Jumat, 31 Oktober 2014

KETIKA FATIH MENGELUH SAKIT PERUT

“Sakit Ma” tiba-tiba Fatih jongkok di tengah acara jalan-jalan sore kami.

“Sakit apa Mas?Sebentar lagi sampai rumah kok” ujar saya dengan wajah sedikit kuatir.

Sesampainya di rumah, kekuatiran saya ternyata masih berlanjut. Fatih tetap menangis memegang perutnya, bahkan dia memanggil ayahnya. Saya berusaha menghubungi HP ayah, sementara Fatih jongkok di depan rumah sambil memegangi perut. Beberapa kali dihubungi Ayah tak jua mengangkat telpon, sementara saya semakin bertambah panik karena suara tangisan Fatih semakin keras.

Akhirnya Yangti menyusul ke depan dan menggendong Fatih agar lebih tenang. Sementara saya bertambah panik melihat kondisi Fatih. Yangti dan Yangkung mengusulkan untuk memanggil tukang pijat bayi.

Saya lalu berlari ke belakang rumah, memanggil mbak sepupu yang rumahnya tepat di belakang rumah. Beberapa kali memanggil dan menghubungi HPnya tak jua mbak saya keluar. Justru suaminya ke luar dan menanyakan kepentingan saya. Saya menceritakan bahwa Fatih sakit perut dan saya memanggil mbak sepupu untuk meminta nomor telpon tukang pijat bayi.

Ternyata mbak sepupu tidak berada di rumah dan suaminya menjelaskan kalau menjelang magrib biasanya tukang pijat bayi tidak mau dipanggil, kecuali kalau rumahnya langsung didatangi. Haduh, lemaslah saya, bagaimana mau mendatangi tukang pijat, wong ayah belum balik dan Fatih menangis menahan sakit. Saya pun akhirnya kembali masuk ke dalam rumah.

Di ruang tengah, saya melihat Fatih masih merengek dalam gendongan Yangti. Ketika saya menawari untuk menggendongnya Fatih menolak. Sepertinya dia sudah nyaman dengan posisi seperti itu dan perutnya akan terasa sakit bila ia mengubah posisi.

Tak berapa lama, Ayah pulang. Saya kemudian menceritakan kronologi kejadiannya. Sama seperti saya, saat Fatih ditawari digendong Ayah, dia pun menolak. Posisi Yangti pun saat menggendong Fatih tidak berubah, sedikit merubah posisi Fatih kembali merengek.

Duh, hati saya saat itu gak karuan. Kasian sekali melihat Fatih dan teriris ditolak oleh Fatih. Saya kemudian berdiskusi dengan Ayah, mencari tukang pijat atau membawa Fatih ke dokter. Saat Fatih tadi jongkok kesakitan, saya sempat membuka celananya dan mendapati ada benjolan di dekat selangkangan kanan.

Beberapa hari yang lalu Fatih juga mengeluh sakit perut, akhirnya kami memutuskan membawa ke dokter untuk diperiksa. Saat mobil mau dijalankan, eh Fatih malah bilang dah ga sakit, minta jalan-jalan dan ga mau periksa ke dokter..weleh. Pertimbangan lain, mungkin Fatih kecapekan dan ada uratnya yang salah, sehingga lebih baik dipijat. Seandainya di bawa ke dokter, pasti dokter akan meminta menunggu perkembangan selanjutnya.  Akhirnya diputuskan untuk mencari tukang pijat dengan menghubungi istri dari sepupu.

Istri dari sepupu menjanjikan akan membawa tukang pijat ke rumah selepas magrib. Saya pun mengiyakan karena tidak memiliki pilihan lain. Singkat cerita selepas magrib Fatih dipijat. Pijatnya pun dilakukan setengah memaksa dan dia menangis. Siasat lainnya, Fatih dipijat sambil mimik ke saya.

Bagaimana kondisi Fatih setelah dipijat? Setelah dipijat Fatih tampak ceria, dia bahkan bernyanyi-nyanyi saat menjemput tante Dila dan mengantar Yangkung rawat inap di rumah sakit untuk menjalani operasi hernia. Tapi ternyata itu adalah kesalahan pertama saya. Kok bisa? Kelanjutannya akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.

4 komentar:

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati