“Tin..tin..” suara klakson motor menggema dari teras depan
rumah.
“Tukang sayur datang..tukang sayur datang” seru Fatih sambil
berlari menuju pintu depan diikuti oleh Fattah.
Seraut wajah tersenyum saat kami membuka pintu, “belanja
Bu?” tanyanya dari atas motor.
Mbak Aisah namanya. Meski hujan mengguyur, ia tetap
menghampiri pelanggannya. Senyum tak lepas dari wajahnya, seakan ia tak perduli
dengan air hujan yang mengguyur.
Hampir setiap hari, ia menjajakan dagangannya. Kedatangannya
selalu saya dan Fatih tunggu. Barang
dagangan yang dibawanya cukup lengkap dan beragam. Mulai dari sayur, bumbu dapur,
ikan, tempe, buah, krupuk bahkan jajanan pasar. Jika ingin memesan bahan dapur
atau makanan lain pun, Mbak Aisah bersedia membawakan.
Biasanya, pukul 07.30 WIB, ia memarkirkan motornya di teras
depan rumah. Kedatangan Mbak Aisah tentu saja sangat membantu. Sebagai ibu
bekerja dengan 2 balita berumur 3,5 tahun dan 1 tahun, waktu terasa sangat
sempit dan berharga. Beragam aktivitas keseharian yang seakan tak ada habisnya
membuat saya harus pintar mengatur waktu.
Memilih aktivitas yang penting dan mendesak serta menyelesaikan dengan
cara lebih mudah, cepat dan hemat waktu.
Barang dagangan Mbak Aisah |
Salah satu aktivitas yang penting yaitu berbelanja bahan
dapur. Bahan dapur paling baik adalah yang masih segar. Jika ingin mendapatkan
bahan yang segar artinya saya harus berbelanja tiap hari. Untunglah saya
bertemu Mbak Aisah, yang setiap harinya membawakan bahan dapur dan makanan
segar, meski hujan mengguyur.
Mbak Aisah bisa dikatakan tetangga. Rumahnya tak jauh dari
rumah saya. Jaraknya hanya sekitar 300 meter, di belakang rumah. Ia seorang single fighter yang berjualan sejak 8 tahun yang lalu.
Semenjak suami meninggalkanya tanpa kabar berita.
Mbak Aisah melayani pembeli |
Demi menghidupi anaknya, yang saat itu masih berusia
beberapa bulan, Mbak Aisah memilih berjualan bahan dapur dan makanan keliling. Tak
cukup hanya itu, di siang hari, ia melanjutkan mencari rejeki dengan menjadi
pembantu rumah tangga.
Kebutuhan hidup yang terus meningkat, disadari Mbak Aisah.
Ia pun mencoba mengembangkan usahanya. Beberapa tahun lalu, ia menyewa sebuah
kios untuk berjualan. Sayang, rupanya ia tertipu. Setelah menyerahkan uang 1
juta, namanya tak pernah didaftarkan sebagai penyewa.
Minimnya pengetahuan dan dana yang dimiliki memang menjadi
kendala baginya. Mendengar tuturan kisahnya, pasti membuat hati siapa pun tergerak
untuk membantunya. Jelas bukan perkara mudah bagi orang awam seperti kita. Untunglah
sekarang ada cara mudah bagi kita untuk turut memberdayakan jutaan mass market di Indonesia yang terdiri
dari pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta masyarakat
pra sejahtera produktif. Cukup dengan mengikuti program menabung untukmemberdayakan yang digagas oleh BTPN Sinaya.
Untuk memperoleh gambaran, kita bisa mulai dengan simulasi
terlebih dahulu. Simulasinya sangat mudah.
Kita bisa memilih terkoneksi dengan facebook atau cara manual. Setelah
itu kita bisa memulai simulasi dengan memilih besaran dana dan jangka waktu
menabung. Hasil simulasi akan menggambarkan dana optimal yang kita peroleh.
Infografis simulasi menanbung untuk memberdayakan |
Dengan menabung di BTPN, bukan hanya mendapatkan dana yang
tumbuh optimal, kita turut berpartisipasi memberdayakan jutaan mass market di Indonesia seperti Mbak Aisah. Dana yang
kita simpan digunakan untuk meningkatkan kapasitas mereka melalui pinjaman dana
dan berbagai pelatihan dari program daya.
saya juga terbantu banget dengan tukang sayur seperti mbak Aisya ini
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapustukang sayur langgananku jg dulu keliling pake motor. stl menikah lagi, dia buka warung sendiri. tapi masih mau kalo diminta deliveri sayur ke rumah
BalasHapusMantap XD
BalasHapus