Sabtu, 05 Desember 2015

Radang Gegara Abaikan Gigi Berlubang

Jangan sepelekan gigi berlubang
Pertengahan September, tiba-tiba suami bertanya,” Mah, apa aku sinus ya? Kok dari kemarin pilek gak sembuh-sembuh”

Saya mengernyitkan kening, memikirkan pertanyaan suami. Iya, sudah 2 mingguan suami pilek dan sudah 2 kali berobat ke dokter. Obat habis, pileknya kambuh. Tapi, sepanjang pernikahan kami, suami jarang banget pilek, bisa dikatakan tidak pernah pilek. Kok tiba-tiba pileknya gak sembuh-sembuh?.

“Gak mungkin ah Yah, kan Ayah jarang pilek. Dokternya bilang apa? Atau periksa ke spesialis aja deh”, saran saya.

Akhirnya setelah 2 kali berobat ke dokter umum menggunakan BPJS, suami memutuskan untuk berobat ke spesialis THT tanpa rujukan dari faskes 1. Habis dokter umum selalu mendiagnosis gejala pilek, tanpa mau merujuk ke spesialis. Bahkan dokter malah mengatakan kurang lebihnya seperti ini,”kalau BPJS itu membantunya kalau rawat inap Pak, kalau rawat jalan mending biaya sendiri”. Whaatt??

Diagnosis dari dokter spesialis mencengangkan. Kemungkinan sumber penyebab pilek suami adalah radang dari gigi berlubang. Memang suami sempat mengeluh giginya berlubang. Kayaknya sih sudah lama banget, tapi baru sempat ke dokter gigi sebelum mengeluh pilek. Sudah ditambal pula, tapi sepertinya terlambat. Menurut dokter kemungkinan gigi berlubang sudah radang hingga ke saluran pernafasan.

Suami kemudian dirujuk untuk rontgen kepala dengan fokus ke hidung. Seandainya memang berlendir, berarti diagnosis dokter benar.  Penanganan selanjutnya adalah pembersihan lendir. Upaya pembersihan lendir dilakukan dengan operasi kecil. Tidak ada rawat inap. Biaya operasi gak sampai jutaan, hanya 600 ribu *kata dokternya loh. Lendir disedot kemudian suami diperbolehkan pulang dengan membawa resep obat. Operasi dilakukan 2 kali, tentu waktunya berjarak.

Selesai penanganan dengan dokter spesialis THT, selanjutnya suami dirujuk ke dokter gigi. Saat memeriksakan gigi, dokternya sempat bertanya,” Ini tambalan kok jelek banget. Siapa yang menambal?”.

Aduh, itu tambalan dari dokter gigi menggunakan BPJS. Menambal dan mengobati gigi ternyata butuh 5-6 kali pertemuan. Kalau ditotal, biaya yang dikeluarkan suami kurang lebih 3 jutaan, dengan waktu berobat sekitar 2 bulan. Seminggu 1-2 kali suami meluangkan waktu selepas isya untuk berobat ke dokter spesialis THT dan gigi. Antrinya juga lumayan lama.

Ini nih, akibat menunda dan tidak meluangkan waktu memeriksakan gigi. Total biaya yang dikeluarkan plus waktu yang harus diluangkan jadi membengkak. Penderitaannya pun lebih berat. Gampang capek dan terserang pilek. Hidung berlendir dan badan pun demam.  Akhirnya ngefek ke pekerjaan dan waktu buat keluarga..duh.

Hikmahnya, suami dan saya menjadi lebih peduli dengan kesehatan gigi. Begitu ada yang gak beres dengan gigi segera periksa ke dokter. Catatan lagi periksa gigi rutin 6 bulan sekali  harus menjadi agenda yang penting. Gak mau kan gara-gara sakit gigi, anggota tubuh yang lain ikut sakit?

12 komentar:

  1. sakit gigi memang paling gak enak. Semua anggota tubuh rasanya jadi ikutan sakit

    BalasHapus
  2. Wah bahaya juga ya. Mingdep rencana mau ke dokter gigi sih tp kok ya ada libur pilkada ini jadi pengin pergi2 dulu, bersakit-sakit kemudian habis dr pergi aja ke dokternya :))

    BalasHapus
  3. Aku juga jarang ke dokter gigi, padahal adik sendiri yang jadi dokter. Anak-anak malah rutin periksa sama tantenya sejak kecil.

    BalasHapus
  4. Duuhh..gigi saya sudah ada yang berlubang luaamaaa banget mbak..ah semoga gak terjadi apa2
    ternyata berawal dari gigi berlubang anggota tubuh yang lain bisa ikutan sakit yaach :(

    BalasHapus
  5. gigi berlubang ternyata bikin masalah ya, mak. :( aku seringnya karang gigi, semoga aja ga sampe berlubang huhu

    BalasHapus
  6. Huhuu jadi inget masih punya gigi berlubang blm dicabut...thanks infonya mak...

    BalasHapus
  7. Sakit gigi memang membuat seluruh tubuh jadi ikutan sakit juga

    BalasHapus
  8. Bener juga ya mas, good info. Hal kecil juga memang harus diperhatiin biar ga jadi masalah ya mas.

    BalasHapus
  9. Bener juga ya mas, good info. Hal kecil juga memang harus diperhatiin biar ga jadi masalah ya mas.

    BalasHapus
  10. Jadi sadar, kapan ya terakhir kali periksa gigi saya?? :)

    BalasHapus
  11. Menurut saya sakit gigi itu seperti mendingan putus cinta dari pada sakit gigi...sakitnya ampun.

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati