Sabtu, 21 Februari 2015

MEREKA BILANG AKU GILA


Penulis : Ken Steele & Claire Berman
Penerbit : Qanita
Cetakan I Tahun 2004
Jumlah halaman : 436 halaman
ISBN : 979-3269-16-2

Kita pernah melihat orang yang berjalan dengan baju yang sudah kumal, badan yang kotor karena berhari-hari tak mandi, tertawa, berbicara sendiri atau diam dengan pandangan kosong. Putus sudah kontak sosial orang tersebut dengan lingkungan sekitar. Biasanya kita menyebut mereka orang gila. Namun sebagian besar dari kita tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka alami.

Buku Mereka Bilang Aku Gila adalah memoar dari seorang penderita schizophrenia. Ken Steele di usia 14 tahun mulai mendengar suara-suara yang merendahkan, mengejek dan memerintahkannya untuk bunuh diri.  Keluarganya menolak kenyataan bahwa ia menderita schizophrenia.

Di usia 18 tahun, seperti kebiasaan masyarakat Amerika, Ken Steele diminta untuk mandiri. Ayahnya merasa kewajiban untuk membiayai Ken sudah usai. Berangkatlah Ken menaiki kereta dengan sedikit pemberian uang dari Ayahnya menuju New York.

Sendirian hanya ditemani oleh suara-suara yang terus memerintahkannya untuk bunuh diri dengan terjun dari atas gedung, Ken justru terperangkap dalam dunia prostitusi. Saat ia berlari dari induk semangnya, seseorang menyelamatkan dari usahanya untuk bunuh diri dan membawanya ke rumah sakit jiwa.

Perjalanannya tak berakhir di rumah sakit jiwa. Lukanya bertambah saat ia diperkosa di rumah sakit jiwa.  Ken berulang kali masuk rumah sakit jiwa, diberi kebebasan untuk jalan-jalan bahkan mendapat pekerjaan, namun ia kemudian melarikan diri dari semuanya, mencoba bunuh diri dan kembali berakhir di rumah sakit jiwa.

Saat suara-suara itu tiba-tiba menghilang, ketakutan justru dirasakan oleh Ken. Bagaimanapun, ia telah 32 tahun hidup dengan suara-suara itu. Apakah Ken mampu hidup di dunia nyata?


Buku ini memberikan informasi kepada kita, apa yang dialami dan dirasakan oleh penderita schizophrenia. Informasi tersebut membuka mata bagaimana harus bersikap terhadap mereka. Dukungan dan penerimaan anggota keluarga dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi  kemampuan penderita untuk mampu hidup seperti orang kebanyakan.

16 komentar:

  1. belum punya,wajib beli nih hehe...jadi inget,waktu kuliah sering ada PR lihat film terus dipresentasikan hehehehe. bukunya bagus nih,makasih reviewnya mbak^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sih lebih suka baca Mbak, kalau nonton malah ngantuk hehehe..

      Hapus
  2. Balasan
    1. Anda betul Mak. Ken ini beruntung sekaligus memiliki daya juang :)

      Hapus
  3. Saya pernah baca bukunya paulo chelo ttg scizo juga...benar mbak bagaimanapun mereka manusia. Menarik....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah belum pernah Mbak. Ada resensi di blog kah?

      Hapus
  4. wah..kayaknya menarik nih.. makasih mak reviewnya.. masuk daftar yang harus dibeli.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik Mak, apalagi buat yang suka berbau klinis :)

      Hapus
  5. Reviewnya bikin aku merenung sama nasib penderita skizofrenia.. melas juga sih... tapi aku sendiri entah masih takut >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga melas- melas takut Mbak. Tapi jadi punya pandangan baru :)

      Hapus
  6. jadi inget film, yang tokohnya schizofren n jago matematika...duuh lupa lagi :D

    BalasHapus
  7. baca reviewnya kayanya seru nih, jadi pengen baca,

    BalasHapus
  8. Sbenarnya aku tiap kali lihat penderita schizophrenia suka sedih mak... spt ikut ngerasain deritanya, smpt ngerasain sisi gelap aku msh kecil mak jd kebayang derita putus asanya...

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati