Minggu, 25 Mei 2014

PERJUANGAN MENYUSUI : GROWTH SPURT (BAGIAN 3)

Cerita menyusui berlanjut lagi setelah tertunda beberapa hari. Yup tepat di tanggal lahir saya, 20 Mei 2014 (siapa tahu ada yang mau member bingkisan hihihi) ada berita duka di kantor. Rektor dan rekan kerja yang dulu seunit, meninggal dunia. Saya dan teman-teman kantor agak syok juga, karena sehari sebelumnya masih bertemu di kantor. Umur memang tak bisa ditebak, semua milik-NYA.

Tapi tetap, alasan ceritanya belum ditulis, apalagi kalau bukan malas *penyakit bawaan.

Langsung aja lah. Setelah keberhasilan menyusui Fatih secara langsung, perjuangan saya untuk menyusui masih berlanjut. Ya iyalah, wong saya bertekad menyusui Fatih hingga 2 tahun atau sampai berhasil disapih.
Saat itu hati saya senang bukan kepalang, berhasil mengenyahkan sufor, meskipun masih terasa kaku ketika menyusui, apalagi untuk payudara sebelah kanan, belum bisa sama sekali.

Saya bertekad, dalam seminggu sudah berhasil menyusui yang sebelah kanan. Ternyata tekad menyusui dicoba juga dengan peristiwa growth spurt (GS) yang dialami Fatih.

sumber di sini
Apa sih GS?  GS adalah sebuah masa penting dalam tumbuh kembang bayi. Pertumbuhan bayi akan menjadi lebih cepat dari biasanya. Selama masa GS, bayi akan lebih sering dan lebih lama menyusu dari biasanya. Tidak jarang bayi juga akan menjadi sangat rewel meski sudah disusui. Pola tidur juga dapat berubah, bisa jadi semalaman tidak mau tidur karena ingin menyusu, sedangkan di siang hari, tidur menjadi lebih lama.

Fatih dulu juga seperti itu. Setelah lepas sufor, sore hari menjelang atau setelah magrib, dia tidur hingga jam 9-10 malam. Setelah itu inginnya menyusu terus hingga jam 3-4 pagi. Setiap saya susui dan dia tertidur, pelan-pelan mulutnya saya lepaskan dari puting, kemudian saya letakkan ke kasur dengan sangat hati-hati. Eh, baru diletakkan kadang tidak sampai 5 menit, dia sudah bangun dan menangis minta disusui lagi # hadeh.

Otomatis, saya terpaksa mengubah jam tidur. Rasanya sangat berat. Kadang saya menyusui di tengah malam setengah jengkel, “Fatih, tidur ya Nak, Mama juga capek pengen tidur” atau “ Fatih, maunya apa sih, dari tadi kan sudah Mama susuin”. Nah kalau jengkelnya tingkat tinggi “Wes, karepmu lah. Mama mau tidur” hihihi. Eits, tapi saya ga sampai banting atau melakukan kekerasan ke Fatih kok.

Fatih sering mengalami GS dan rekor terlamanya sampai seminggu. Setiap menjelang jam 9, saya merasa terteror, apakah GSnya Fatih di periode ini sudah selesai atau belum. Konon bayi bisa mengalami GS pada usia 7-10 hari, 2-3 minggu, 4-6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan atau lebih bahkan hingga remaja.

Seingat saya sih Fatih bisa dikatakan “monster” eh malaikat ASI. Setiap matanya melek, pasti minta mimik. Sekali menyusu atau mimik bisa berjam-jam. Saya sampai tidak punya waktu untuk kepentingan pribadi, makan, minum, mandi di kejar-kejar tangisan Fatih yang minta disusui. Saat itu hampir terpikirkan oleh saya untuk minta disuapi dan tayamum aja, biar Fatih bisa segera disusui hihihi.

Nah, ibu-ibu, biasanya faktor GS ini, membuat ibu dan keluarga berfikir bahwa ASI yang ada pada ibu tidak mencukupi kebutuhan bayi.  Saya dulu juga sempat ditawari suami dan keluarga, melihat kondisi saya yang letih dan kurang tidur.  Tapi Alhamdulillah, saya yakin kalau ASI saya cukup, karena  frekuensi BAK lebih dari 6x dalam 24 jam. Kenaikan berat badan Fatih setiap bulannya juga saya pantau. Kalau tidak salah ingat, antara usia 1-3 bulan kenaikannya 1 kg setiap bulannya.

Periode setelah melahirkan ini, seorang ibu sangat butuh dukungan keluarga terutama suaminya. Dukungan ini, sangat berperan dalam kesuksesan menyusui. Suami saya, tidak memaksa saya untuk memberikan ASI secara ekslusif. Namun dia mendukung keinginan saya untuk menyusui hingga 2 tahun dengan tidak menyarankan untuk memberikan sufor. Ada lho, suami yang menyarankan bahkan memaksa anaknya diberikan sufor, alasannya supaya anaknya terlihat besar dan gemuk.

Dukungan juga diberikan Papa dan Ibu saya. Ibu saya membantu memandikan dan menggantikan popok Fatih kalau saya benar-benar sudah lelah. Ibu mertua pun mendukung, beliau tidak ‘merecoki’ saya dengan cara bagaimana saya membesarkan Fatih. Bahkan kalau ada yang bertanya minumnya susu apa, ibu mertua dengan bangga mengatakan kalau cucunya hanya diberi ASI.

O, ya saya ingat sekali, ada saudara sepupu dari suami yang heran, “wah, dadanya kecil sekali kok air susunya banyak ya” komentarnya ketika tahu bahwa Fatih hanya minum ASI. Jadi ukuran payudara sama sekali tidak mempengaruhi produksi ASI, karena sifatnya kan supply on demand, artinya ASI akan semakin banyak diproduksi kalau semakin banyak dihisap bayi.

Lain lagi, dengan komentar saudara sepupu yang lain dari suami *hihihi, dari tadi kok saudara suami ya, “Wah, kuat ya nyusuin ga pakai sufor” komentarnya.

“Lah memang kenapa mbak?”tanya saya dan ibu mertua.

“Kan nyusuin itu sakit” jelasnya.


Saya hanya tersenyum sambil batin, kalau sakit, pasti perlekatannya tidak tepat dan saya malah lebih sakit lagi kalau Fatih menolak disusui, berasa ditolak sebagai ibu.

Sumber : http://jatim.aimi-asi.org/berkenalan-dengan-growth-spurts/

2 komentar:

  1. kalau melihat ibu yang menyesui rasanya tuh pengin cepet jadi Ibu, selain melahirkan pengorbanan untuk ASI eksklusif itu perjuangan yang hebat ya, apalagi jika si ibu terkendala ASI yang susah keluar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Bentar lagi saya akan berjuang melahirkan dan menyusui lagi. Semangat...

      Hapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati