Selasa, 13 Februari 2018

LEBIH SEHAT DI TAHUN 2018, MESKI TAK MUDAH



Mens Sana In Corpero Sano

Siapa sih yang gak ingat dengan kalimat itu?. Anak kelahiran 80an pasti hafal. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Kalimat yang sering didengungkan dalam pelajaran Penjaskes, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Meskipun seingat saya, dalam materi pelajaran jarang sekali menyoal kesehatan jiwa.

Sepanjang pelajaran, isinya ya olahraga di lapangan. Mulai lari keliling lapangan, pemanasan hingga bermain voli, basket, lempar jauh, lompat jauh dan sebagainya. Kalau hujan, berarti isinya teori mengenai Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Gak pernah diajak piknik, jalan-jalan nonton bioskop yang bertujuan agar jiwanya sehat setelah lelah menerima pelajaran selama 5 hari*ngarep.

Padahal ya antara raga dan jiwa itu kaitannya erat sekali. Kalau tubuh sakit, tentunya mood juga jadi turun, dan membuat kita malas untuk bergerak. Sebaliknya kalau jiwanya sakit, tentunya raganya ikut sakit juga. Habis dimarahin bos, berantem dengan pasangan atau emosi karena menghadapi anak yang tantrum. Semuanya menguras tenaga dan sering membuat tenaga menghilang tanpa jejak.

Mungkin sih, memang penekanannya adalah tubuh yang sehat untuk jiwa yang sehat. Bukan sebaliknya. Mungkin juga maksudnya dengan sering beraktivitas di luar ruangan, hati pun menjadi riang. Sayangnya buat anak dengan tubuh mungil seperti saya, ini bagai berada di persimpangan.

Pelajaran Penjaskes sebagai sebuah kesempatan bermain di luar ruangan, tapi kalau aktifitasnya bermain bola voli atau basket, saya nyesek. Main voli, tangan saya gak kuat sakit terkena bola voli. Bisa nampol sekali dua kali saja sudah prestasi dan diberi applaus. Mau servis? Wis ngalamat gak bisa nembus net. Bola basket bisa drible, tapi masukkan bola ke gawang beneran sepertinya hanya bisa sekali atau dua kali. Itu pun karena gak ada musuh..Lah badan gak sampai 1,5 m begini.

Namun seiring bertambahnya umur, saya jadi sadar pentingnya olah raga. Saat kuliah, seminggu sekali saya usahakan olah raga. Kalau tidak berenang ya senam dan fitnes. Sesekali olah raga di rumah, sekedar angkat barbel atau push up dan sit up.

Sayangnya sejak hamil hingga saat ini, frekuensi olah raga bisa dihitung jari. Renang? Paling bisa dilakukan hanya 1-2 putaran saat menemani anak-anak bermain air. Maklumlah, anak balita masih butuh pendampingan. Yoga sempat dilakukan insentif selama 2 bulan, sayangnya instrukturnya hamil, jadi bubar. Mau ‘ngebun’ dilalah hujan atau anak malah ngajak ke car free day. Naik sepeda, malah tugasnya dorong sepeda Fattah. Kalau bahasa jawanya, “wes, ono wae”.

Saat menyusui, berat badan gak jadi masalah. Makan sebanyak apa pun gak jadi daging. Setelah sukses menyapih Fattah, perlahan berat badan merangkak naik dan gak mau turun. Padahal makan tak sebanyak dulu *Ih gemes.

Menyusul kemudian kondisi badan mulai sering nge drop. Seluruh badan terasa pegal. Mulai sering flu dan cepat lelah. Lalu bertambah dengan beberapa berita tentang teman-teman yang jatuh sakit. Ah, mungkin itu sudah takdir. Ya, tapi kita kan tidak pernah takdir itu.

Makanya, di tahun 2018 resolusi saya lebih sehat. Dan itu gak mudah. Beneran gak mudah.

1. Sepeda Statis

Akhir tahun 2017, mantan menawari hadiah. Hadiah akhir tahun? Gak juga sih, kebetulan suami lagi ada rejeki di akhir tahun. Hadiah yang ditawarkan sepeda, biar sepasang dengan sepedanya yang lebih sering nongkrong di belakang rumah..hahaha.

Karena saya merasa, naik sepeda hal mustahil di saat ini. Saat saya masih lebih banyak mendorong sepeda Fattah dan berakhir menggendong. Saat musim yang tidak bisa diprediksi. Hujan pun masih bisa datang di musim kemarau.

Makanya saya menampik tawarannya dan minta diganti sepeda statis. Jadi tidak hanya berguna buat saya, bisa dipakai orang serumah bahkan saudara yang datang..hahaha.

Meski sekali lagi, sehat itu gak mudah. Hingga sekarang sepeda lebih banyak nganggurnya..hahaha. Iya lah, melihat lantai belum disapu, barang bertebaran di berbagai ruangan dan dapur perlu didatangi. Tentunya sepeda statis merupakan tempat persinggahan terakhir.

2. Group Yoga

Akhir tahun kemarin, status teman menawarkan kelas yoga untuk hamil dan umum. Wah pucuk dicinta ulam tiba. Setelah dihubungi ternyata harganya cucok. Gak sampai separuh harga dari group sebelah. Tak memakan waktu lama, banyak yang tertarik dan membuat 1 group.

Usai dapat no WA pelatihnya, yang ternyata isteri teman saya sendiri. Kami janjian awal tahun baru untuk mulai kelasnya. Sekali lagi, sehat itu gak mudah. Mundurlah jadwal kelas yang sudah disepakati. Adalah yang rapat kerja fakultas, monitoring AMI hingga alasan yang sangat absurd. Lupa sama sekali kalau hari itu jadwal yoga.

Alhasil, bubarlah kelas yoga yang belum kami mulai. Yah daripada gak komit, mending kami minta maaf dengan pelatihnya dan membubarkan kelas sebagai bentuk tanggungjawab yang tak bertanggungjawab.

3. Sarapan buah

Sejak awal, saat Fatih sudah mulai makan, saya selalu sedia cemilan buah. Sejak punya rumah sendiri. Pagi sudah ada buah yang tersaji. Niatnya sih sarapan cukup buah. Tapi saya belum istiqomah dengan sarapan buah. Lihat nasi yang gak habis, merasa mubazir.

Paling gak sih, pagi sudah melahap buah meski nasinya tetap masuk juga..hahaha. Atau pagi sudah minum air jeruk nipis.

Sungguh upaya saya untuk lebih sehat di tahun 2018 gak mudah Mbak Lestari. Sama dengan tidak mudahnya melunasi Arisan Blog Gandjel Rel 20 dengan tema Resolusi 2018. Meski alasannya jelas absurd..hahaha.

1 komentar:

  1. Bukannya dirimu udah ikut yoga ya? KAu juga aerobic cuma bertahan beberapa kali pertemuan doang.

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati