Rabu, 14 Mei 2014

PERJUANGAN MENYUSUI : HUSBAND BLUE SYNDROME (BAGIAN 2)

Selamat pagi ibu-ibu muda dan calon ibu!. Masih menunggu cerita perjuangan menyusui? Hihihi *berasa artis.

Cerita menyusui memang saya bagi menjadi 4. Perjuangan 2 tahun, mana bisa diceritakan hanya dengan 1-2 halaman. Ini saja, banyak yang tidak diceritakan. Saya hanya menceritakan hal-hal yang mungkin akan dialami dan dirasakan oleh ibu-ibu yang lain.

Sepulang dari rumah sakit, perjuangan saya masih cukup berat. Fatih belum mau disusui, ia menangis dengan kencang sehingga terpaksa kami masih memberikan sufor yang dibeli sejak di rumah sakit.

Hati saya remuk redam. Setiap kali mencoba disusui, Fatih lebih sering menangis, mungkin dia lapar, sementara dia dan saya belum mahir dengan proses menyusui.

Saya berupaya untuk menjaga produksi ASI dengan mengompres, memijat dan memerah. Hasil perahan, saya masukkan botol dan diberikan ke Fatih. Bila suami di rumah, maka suami yang memberikan susu buat Fatih. Saya sebisa mungkin tidak memberikan susu buat Fatih, saya sakit hati sama botol, kok ya Fatih lebih memilih botol dari pada saya.

Semua gaya saya coba untuk menyusui Fatih, saya tidak perduli lagi dengan kondisi tubuh saya pasca caesar. Seringkali suami yang mengingatkan saya untuk berhati-hati dan beristirahat.

“Mama, tidur. Jangan memerah trus” atau “Kok merahnya sampai nafasnya ngos-ngosan?” atau “Mama, kakinya tidak boleh di tekuk. Awas nanti jahitannya bermasalah” dan masih banyak lagi.

Saya jadi tambah stres. Puncaknya akhirnya saya marah dan menangis dengan larangan-larangan suami.

“Ayah, cukup. Biarkan Mama berbuat apa saja, yang penting usaha Mama untuk membuat Fatih mau disusui Mama. Mama stress, kalau Ayah melarang-larang trus. Kalau ibu lain mungkin setelah melahirkan ada yang baby blue syndrome , Mama malah kena husband blue syndrome” dengan suara keras dan linangan air mata.

Soal baby blue syndrome, beberapa teman saya merasakannya. Apa sih baby blue syndrome? Dan apa yang dirasakan teman-teman saya?. Kapan-kapan lah akan saya bahas nanti hehehe. Nah, kalau husband blue syndrome, saya ngarang abis, saking jengkelnya  dengan larangan suami.

Selama hamil saya sudah bergabung di AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Saya menimba ilmu di sana tentang menyusui dan tumbuh kembang anak. Dukungan juga saya dapatkan dari anggota AIMI lain, termasuk permasalahan menyusui.

Saya sudah cukup banyak membaca kasus kesulitan menyusui dari anggota AIMI lain. Selama mencoba menyusui Fatih, saya juga membaca file-file di AIMI.  File dan gambar perlekatan yang benar, saya hafalkan hingga di luar kepala.


Sumber klik di sini

Gambar di atas adalah contoh perlekatan yang benar dan perlekatan yang salah saat bayi menyusui. Intinya adalah :
  • Dagu bayi menempel pada payudara ibu
  • Mulut bayi terbuka lebar
  • Bibir bawah membuka
  • Mulut bayi menutupi areola atau daerah hitam, sehingga tidak hanya putting saja yang masuk ke mulut bayi.

Bagaimana prakteknya? Ternyata tidak mudah. Berulangkali saya mencoba perlekatran yang benar, namun seringkali puting terlepas dari mulut Fatih dan saya harus mengulang dari awal lagi, sementara Fatih sudah kelaparan.

Saya menjadi kesulitan menyusui, karena puting saya terlepas dari mulut Fatih, atau Fatih melekatkan lidahnya ke langit-langit sehingga putting saya berada di lidahnya. Seringkali juga Fatih membuka mulut kurang lebar, sehingga putting saya yang lemas tidak seperti dot yang agak kaku terlepas lagi.

Teknik yang saya coba adalah, saya meletakkan jari di bawah puting untuk membantu memasukkan puting di atas lidah dan di bawah langit-langit.  Saya juga sambil sounding dengan Fatih, “Mas, ayo buka mulut yang lebar. Fatih kan anak mama, mimiknya ya sama mama, jangan mau sufor. Kita belajar bersama ya Nak”.

Kadang-kadang Fatih mau ngenyot sebentar, namun terlepas lagi. Begitu pun saya sudah senang sekali, setidaknya sudah ada kemajuan. Meski tenaga saya terkuras habis dengan upaya menyusui dan merawat Fatih, namun akhirnya semua terbayar.

Di hari ke 11, Fatih mau menyusui selama 1 sesi, hingga ia kenyang. Aaaahh, bahagianya saya sebagai ibu. Berasa keberadaan saya diterima oleh anak. Saya kemudian memutuskan untuk full menyusui Fatih dan meninggalkan sufor, padahal suami sudah membelikan 1 kotak untuk persediaan. Harganya lumayan juga 100 ribu hehehe. Ah, biarlah rugi dikit.


Selanjutnya, berjalan lancar dan bahagia terus kah, setelah bisa mengenyahkan sufor?Nantikan cerita selanjutnya ya..:D 

4 komentar:

  1. ditunggu lanjutannya...mak satu ini kayak sinetron aja ....biar pembaca penasaran ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..Mang ceritanya panjang Mak. Jadi nulisnya dicicil,

      Hapus
  2. Aku dulu nggak lama ngasih ASI utk 2 anakku karena sakit. Alhamdulillah dua2nya sekarang sehat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Lusi. Perjuangan seorang ibu tidak terbatas hanya menyusui :). Terima kasih sudah mampir

      Hapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati