Kamis, 13 Februari 2014

KUMPUL DENGAN PENJUAL MINYAK WANGI


Pernah dengar ada ungkapan, kalau kumpul dengan penjual minyak wangi kita bisa ikutan bau wangi? Ya, mungkin siapa tahu si penjual minyak wangi kan tangannya kena minyak trus pas dekat kita, paling tidak tanpa sengaja bersentuhan dengan dia dan tralala kita ikut bau wangi juga *ngasal

Saya memang sangat suka dengan minyak wangi, sampai saya tahu jenis tingkatan minyak wangi mulai dari eu de cologne, eu de toilette dan eu de parfume. Minyak wangi saya juga berbotol-botol di meja rias, meski ga pernah rapi, tipe serampangan sih hihihi.  


(salah satu parfum di meja rias)

Tapi saya bukan mau cerita soal penjual minyak wangi kok, ini berkaitan dengan praktek teori social learningnya Albert Bandura.

Saat ini saya memang sedang getol ‘berselancar’ di dumay untuk mencari segala informasi berkaitan tentang tumbuh kembang anak, maklum sindrom ibu muda *padahal umur sudah tidak tergolong muda.

Bertemulah saya dengan beberapa komunitas yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Mulai dari AIMI (Asosiasi Menyusui Indonesia), HHBF (Home made Healthy Baby Food), RFC (Room For Children),  POL (Pre School On line), NCC (Natural Cooking Club), Indonesia Homeschooler, Komunitas Montessori hingga IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis).

Kelihatannya komunitas yang berbeda ya, tapi semua berkaitan lho, karena untuk tumbuh kembang anak, saya berusaha memulai dari menumbuh kembangkan kemampuan dalam diri.

Kembali ke soal teori social learning yang intinya mengatakan proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati perilaku model dan mendapatkan imbalan atas perilakunya tersebut.

Awal  bergabung dengan komunitas, saya hanya mengamati profil group dan postingan teman-teman lain. Memperkenalkan diri saja masih malu, lama-lama saya banyak menimba ilmu dari diskusi anggota lainnya sampai saya di beberapa komunitas mulai berani memberi komentar dan meminta pendapat dari anggota lainnya.

Harapan saya dengan bergabung dengan komunitas, saya bisa belajar dan ketularan dengan kemampuan mereka. Misalnya di AIMI, akhirnya saya mampu menyusui Fatih hingga saat ini. Gabung di HHBF, selama usia setahun Fatih tidak mengkonsumsi makanan instan.

Saya berharap, bisa ketularan ‘wanginya’ mereka hingga menjadi hebat seperti teman-teman yang bergabung di komunitas.


2 komentar:

  1. kalo yang positif biasanya cepet nular wanginya,loh hehehe....

    BalasHapus
  2. kalo kata muda ngga cocok, berarti syndrom ibu baru kali ya hahaha

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati