Selasa, 13 Mei 2014

PERJUANGAN MENYUSUI (BAGIAN 1)

Selamat pagi saudara. Apa kabarmu? Hihihi, tiba-tiba teringat sapaan Didot di Stand Up Comedy. Eits, tapi postingan kali ini, bukan mau membahas Didot ataupun Stand Up Comedy.

Kembali ke ingatan, mumpung lagi hamil, saya ingin mendokumentasikan beberapa cerita mengenai kehamilan, kelahiran, menyusui hingga MPASI. Postingan sebelumnya tentang persiapan menjadi ibu, untuk postingan selanjutnya saya pengen cerita tentang MENYUSUI.

Kok menyusui? Ga urut banget ya. Ada beberapa alasan mengapa tema menyusui yang didokumentasikan, diantaranya :

Saya jenis orang yang kurang tertib dan bergantung mood. Saat ini moodnya lagi membahas soal menyusui..hihihi

Kedua, saya sering menjadi tempat mencari informasi mengenai proses menyusui, terutama untuk ibu-ibu yang bekerja. Harapannya,  cerita menyusui ini dibaca oleh teman-teman saya yang berkomitmen untuk ASI meskipun bekerja.

Terakhir, bagi saya proses menyusui adalah proses yang terberat dan paling lama untuk bertahan, artinya butuh komitmen yang tinggi untuk tetap keras kepala memberikan ASI buat Fatih. Ada banyak suka dan duka dalam proses ini.

Langsung saja ceritanya ya. Trimester pertama kehamilan, saya sudah mencari informasi tentang menyusui, meskipun masih minim. Cerita adik seorang teman yang tetap menyusui meskipun bekerja dan cerita adik ketiga saya, rahmi, tentang menyusui membulatkan tekad saya untuk memberikan ASI untuk Fatih.

Menjelang kelahiran, saya sudah memesan botol kaca sebanyak 20 botol kepada seorang teman yang berasal dari Solo. Saat itu di Kudus masih susah cari botol kaca bekas dan harganya 3 kali lipat lebih mahal.

Selain itu, saya juga berkonsultasi dengan DSOG bahwa saya ingin IMD dan rawat gabung. Lagi-lagi, rumah sakit di Kudus kala itu, belum ada yang pro ASI, jadi kalau mau IMD dan rawat gabung harus tanda tangan kesiapan keluarga dalam hal ini yang tanda tangan suami untuk mengurus bayinya sendiri selama rawat gabung.

Singkat cerita, saya gagal IMD. Bagaimana ceritanya? Kapan-kapan lah saya buat cerita khusus hihihi. Bayi saya pun baru dikirim ke kamar saya, setelah kunjungan DSOG, itupun karena permintaan DSOG untuk segera memberikan bayi kepada ibunya.

Fatih usia 2 hari

Hari pertama setelah melahirkan, efek obat bius masih terasa. Maklum, saya melahirkan dengan proses caesar sehingga butuh waktu untuk pemulihan. Ternyata upaya saya untuk menyusui kala itu sangat susah. Air susu masih sedikit dan saya belum terampil menyusui terlebih dengan kondisi gerak yang terbatas.

Hari pertama saya berhasil menahan upaya pemberian sufor (susu formula), namun di hari kedua akhirnya saya merelakan bayi saya diberi sufor. Sebelumnya saya sudah pernah membaca bahwa bayi akan bertahan tanpa susu sampai hari ketiga karena masih memiliki cadangan makanan dalam tubuhnya. Namun, saya juga tidak mau ambil resiko, karena tenaga kesehatan juga menyarankan untuk pemberian sufor dan keluarga juga mengkhawatirkan kondisi bayi dan saya yang masih butuh pemulihan.

Saat itu, saya menangis diam-diam, hanya suami yang tahu bahwa suara dan air mata saya sudah berubah. Saya sedih harus merelakan Fatih diberi sufor dan berpisah karena rawat gabung gagal. Suami saya masih takut untuk memegang bayi. Ada cerita di hari pertama perawat mencoba memberikan sufor, saya berdoa dan berteriak dalam hati “jangan mau sufor ya Fatih, mama ga rela, ayo ditolak”. Ajaib, Fatih ga mau minum sufor, namun suami saya mengingatkan “jangan begitu Ma, kondisi Mama kan belum memungkinkan. Kasihan Fatih”.

Hari ketiga, tiba-tiba saat mau disusui, Fatih menolak dan menangis dengan keras. Jantung saya langsung berdegub kencang, dan air mata meleleh. Saya merasa ditolak sebagai ibu dan kuatir kalau Fatih bingung puting karena sudah menggunakan dot sebagai media pemberian susu. Selama di rumah sakit, payudara saya perah dan hasil perahan saya berikan untuk Fatih melalui perawat. Sayangnya media pemberian ASIP melalui dot, padahal resikonya besar, salah satunya menyebabkan bingung putting sehingga bayi tidak mau menyusui langsung.

Di hari itu, kemudian perawat bayi datang, mendengar bahwa Fatih menolak disusui. Perawat bayi kemudian melihat payudara saya yang mengeras. Memang semalam, payudara saya mengeras dan terasa sakit hingga di ketiak. Saya pikir wajar, artinya air susu saya mulai banyak.

“Makanya bu, rajin diperah dan dipjat. Kalau payudara dibiarkan mengeras, bayinya malah susah mendapat air susu. Dia kesulitan ngenyot. Harusnya ibu ke ruangan bayi saja, nanti kan saya ajarkan caranya” ujar perawat melihat kondisi saya. Lah, mana saya tahu kalau selama ini frekuensi  dan memerah harus berapa kali sehari.

Sebenarnya saya sudah mengompres, memijat dan memerah payudara 2 x sehari, hasilnya cuma sedikit dan tenaga yang dikeluarkan cukup besar. Aturannya, payudara jangan dibiarkan mengeras, kalau sudah terasa kencang harus diperah. Memerah dijadwalkan 2-3 jam sekali dengan durasi maksimal 15 menit.

Pada hari keempat menjelang kepulangan, saya sempat didatangi petugas rumah sakit dan diminta mengisi angket tentang pelayanan di rumah sakit. Saya sampaikan saja, kalau harapan saya rumah sakit ini pro asi. Saya berharap IMD ditawarkan dan disarankan kepada ibu yang mau melahirkan, tidak memberikan susu menggunakan dot dan mendampingi ibu untuk sukses menyusui.

Apakah sepulang dari rumah sakit, saya langsung bisa menyusui Fatih? Apakah sufor langsung saya enyahkan? Tunggu bagian ke-2, ceritanya masih panjang dan lama., ngos-ngosan saya ngetiknya hehehe.

8 komentar:

  1. dinantikan lanjutan ceritanya mak....btw menysui awal2 tu sakit banget kalo aku mak, mpe meringis2....tapi tetep bahagia dan belinangan air mata..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sih pegelnya badan itu Mak, masih belum terampil. Sekarang sudah memasuki proses menyapih.

      Hapus
  2. duh dedeknya lucu sampe mangap mangap minta cucu tuh hehe.. saya blm pernah menyusui baca ini jadi nambah pengetahuan.. makasi mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak, kalau tiba waktunya kan sudah punya gambaran. Biar gak kaget. Makasih atas BWnya yak Mak Susan

      Hapus
  3. Salut deh sama perjuangan Mak Rizka..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perjuangan saya mah belum seberapa Mak. Saya terinspirasi dari ibu-ibu menyusui lain.

      Hapus
  4. hmmm....rizka, aku jadi penasaran nih.alhamdulillah aku sekarang hamil, pengennya besok juga ngASI.aku butuh info banyak nih riz....bantu kasih info ya...

    BalasHapus
  5. Siap Et. Mevi sering juga kok tanya-tanya soal ngASI. Sebagai ibu, kita harus punya ilmunya. Semangat ASI :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati