Sabtu, 01 Februari 2014

MBOK-MBOKENNYA FATIH


Dulu waktu Thifa, sepupunya Fatih main ke kudus, saya dan keluarga besar melihat Thifa sangat ‘mbok-mboken’, lengket sekali dengan mamanya. Sedikit-sedikit mama dan cari mama, jarang mau sama ayahnya. Saya pikir Thifa seperti itu karena sehari-hari sama mamanya, jadi tidak mau kalau diajak yang lain. Ternyata saya salah, Fatih pun ‘mbok-mboken’.

Saya bekerja dari jam 8 sampai jam 15.30 sampai di rumah, sehari-hari selama saya tinggal kerja, Fatih dipercayakan diasuh eyang kakung dan eyang putrinya. Awalnya saya takut kalau Fatih lebih nyaman berdekatan dengan eyangnya daripada mamanya. Oleh karena itu, saya kekeuh untuk memberikan asi, menyiapkan mpasi buatan rumah dan sedapat mungkin mengurus Fatih sendiri sesampainya di rumah. Hasilnya, Fatih benar-benar lengket dengan mamanya. Bila saya di rumah, dia jarang mau dipegang yang lain, bahkan oleh ayahnya.



Apa sih sebenarnya yang membuat Fatih lengket dengan saya?. Apakah karena saya yang mengandung dan melahirkannya?. Lengketnya Fatih dengan saya dinamakan kelekatan atau istilah asingnya attachment. Mc. Cartney dan Dearing mengartikan kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksi dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Seorang anak dikatakan lekat jika memiliki kelekatan fisik dengan seseorang, menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat dan menjadi gembira ketika figure lekat kembali dan berorientasi terhadap figure lekat seperti berusaha menarik perhatian.

Semua ciri-ciri diatas memang dimiliki Fatih terhadap saya, kalau saya dirumah dia selalu ingin menempel, ketika saya tidak nampak, dia akan mencari saya di setiap sudut rumah dan selalu mencoba menarik perhatian. Ketika saya mencari informasi lebih jauh lagi tulisan Eka Ervika dari Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran, ternyata masa kritis bayi adalah dua jam pertama setelah dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan kontak yang dilakukan ibu dengan bayi selama 30 menit setelah melahirkan memberikan mendasar pada anak dan meningkatkan 50% perhatian ibu kepada anaknya. Mungkin inilah yang menjadi dasar perlunya inisiasi menyusui dini (IMD) *sayangnya saya tidak berhasil melakukannya setelah melahirkan Fatih..hiks..*

Pernah seorang teman mengingatkan agar saya lekatnya Fatih tidak berubah menjadi ketergantungan. Eh, rupanya beda lho, antara kelekatan dan ketergantungan. Bahkan kelekatan memberi manfaat. Kelekatan yang aman akan membawa pengaruh positif bagi kompetensi sosialnya. Anak lebih mampu membina hubungan persahabatan yang intens, interaksi yang harmonis, lebih responsif dan tidak mendominasi. Kalau dipikir-pikir, Fatih juga memiliki keinginan mandiri, diantaranya diia sering ingin makan sendiri, tidak mau disuapi dan memilih baju yang ingin dikenakan.

Lantas apakah setiap ibu merupakan obyek lekat si anak? Ternyata tidak, anak biasanya memilih figur yang lebih responsif terhadap kondisi anak. Kalau ibunya cuek saja, dia mungkin akan lebih memilih ayahnya, eyangnya atau bahkan pengasuhnya. Seyogyanya sih baik ayah atau ibunya harus responsif terhadap anaknya, karena tugas mengasuh anak itu bukan hanya pada ibunya, tetapi ayah juga berperan serta. Kalau urusan mengandung, melahirkan dan menyusui memang sudah kodrat seorang ibu, tapi ganti popok, memandikan dan menyuapi anak, bisa kan dikerjakan Ayah. Saya rasa dalam ajaran agama juga berbagi tugas rumah tangga dianjurkan, Rosul aja mau menjahit pakaiannya sendiri kok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati