Selasa, 21 Oktober 2014

TRAVELING MUDIK

Dari sekian banyak tulisan yang sudah saya posting di blog, sepertinya tidak ada yang bercerita tentang traveling. Kesannya saya ga suka jalan-jalan. Eh, bukan, saya suka jalan-jalan kok, meskipun saya sering mabuk, mulai mabuk darat, udara dan laut, asal bukan mabuk daratan #eh.

Kisah traveling saya, sudah dimulai semenjak saya berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu itu Papa dan Ibu saya melakukan perjalanan pulang kampung dari Rantau Prapat ke Kudus dengan pesawat. Wah, keren kan, jaman tahun 82-83an saya sudah naik pesawat *ketahuan sudah berumur.

Saya sendiri sih ga pernah ingat, tapi sering diceritakan oleh ibu saya. Ceritanya dl waktu di bandara, saya jalan-jalan keliling bandara, maklum saya baru bisa berjalan, mungkin lagi norak-noraknya menunjukkan kebisaan. Yang paling sering diceritakan dan akhirnya tidak terlupakan adalah, saya buang air besar di pesawat. Jaman dulu gitu loh, mana ada popok sekali pakai. Alhasil, ibu saya merelakan tanggannya untuk menggenggam kotoran dan dibuang di wc pesawat.. yaiks. Ya begitulah bentuk cinta seorang ibu yang demikian besar.

Selanjutnya, saya hampir setiap tahun minimal 1 kali setahun, melakukan perjalanan ke luar kota dengan lama perjalanan 10 jam. Ya, hampir tiap tahun saya dan keluarga pulang kampung dari Bandung ke Kudus..hihihi.

Seringnya perjalanan pulang kampung kami dengan bus malam. Bus yang menjadi kenangan kami Bandung Express. Sampai sekarang bus ini masih ada, cuma sekarang banyak saingan bus lain. Rumah di bandung juga masih ada, tepatnya di perumahan Antapani, sampai saat ini, rumah dikelola ketua RT untuk disewakan.


Setelah Papa pindah kerja di Makassar, saya sempat tinggal di Makassar 1 tahun. Setahun kemudian saat liburan sekolah, kami pulang mudik, sekaligus mengantarkan saya yang akan bersekolah di Kudus. Kami mudik dengan menggunakan kapal laut. Selama  liburan di Kudus, Papa, Ibu, Adik, Sepupu dan saya sempat mudik ke Rantau Prapat dengan bus yang lamanya perjalanan 3 hari.
Ketika saya duduk di kelas 3 SMA, Papa dipindahkan ke Denpasar. Jadilah saya sering melakukan traveling ke Denpasar, terutama masa-masa kuliah yang membuat iri teman-teman. Jaman dulu kan jalan-jalan ke Bali rasanya WAH, padahal saya mah pulang kampung.

Saat saya mau selesai kuliah S1, Papa saya dipindah lagi ke Makassar. Selama di Makassar, saya sempat mudik 2 kali. Terakhir mudik, saat pesawat ADAM AIR hilang dan ditemukan tinggal serpihan. Saat itu pula banyak kapal yang tenggelam. Saya mau balik Kudus jadi ketar-ketir, padahal saat itu saya sudah bekerja.

Selepas dari Makassar, Papa malah ditempatkan di Semarang, berakhirlah traveling mudik saya. Malah sekarang, pasangan hidup 1 kota, Cuma butuh 30 menit untuk sampai ke rumah mertua. Mo mudik ke mana ya?hiks.

Saya merencanakan, setelah adiknya Fatih berusia 1 tahun ke atas, kami akan traveling mudik ke tanah kelahiran saya atau berkunjung ke rumah Kakak ipar di Sulawesi, semoga ada rejeki. Amin.

5 komentar:

  1. samaa, aku juga pengen banget ngajak Thifa, Hana dan ayahnya ke Makassar, trus kulineran dehh

    BalasHapus
  2. Ada enaknya loh Mak kalo ga bisa mudik jauh. Duitnya bisa dialokasikan buat liburan kemana gituu... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tp lebih boros mak, nambah biaya penginapan dan makan. Kl punya sodara di suatu tempat kan gratis nginap dan makan..hihihi..

      Hapus
  3. nah itu mak harus ada sodara di tempat tujuan traveling kita biar bisa nginep gratis
    jangan lupa pakai kaos dengan label positif di

    kaos muslim anak - kaos muslim keluarga

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati