Senin, 15 Desember 2014

KKL BROMO ALA BACKPACKER

Ada yang pernah Kuliah Kerja Lapangan(KKL)? Hampir semua yang pasti menjawab pernah. Jaman saya SMP, pas libur kenaikan kelas 3, saya KKL atau disebut karya wisata ke Jakarta. Seingat saya dulu nginap semalam di daerah TMII. Lokasi wisatanya di Monas, Dufan dan TMII.

Jaman SMA agak lebih jauh lagi, ke Bali. Lokasi kunjungan seingat saya ke Tanah Lot, Kuta, Sangeh, Bedugul dan masih ada beberapa tempat lagi. Pas kuliah S1 malah tidak ada KKL, kuliah S2 ada KKL ke Surabaya dan Bali, tapi saya absen, wes bosen ke Bali..hehehe.. orang tua saya kan pernah tinggal di Bali.

Semua acara karya wisata atau KKL yang saya ikuti ditangani oleh agen tour dan travel, jadi pendamping, yaitu guru atau dosen tinggal duduk manis selama perjalanan. Malah pas SMA ada guidenya yang bisa dikecengin..hehehe..Bagaimana kalau ditangani sendiri tanpa agen tour dan travel? Capek deh…Iya capeknya tiga kali lipat, tapi seru juga lho.

Nah, ditempat saya bekerja, pada tahun 2005 hingga 2010. KKL kami tangani sendiri. Mulai dari mencari lokasi KKL, masalah transportasi, konsumsi dan akomodasi hingga membuat anggaran biaya KKL. Kok ditangani sendiri? Ngirit ya. Itu memang menjadi salah satu poin, karena kita bisa menentukan sendiri harga yang kita mau, meski istilah ada harga ada rupa tetap berlaku.

Alasan utamanya, agak memalukan, karena jumlah mahasiswa yang ikut KKL cuma sedikit, paling sekitar 30an. Prinsip utama memakai tour dan travel, semakin banyak peserta KKL maka jatuhnya harga tiap orang menjadi lebih murah, karena ditanggung banyak orang. Kalau jumlah peserta KKL sedikit ya jatuhnya semakin mahal.

Tahun 2008, saya kebagian jatah jadi ketua panitia KKL. Lokasi KKL sudah ditentukan seputar Jawa Timur. Mulai dari membuat anggaran, mencari lokasi yang akan dikunjungi, penginapan hingga surat menyurat saya tangani sendiri. Ada sih yang membantu, sebatas pimpinan yang mengarahkan serta staf TU yang membantu masalah transportasi dan konsumsi.

Waktu itu berdasarkan arahan dari sekretaris fakultas, lokasi kunjungan diantaranya RSJ Malang, Bromo dan terakhir Dolly Surabaya. Untunglah ada si Mbah yang membantu saya. Mbah Google, jadi saya googling informasi mengenai RSJ Malang, Bromo dan LSM yang yang konsen di Dolly.

Langkah awal saya mencari PO bis yang akan disewa dengan bantuan staf TU. Kalau tidak salah dulu sewa seharinya hampir dua juta. Selanjutnya saya mencari informasi nomor kontak yang dihubungi. Setelah mendapatkan nomor kontak, saya menghubungi RSJ Malang dan menanyakan prosedur dan biaya administrasi untuk berkunjung ke sana sekalian minta dipesankan makan siang nasi dus.

Lokasi menginap diputuskan di Bromo. Anggaran yang terbatas membuat saya memutuskan untuk mencari informasi dengan kata kunci penginapan murah di Bromo. Dapatlah saya nomor kontak orang yang menyewakan rumah di sana. Seingat saya semalam 250 ribu rupiah dan bisa ditempati 10 hingga 15 orang. Murah kan, tapi jangan dibayangkan fasilitas hotel ya, tidurnya bak dendeng. Satu kasur ditempati 3-4 orang, ada juga yang tidur di sofa. Tidur berdempatan seperti itu ada untungnya, bikin badan hangat. Wong di Bromo dinginnya ga juamak *keluar logat entah dari mana.

Kesulitan saya temui ketika harus mencari LSM di Dolly. Gak mungkin kan kita kunjungan ke Dolly begitu saja, entar dikira pelanggan. Fungsi LSM juga sebagai narasumber yang lebih paham tentang kondisi Dolly dan isi di dalamnya. Setelah perjuangan yang cukup berat, mencari perijinan ke dinas terkait yang tak kunjung turun, akhirnya mendapat kontak pengurus LSM di sana.

Persiapan sudah beres, puncaknya capek ya saat pelaksanaan KKL. Kami berangkat jam 9 malam. Sesampai di RSJ saya duluan yang turun dan menyelesaikan administrasi. Selanjutnya perjalanan di teruskan ke Bromo. Sebelum tiba di Bromo, saya sudah menghubungi orang di sana yang mau menyewakan rumahnya. Saya dibantu sewa dua colt menuju lokasi Bromo. Bis besar hanya sampai di terminal, selanjutnya menuju kawasan Bromo, kami naik colt.

Kami tiba di penginapan menjelang magrib, atas saran pimpinan, kami menyewa guide untuk melihat matahari terbit di puncak Bromo. Sewa guide dulu sih 80 ribu, ada juga sewa kuda dan mobil menuju puncak, tapi ongkosnya jelas lebih mahal. Jam 2 dinihari kami sudah dijemput guide penduduk lokal. Bbbrrr, dinginnya bukan main, untunglah pas tidur cukup hangat, bukan karena tidurnya bak dendeng, tapi saya bawa sleeping bag..hehehe..

Setelah perjuangan yang cukup berat. Udara dingin yang membuat badan sampai sakit, kondisi yang gelap gulita dengan berbekal senter sampailah kami di puncak Bromo sebelum matahari terbit. Saya kemudian menyempatkan sholat subuh di tengah perjalanan menaiki tangga. Perjalanan pulang menuju penginapan. Kami sempat berfoto dengan bule *weleh kayak ga pernah ketemu bule.

Usai puas di Bromo, perjalanan dilanjutkan ke Dolly. Kami sempat muter-muter mencari alamat LSM. Maklumlah bukan orang  Surabaya.  Selepas magrib, kami baru diantar mengunjungi Dolly dan Jarak. Beberapa mahasiswa kemudian menyewa PSK di sana untuk diwawancarai.

Acara di Dolly sudah selesai, tibalah saatnya pulang. Sebelumnya kami sempat antarkan mahasiswa ke Mall untuk berbelanja. Kudus sih punya Mall, tapi pesona belanja di luar kota tetap menarik bagi mereka.

Kami tiba di Kudus keesokan pagi, dengan badan yang cuapeknya luar biasa. Seru kan, dan sesampai di rumah saya lanjut tidur lagi.

9 komentar:

  1. seru banget, jadi inget pas saya diculik dan mendadak diajak ke brmo hehehe

    BalasHapus
  2. Pengen ke bromo ka belum kesampaian.. Xixi...

    BalasHapus
  3. Seru ya.....
    Di Bromo dingin kayak apa sampai bawa sleeping bag ?????

    ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dingin banget Mak, kalau ga salah 6 derajat celcius

      Hapus
  4. Balasan
    1. Ayo direncanakan Mak. Kalau mau simpel sekarang banyak agen tour yang menyelenggarakn wisata ke bromo

      Hapus
  5. pengeen tapi ngga tqahan dingiin..*tipe anak pantai, tsaaah...hihihi

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati