan tempat duduk yang lebih luas.

Sungguh tidak mudah perjalanan kami untuk bersilaturahmi. Tapi kami semua senang, bisa berkumpul bersama keluarga setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Kesenangan saya akan silaturahmi bertambah lagi ketika tiba saatnya pulang, banyak yang menyisipkan uang saku di tangan saya hihihi. Siapa sih anak-anak yang tidak suka kalau dikasih bude, tante dan uwaknya uang saku atau uang jajan.

Sesampainya di rumah, uang saya masukkan ke celengan. Pernah lho, saya dapat uang 300 ribu rupiah pada tahun 1994. Selain dapat uang saku, terkadang kami bisa mendapatkan baju lebaran dan atau mainan baru. Wuih, benar-benar membawa rejeki.

Pengalaman mendapatkan rejeki sebagai akibat silaturahmi, tidak hanya di masa kecil. Waktu saya sudah bekerja, saya dan adik-adik berinisiatif untuk bersilaturahmi ke rumah salah seorang bude saat lebaran. Dan tara…kami diberi uang saku. Bayangkan, kalau adik-adik saya memang masih belum bekerja dan ada yang masih berstatus mahasiswa bahkan SMA, tapi saya kan sudah bekerja, dan tetap diberi amplop. Lumayan lah, rejeki ga boleh ditolak kan..hehehe..

Saat ini, saya sudah memiliki satu anak dan satu calon anak pun, silaturahmi tetap memberikan rejeki berupa uang saku buat anak saya. Berhubung, anak saya belum mengerti uang, jadi ya sementara dikelola emaknya. Dikelola buat belanja eh buat kepentingan anaknya. Makan sehari-sehari kan penting juga buat tumbuh kembangnya..hahaha..

Tulisan ini disertakan dalam "GiveAway Indahnya Silaturahmi, Lavender Art" by Mbak Irowati.

Blog Design by Handdriati