“Dek, ini aku buatkan blog”tiba-tiba suami chat. Setahun lamanya, artikel yang saya buat sendiri baru muncul dan 2 tahun kemudian, tepatnya tahun 2014, niat ngeblog secara serius pun saya mulai. Alhamdulillah pada tahun itu memenangkan beberapa lomba blog. Rejeki berkat menulis ini pun berdatangan di tahun 2015, mulai lomba blog, postingan berbayar dan tulisan yang dimuat di media cetak.
Namun, tiba-tiba negara api menyerang dengan virus malasnya di tahun 2016, saya hanya menulis beberapa artikel non sponsored post selebihnya artikel berbayar. Semakin lama, antibody saya semakin lemah. Sel-sel darah putih tidak berhasil melawan virus malas di dalam tubuh.
Sebenarnya sudah lama saya merutuki sel-sel tubuh yang tidak berhasil melawan virus, meski setiap tahunnya tetap ada 1 artikel yang saya buat. Dan tetiba, saya dipaksa untuk membuat tulisan dan mengidentifikasi hal yang membuat saya malas menulis.
1. TUGAS KANTOR YANG SEMAKIN PADAT
Semakin tahun, tugas kantor semakin padat. Pada tahun 2016 ada penelitian yang cukup besar dan tahun-tahun berikutnya tuntutan pekerjaan semakin tinggi. Hal ini membuat saya sudah cukup lelah bekerja di kantor, sehingga seringkali sulit meluangkan waktu untuk menulis dengan kondisi mood yang kurang baik dan fisik yang lelah.
2. PINDAH RUMAH SENDIRI
Tahun 2016, pasca lebaran, saya pindah ke rumah sendiri. Belum punya ART dan pulang kerja mengurus duo F yang masih membutuhkan perhatian. Satu setengah tahun kemudian saya punya ART yang datang seminggu sekali dan tahun 2021 ganti ART yang datang seminggu 2x.
Saat itu butuh penyesuaian dalam menemukan ritme yang pas, antara mengerjakan urusan rumah tangga dan urusan lainnya, sehingga urusan blog terlewatkan.
3. KURANG AKTIF DI KOMUNITAS
Rupanya virus menyerang tidak hanya gairah menulis, tetapi juga gairah aktif di komunitas menulis. Akibatnya semakin tidak termotivasi untuk menulis, karena tidak terkondisi untuk menulis. Selain itu ada kebijakan komunitas menulis di facebook yang berubah, jadi semakin malas untuk posting tulisan dan cek group.
4. MENGALIR DAN MENIKMATI HIDUP
Beberapa waktu ini, saya mulai menyadari bahwa gairah menulis saya memang tidak menggebu-gebu seperti dulu. Saya mulai ingin menekuni hal lain dan menjadikan menulis ini kegiatan yang seinginnya saja.
Beberapa waktu lalu, saya kerap mengikuti pelatihan dan workshop terkait profesi psikolog. Profesi psikolog tidak ada masa pensiunnya sehingga saya mulai mempersiapkannya agar menjadi tetap dapat berkarya meskipun sudah pensiun dari instansi tempat bekerja.
Kondisi pandemic kemudian menyadarkan saya, bahwa kondisi mental dan kondisi fisik harus menjadi prioritas.
Tahun 2020, saat karantina mulai berlangsung di Indonesia, saya malah mengalami sakit di punggung dan pinggang, 2x kena covid, dan tipes yang cukup parah. Kondisi ini menyadarkan saya, bahwa saya gak harus mengejar apa-apa, saya mulai menyadari bahwa saya butuh istirahat, butuh bersenang-senang dan tidak harus menghabiskan waktu untuk bekerja.
Saya jarang sekali membuka laptop setelah pulang kerja, saya berusaha meluangkan waktu untuk berolahraga dan menikmati waktu libur untuk nothing to do. Bahkan memasak pun saat tubuh sedang lelah dan kondisi mental tidak baik, saya memaafkan dan memaklumi diri sendiri.
Akhirnya saya ya kebablasan, tidak punya target menulis lagi di blog, kecuali sedang ingin. Ingin menulis tema yang disukai, ingin dibayar dan sanggup dilakukan atau terpaksa seperti saat ini karena kewajiban. Lah kewajibannya cuma 300 kata kok kebablasan curhat sampai 500 kata..hahaha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.