Seminggu yang lalu, saya dapat info di WA group Gandjel Rel dan IIDN Semarang kalau Mbak Hidayah Sulistyowati yang biasa dipanggil mbak Wati mau mengadakan GA (Give Away). Selaku orang yang mengenal kebaikan mbak Wati, terbersit keinginan untuk partisipasi. Sekalian update blog, yang sudah penuh dengan sarang laba-laba.
Tapi begitu baca temanya, saya langsung blank, berasa kosong
gak ada ide gitu. Temanya sih cocok dengan akhir tahun, #Resolusiku2017, cuma hingga
di penghujung tahun 2016, saya belum terpikir resolusi di tahun depan. Tahu
diri, saya memilih kembali melewatkan kompetisi GA, “wis ah, kembali ke laptop
garap kerjaan kantor”.
TERSENTIL GIVE AWAY
Meski jarang update blog dan status medsos, saya silent
reader di banyak media online. Walhasil, hastag #Resolusiku2017 bersliweran di
layar hape dan membuat saya gagal move on..huahaha.
Saya malah jadi kepikiran. Eh, situ waras gak sih, gak punya
resolusi di tahun depan. Coba lihat resolusi tahun 2016, cuma mengusir
MALAS???!!!. Itupun, sukses GAGAL mengusir MALAS. Bayangkan dalam setahun hanya
memposting 15 artikel, itupun lebih dari setengahnya adalah post berbayar
*sungguh kasihan.
Kepikiran Resolusi |
BERKONTEMPLASI MENEMUKAN TUJUAN HIDUP
#Resolusiku2017 berhasil membuat saya berkontemplasi *baca
merenung. Seharian sambil beraktifitas di kantor, beberes rumah dan momong
bocah, pikiran saya berkelana. “Masak iya sih, saya gak punya resolusi?. Ada
apa dengan diri saya?. Apa iya saya sudah merasa cukup puas?. Apa saya gak
punya keinginan lagi?. Apa sebenarnya saya kecewa?. Kecewa dengan diri sendiri,
karena tak mampu memenuhi harapan orang lain.”
Saya berpikir ke belakang. Jaman saya masih mahasiswa S1.
Masa idealis yang dicekoki oleh materi Goal
Setting. Bahwa hidup harus memiliki
tujuan. Sebuah tujuan akan tercapai, kalau menyusun langkah-langkahnya. Dan
saat ini saya laksana sampan yang kehilangan dayung. Membiarkan sampan bergerak
mengikuti angin dan aliran air.
RESOLUSI SEBAGAI REL
Mungkin ada sebagian orang yang tidak membuat resolusi di
akhir tahun dengan alasan tersendiri. Namun, harus saya akui, resolusi membantu
saya untuk terus diingatkan. Resolusi menjadi rel agar perjalanan saya tidak
berbelok dan tak tentu arah. Juga sebagai penyemangat di kala gairah meredup.
Setelah merenung seharian, saya seperti mengupas satu
persatu kulit yang menutupi akal dan rasa. Menelusup jauh ke dalam hingga
berhasil memburai kesadaran. Melihat kekurangan yang masih harus diperbaiki dan
menemukan kelebihan yang harus terus diasah.
Mama, Pegawai dan Pribadi |
MAMA, PEGAWAI DAN PRIBADI
Seperti individu lainnya, saya juga menyandang banyak peran.
Sebagai mama dari duo jagoan, saya merasa masih banyak kekurangan. Saya kurang
sabar menghadapi permintaan anak. Kurang memberikan waktu untuk mereka
menyelesaikan sebuah tugas yang kita anggap biasa. Resolusi di tahun 2017, saya
harus selalu ingat untuk tetap bersabar menemani dan juga bertumbuh bersama
anak.
Sebagai pegawai kantor, saya juga belum mampu bersikap professional.
Saya kadang telat berangkat kantor, kurang teliti menyelesaikan tugas kantor dan
masih kurang rapi menata meja. Ke depan, saya ingin bersikap professional dan
meningkatkan kualitas diri.
Terakhir sebagai pribadi, di usia cantik menjelang 40an,
saya masih kurang bijak menyikapi hidup. Seharusnya di usia ini saya sudah
mempersiapkan urusan akhirat. Tak lagi mengejar dunia. Nyatanya urusan ibadah vertikal,
sangat minim. Seakan saya lupa bersyukur dengan kemudahan dan rejeki yang
mengalir.
Saya juga kurang adil terhadap tubuh. Saya kurang
memperhatikan asupan yang selayaknya dikontrol. Walhasil, ukuran lingkar aneka
anggota tubuh bertambah. Ya, saya bertumbuh ke samping *menundukkan kepala. Ini
diperkuat juga dengan tak ada alokasi waktu untuk tubuh bergerak.
Di akhir tahun ini, saya berencana menyisihkan uang untuk
membeli sepeda. Jarak dari rumah ke kantor hanya 10 menit. Saya berencana
berangkat ke kantor dengan sepeda, biar kekinian #eh. Konsumsi buah pun mulai
saya tingkatkan, harapannya menjadi kebiasaan untuk sarapan buah.
Komitmen saya sebagai bloger, rupanya sedang diuji. Iya,
ujian yang terberat, yaitu diri sendiri hahaha. Saya gak muluk, paling tidak sebulan
sekali saya harus posting artikel non berbayar *berhadap banyak sponsored post.
Satu lagi, saya ingin tulisan saya di tahun ini mejeng lagi di media cetak.
Kalau bisa sih cerpen, yang masih tersimpan dalam kepala.
Ah, akhirnya saya bisa merumuskan #Resolusi2017. Terima
kasih ya Mbak Wati atas tema GAnya. Sungguh, kalau tidak karenamu, saya akan
melewatkan akhir tahun ini, seperti tahun lalu. Sekarang saya buang kata ‘MALAS’
jauh-jauh. Seharusnya memang tak ada alasan malas. Nah, bagaimana dengan
teman-teman lain? Apa #Resolusi2017mu?
Tulisan ini diikutkan dalam Hidayah-Art First Giveaway "Resolusi Tahun 2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan"
Tulisan ini diikutkan dalam Hidayah-Art First Giveaway "Resolusi Tahun 2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan"
Resolusi naik sepedana keren Mbak. Semoga bener2 terlaksana itu sangat menyehatkan :)
BalasHapusHayuk kong sepedanan bareng, aku dimboncengke maksudnya hihihi
BalasHapusSemoga 2017 memberi banyak berkah & kebaikan ya mbak. Amin :)
BalasHapusMantap :D
HapusAseeekkkk, ikutan juga ya, moga sukses ya :)
BalasHapusaduhh, ngomongin sepeda jadi inget sepeda la yang mau mba beli. akhirnya ga terealisasi karna ongkir keknya mayan mahal. maap ya mba, sepedanya kupake sendiri deh X))
BalasHapusLOL, saya juga ga ngerencanain resolusi buat tahun ini mbak. Padahal dengan adanya itu kan jadi semacam ada goal yang menuntun kita untuk terus semangat dan berusaha. Postingan mbak ini menyentilkuh, hm ... kayaknya emang mesti buat goal untuk setahun ke depan nih. Biar nggak ngalir-ngalir kayak air. Ya kan mbak? Hehehe XD
BalasHapus