Sabtu, 08 Maret 2014

SIARAN KEMBALI DEMI MASA DEPAN

( gambar search google)

Yippie, semalam akhirnya saya siaran lagi. Mumpung masih hangat dan ini siaran perdana setelah absen selama 2,5 tahun, saya mau cerita sedikit tentang siaran tadi malam.

Saya mengambil tema tentang menyiapkan masa depan. Biasanya saya menyiapkan bahan siaran berupa tulisan berisi hal-hal yang nanti akan disampaikan. Namun karena siaran kali ini mendadak, setengah dipaksa pak Dekan, saya baru menemukan tema menjelang sore, dan menyiapkan coret-coretan di tengah siaran berlangsung.

Tema siaran tadi malam, terinspirasi dari beberapa curhat teman muda *biasanya etika psikologi menyebut klien*. Isi curhatnya, mereka menyesal ketika masa sekolah, saat memiliki tugas untuk menimba ilmu, tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Akhirnya nilai ijazah sangat minim dan mereka pun tidak memiliki skill untuk berwiraswasta, sebagai salah satu alternatif untuk tidak menggunakan ijazah sebagai salah satu alat mencari kerja.

Dalam siaran, saya menyampaikan bahwa kita seharusnya memiliki rencana ke depan, untuk setahun, 5 tahun, 10 tahun ke depan. Untuk menyiapkan masa depan, kita harus mencari informasi dan ilmu sebanyak dan seluas mungkin, yang membantu kita untuk menentukan langkah-langkah kecil selanjutnya untuk mewujudkan masa depan.

Seperti biasa, penyiar akan membuka kesempatan pendengar untuk bertanya melalui sms atau langsung menelpon. Rupanya para pendengar tidak hanya kalangan remaja, ada juga seorang ibu yang ikut memberikan pertanyaan melalui sms.

Beberapa pertanyaan itu antara lain, bolehkah saya merencakan pernikahan di masa SMA, apakah perlu kuliah, bagaimana mendapatkan pasangan yang baik dan apa rencana saya terhadap anak saya dan masih ada lagi, cuma karena faktor lupa tidak saya sebutkan …hihihi.

Jawaban saya kemudian, tidak ada salahnya memikirkan pernikahan, yang perlu dipersiapkan adalah kematangan untuk melaksanakan pernikahan. Artinya bukan hanya soal menjalin hubungan dengan lawan jenis, tetapi lebih kesiapan fisik dan psikis. Saya menceritakan kisah anak ibu Peni yang sudah memiliki rancangan akan menikah di usia berapa dan berusaha menyiapkan sebuah usaha yang bisa dijalankan dari rumah.

Untuk masalah perlu tidaknya kuliah, saya kembalikan lagi pada tujuan ke depannya, sehingga perlu tidaknya kuliah sangat bergantung dari individu dengan mempertimbangkan berbagai aspek.

Berkaitan dengan pasangan hidup yang baik, tidak ada pasangan yang sempurna. Yang ada saling melengkapi. Meminjam istilah Mario Teguh, bila kita mampu meninggikan nilai dalam diri, maka kita akan mudah juga mencari pasangan dengan nilai yang sepadan.


Terakhir mengenai rencana saya untuk Fatih. Saya hanya ingin Fatih tumbuh dan berkembang dengan baik. Ke depannya dia akan memiliki profesi apa atau memilih pasangan seperti apa, saya serahkan pilihan kepada Fatih. Hal yang pertama saya lakukan untuk tumbuh kembang Fatih adalah memberikan ASI meskipun saya wanita bekerja *sekalian mengedukASI hihihi..

3 komentar:

  1. wah, siaran di radio mana mak..? :)

    BalasHapus
  2. jadi inget jaman SMP-SMA, saban hari on air bisa ampe 3-5 jam. tapi sekarang juga sudah off dari dunia kepenyiaran. kapan ya bisa siaran lagi.. #mikir

    BalasHapus
  3. bagi saya, penyiar radio itu keren lhooo
    dulu sempet pengen jadi penyiar, tapi gak ada yang dukung.
    akhirnya cuma bisa dengerin radio deh . . .
    ^_^

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati