Rabu, 12 Februari 2014

BUAH JATUH, TIDAK JAUH DARI POHONNYA


Lama tidak posting tulisan di blog, alasannya apalagi kalau bukan malas..hehehe. Kalau sudah begini, saya biasanya mentoleransi kemalasan saya pada batas tertentu, daripada memaksakan ‘mood’ yang sedang tidak baik. Setelah itu, barulah saya kembali kepada komitmen awal, sampai kapan mau dipelihara rasa malas *mumpung lagi sadar.

Saat ini saya sedang giat-giatnya mencari ilmu untuk pertumbuhan dan perkembangan Fatih, anak semata wayang. Mulai dari asupan makanan, dan perkembangan fisik, motorik, psikologis dan sebagainya. Saya terus cari ilmu, terutama di browsing di internet, gabung di group yang berkaitan tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak hingga ikut group seputar pendidikan anak, seperti pendidikan rumah atau homeschooling/homeeducation.

Saat berselancar di dunia maya, saya tercengang dengan ilmu-ilmu yang bertebaran dan berkembang di sana. Tambah tercengang *baca kagum* lagi dengan capaian para orang tua dalam mendidik anaknya. Kok bisa ya anaknya tumbuh hebat seperti itu, dikasih makan apa ya. Contoh anak-anak yang membuat saya kagum adalah anak-anak ibu Septi Peni Wulandari, seorang ibu yang berdomisili di Salatiga.

Enes, anak pertama ibu Septi sekarang kuliah di Singapura, dia terpilih menjadi Young Changemaker Ashoka Foundation pada 2009, sebagai anak muda peduli sampah. Anak kedua bernama Ara, memiliki proyek yang diberi nama MOO PROJECT yang mengantarkan ia memenangkan Young Changemaker Ashoka Foundation 2008. Terakhir, anak ketiga bernama Elan, yang menjadi ahli robot dan sibuk dengan aktifitas magangnya agar tertular virus orang pintar.

(Fatih dan obsesinya dengan mobil)

Pikiran dan ucapan saya pertama, subhanallah..hebatnya. Semua anaknya menempuh jalur home education lho *virus pendidikan rumah ini tengah meracuni saya*. Kok bisa ya? Setelah saya menyimak lebih lanjut, kuncinya adalah keteladanan orang tua. Ibu Septi memang bukan ibu rumah tangga biasa, dia penggerak berbagai komunitas, dia pencipta berbagai macam model pembelajaran, pantaslah kalau anaknya pun tumbuh dan berkembang dengan baik dan hebat. Seperti pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tentu saja anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika pohon atau orang tua juga mau tumbuh dan berkembang dengan baik.

Saya akui, saya merasa tertampar lagi dan lagi *saya sering tertampar kalau membaca biografi orang-orang yang memiliki komitmen dan aksi yang nyata*, sementara saya yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi saja belum punya aksi nyata, Menulis tema ini membuat saya teringat dengan ucapan salah satu dosen yang diam-diam menjadi favorit saya, “orang tuanya saja ‘bodoh’ kok pengen anaknya pintar, ya susah”.

2 komentar:

  1. salam kenal mbk....tahu blog ini dari mbk rahmi,dulu pernah cerita kalo soaranya ada yg jurusan psikologi,,owh ternyata ini toh hehe...saya jg psikologi mbk ^^

    BalasHapus
  2. Salam kenal juga mbak HM Zwan. Kuliah dimana dulu mbak?

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati