Selasa, 11 Maret 2014

MENIKAH ITU BERBAGI

Sebagai wanita pasti senang rumpi kan? Atau kalau punya masalah pasti curhat ke teman atau saudara wanita. Meski sekarang sudah punya pasangan hidup, tetap saja curhat ke sesama wanita memang lebih nyaman.

Beberapa kali dengar curhat teman-teman wanita soal rutinitas mengurus rumah tangga. Kebetulan teman-teman di kantor banyak yang usia pernikahannya tidak terpaut jauh, seenggaknya masih merasakan, repotnya mengurus buah hati yang masih kecil, lebih repot lagi kalau masih punya bayi.

Seorang teman wanita sebut saja namanya M, merasakan gagal memberikan ASI ekslusif untuk anak pertamanya. Untuk anak yang kedua, dia ingin bisa memberi ASI ekslusif. Saya yang pro ASI berusaha mensupport dengan menjelaskan manajemen ASI perah (ASIP) dan meminjamkan botol-botol ASIP yang  tidak terpakai.

Namun berbagai kendala rupanya membuat M memilih untuk memberikan sufor selama ditinggal kerja. Di usia 1 bulan, bayinya terkena kuning. Dia mencoba memerah, namun hasilnya masih sedkit dan rupanya manajemen memerahnya pun belum tepat. Sementara suaminya juga khawatir dengan kondisi anaknya sehingga memberi saran untuk dibantu dengan sufor.

Seorang teman pria sebut saja namanya A sering bertanya tentang manjemen ASI perah. Istrinya baru melahirkan dan mereka berdua tertarik untuk tetap memberikan ASI tanpa bantuan sufor. Support yang diberikan si A sangat baik. Dia mau mencarikan botol ASIP, cooler bag bahkan media pemberian ASIP cupfeeder. Hebatnya lagi, dia tidak malu meminjam kulkas di kantor yang sering tidak terpakainya untuk menyimpan ASIP di bagian freezer.

Saya salut sekali dengan si A. Melalui ceritanya, saya dan teman-teman menangkap bahwa dia mau berbagi tugas dengan istrinya. A bahkan mau menggantikan dan mencucikan popok, ketika bayinya selesai menyusui dan masih rewel, dia bersedia menidurkan. Ketika istrinya memerah di tengah malam, dia juga bersedia menemani.

Seyogyanya menikah itu berbagi tugas rumah tangga. Tidak jamannya lagi tugas suami hanya memberi nafkah keluarga dan kemudian menyerahkan semua tugas rumah tangga kepada istrinya. Mengurus rumah tangga itu bukan kodrat wanita, yang kodrat wanita adalah mengandung, melahirkan dan menyusui. Tugas memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah serta menggantikan popok tentu bisa juga dilakukan suami.


Komitmen saya sejak awal menikah adalah berbagi. Saya tidak mencari suami yang kaya, yang materinya berkelimpahan. Suami kriteria saya adalah yang mau berbagi tugas rumah tangga. Yang bersedia menyetrika baju, karena itu pekerjaan yang paling menyebalkan bagi saya. Menggantikan memasak karena saya masih mengurus Fatih. Tidak sungkan membersihkan rumah dan mencuci piring. Kalau pintar cari uang kan memang tugas utamanya suami..hihihi…


Saya dan suami tentunya masih terus belajar untuk berbagi, agar Fatih dan calon adiknya *entah kapan*pun tumbuh berkembang menjadi individu yang bebas gender dan mampu berbagi dengan pasangannya.

4 komentar:

  1. idem mak saya juga paling malas kalau setrika , jadi pengen pny suami yang bs diajak berbagi boleh juga tuyang pinter masak like a koki junoo hahaha

    BalasHapus
  2. berbagi dalam banyak hal,termasuk masak,kebetulan suamiku suka masak soalnya hahaha

    BalasHapus
  3. suami ku gak bisa masak tapi beliau sigap banget bantu aku di dapur terutama klo lagi weekend ^_^ ehehhee

    BalasHapus
  4. menikah itu saling berbagi dan menerima

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati