Sabtu, 25 Januari 2014

PERTEMUAN DAN PERUBAHAN

Terulang lagi, terhitung hampir seminggu saya absen menulis. Tidak benar-benar absen, saya masih menulis kok, masih menulis keuangan di netbook saya untuk urusan kantor, masih menulis resep masakan yang akan saya olah di dapur…hehehe. Saya memang lagi asyik menyambangi dapur. Mencuri-curi kesempatan ‘lari’ dari Fatih. Ayah dan eyangnya menjadi tempat untuk menitipkan. Untung mereka mau (karena tau saya mau bikin camilan) meski sering Fatih ‘terlepas’ mencari dan menemukan saya asyik di dapur.

Keabsenan saya sebenarnya karena bingung mau menulis apa ditunjang mood menulis sedang surut seiring dengan surutnya banjir di tempat saya. Sekedar info, sebagian wilayah Kudus memang sedang tergenang banjir. Mau menulis resep masakan, kok rasanya malu, wong resepnya nyontek semua..hihihi. Yow is lah, saya mau bercerita saja, yang masih ada kaitan dengan masak memasak.

Saya dikenal luas oleh teman dan keluarga saya, ‘malas’ ke dapur. Dulu jaman kuliah, teman-teman saya tahu, bahwa saya tidak bisa bikin telur ceplok, "wong masak air saja gosong" ujar teman saya. Misalnya ada acara masak memasak, saya kebagian menemani teman cowok saya belanja ke pasar. Dicatat MENEMANI TEMAN COWOK. Bahkan saya tidak diperkenankan ikut mengolah masakan, takut masakannya gagal, ujar beberapa teman cowok saya. Hedeuh…segitunya.

Tapi sekarang setelah menikah terutama punya Fatih. Saya berubah, betul-betul berubah. Saya mulai searching soal kehamilan, melahirkan, inisiasi menyusui dini, menyusui ekslusif, mpasi homemade hingga menu-menu keluarga semenjak fatih berusia 1 tahun.

(gambar search google)

Teori di psikologi perkembangan, usia saya adalah usia perkembangan dewasa, dimana ketika manusia dewasa memiliki tugas perkembangan mencari pasangan hidup. Ketika manusia menemukan pasangannya, mereka akan berubah menjadi individu yang baru tanpa kehilangan dirinya yang lalu. Penjelasannya, ketika mereka menemukan pasangan, ada hal-hal yang berubah dalam dirinya. Perubahan ini dapat terjadi karena kompromi kedua belah pihak atau dorongan internal. Hal ini terjadi pada diri saya, suami tidak memaksakan saya terampil memasak, tetapi dia senang kalau saya mampu memasak seperti ibunya.

Sekarang saya belum terampil memasak, akhirnya karena pertemuan dengan suami dan anak saya, saya mulai berubah menjadi invidu baru yang mau belajar memasak demi mereka berdua.

4 komentar:

  1. tulis perkembangannya Fatih, dia bisa ngomong apa aja, keusilan2 dia dll. Ntar kalo dia besar bisa dibaca2 buat kenang2an

    BalasHapus
  2. jadi udah bisa bikin telur ceplok riz :P

    BalasHapus
  3. @Rahmi Aziza : hehehe..iya nanti, masih belum ada ide (baca : masih malas mikir)

    BalasHapus
  4. @Reviewge :????hahaha..jangan dibuka di depan publik ah. Sudah bisa kok, sebelum nikah malahan, ceritanya the power of kepepet :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati