Minggu, 26 Februari 2017

Menyapih Dengan Cinta dan Keras Kepala


Menyusui dengan cinta dan keras kepala, menyapih pun dengan cinta dan keras kepala.

Rasanya kontras ya, cinta tapi keras kepala. Tapi memang itulah 2 kunci saya dalam proses menyusui hingga menyapih.

Niat Menyusui = Cinta

Niat saya menyusui duo F karena saya mencintai mereka berdua. Cinta yang langsung tumbuh, saat pertama melihat Fatih. Cinta pula yang mendorong saya untuk menyusui Fatih hingga 2 tahun.

Begitu pula ketika Fattah mewarnai kehidupan saya lagi. Saya pikir, bisakah saya membagi 2 cinta? Namun nyatanya, cinta itu hadir lagi. Tanpa mengurangi cinta saya terhadap Fatih. Cinta itulah yang mendorong saya juga untuk menyusui Fattah hingga 2 tahun

Keras Kepala Selama Menyusui

Perjalanan cinta itulah yang tidak selalu mulus. Perjalanan menyusui sering membutuhkan keras kepala. Dua kali melahirkan, dua kali pula sesar. Saya tidak tahu proses melahirkan normal. Ketika selesai melahirkan sesar, butuh proses untuk pemulihan.

Usai melahirkan Fattah, saya baru boleh makan dan minum setelah mengeluarkan angin lewat belakang alias kentut. Itupun, saya baru boleh minum susu. Padahal sebelum melahirkan saya belum sempat sarapan dengan kenyang. Hanya beberapa kunyahan roti yang akhirnya saya hentikan karena persiapan sesar.

Segelas susu di jam makan, tentu tidak cukup bagi ibu menyusui seperti saya. Saat menyusui, porsi makan saya berlipat ganda. Di hari pertama, saya belum boleh duduk. Di hari kedua, belum boleh turun dari tempat tidur. Di tambah jahitan di perut, rasanya luar biasa. Terlebih sesar yang kedua, saya jalan terbungkuk-bungkuk hingga seminggu.

Dalam kondisi yang seperti itu, saya memilih untuk rawat gabung agar bisa ASI Ekslusif. Itulah, salah satu hal yang saya sebut keras kepala. Kondisi usai melahirkan seperti itu membutuhkan keras kepala.  Apapun kondisinya, saya tetap harus menyusui. Meski harus meringis menahan bekas jahitan. Atau menahan batuk yang menyerang pasca melahirkan.

Keras kepala juga dibutuhkan saat mendengar ucapan simpati dari perawat, “Sakit ya Bu?”.

“Ya lumayan Mbak, emang kenapa?” tanya saya.

“Gak apa-apa bu. Maksud saya kalau sakit, adiknya di ruangan perawat saja. Biar ibu bisa istirahat” jelas perawatnya.

Keras kepala juga dibutuhkan usai cuti melahirkan habis. Perjuangan memerah ASI di kantor tidak lah mudah. Konsisten dengan jadwal, kunci dalam menjaga produksi ASI. Padahal mungkin pekerjaan kantor banyak. Selain itu juga harus menguatkan diri saat menjadi orang pertama yang memutuskan untuk memerah di kantor.

Menyapih dengan Cinta dan Keras Kepala

Memulai dengan cinta dan mengakhiri dengan cinta. Itulah, alasan saya memilih menyapih dengan cinta. Menyapih dengan cinta adalah proses penyapihan dengan memberikan pengertian kepada anak bahwa dia sudah besar dan tidak membutuhkan mimik lagi (istilah saya). 

Menyapih dengan cinta tidak menggunakan media untuk mengolesi payudara dengan zat pahit, obat merah atau bawang seperti yang pernah dilakukan ibu saya. Tentunya menyapih dengan cinta butuh kesiapan dari keluarga, terutama ibu dan anak.

Tidak seperti Fatih yang sudah saya sosialiasikan di usia 1,5 tahun bahwa Fatih saat 2 tahun sudah tidak mimik lagi, sudah besar, sudah minum dari air di gelas. Fattah memulai proses komunikasi di usia menjelang 2 tahun.

Di usia 8 bulan Fattah sempat mengalami bingung putting, karenanya saya segera membuang dotnya dan mulai bonding lagi. Hingga di usia 1,5 tahun saya masih belum siap untuk mulai menyapih Fattah.

Selain itu, cara menyusui Fattah berbeda dengan Fatih. Saya selalu menyusui Fattah dengan duduk. Dia tidak mau disusui sambil tidur. Puas menyusui, Fattah langsung melepas payudara dan mengambil posisi tidur sendiri. Berbeda dengan Fatih yang setiap mau tidur harus mimik hingga dia tertidur.

Situasinya juga berbeda. Saat usia Fatih 20 bulan saya positif hamil, makanya saya lebih intens dalam menyapih Fatih. Sedang Fattah tidak dikejar apapun, hingga saya ingin lebih lama berdekatan dengannya.

Keras kepalanya di mana? Keras kepalanya ya tetap menyapih dengan cinta meskipun ada orang yang menyarankan harus segera disapih karena usianya sudah 2 tahun.

Saya bukan tidak berniat menyapih Fattah. Hanya saja, saya memilih cara yang perlahan, menunggu kesiapan Fattah.

Di jelang usia 2 tahun saja, Fattah masih mimik di mana saja. Tidak hanya di ruang keluarga, di dalam mobil pun dia masih minta mimik. Berbeda dengan Fatih yang jelang usia 2 tahun hanya mimik di kamar.

Cara perlahan saya sama dengan saat menyapih Fatih. Menetapkan hanya kamar sebagai tempat mimik. Membatasi durasi mimik dan berusaha mengalihkan perhatian dari mimik

Akhirnya di usia 2 tahun 3 bulan 12 hari, Fattah tidak mau lagi mimik. Pengalaman menyapih Fatih, membuat saya lebih santai menyapih Fattah. Saya yakin, saatnya dia siap, Fattah akan melepas aktifitas mimiknya.

O, ya kadang-kadang dia masih minta mimik. Biasanya saya alihkan dulu, kalau tidak berhasil saya tantang. Setelah ditunjukkan akhirnya dia hanya meringis saja. Tidak mau mencoba mimik lagi. Mungkin itu proses Fattah untuk berpisah dengan mimik.

Ah, akhirnya tunai sudah tugas saya sebagai ibu untuk menyusui duo F. Semoga jadi ladang amal dan anak-anak tumbuh dengan sehat. Aamiin.

4 komentar:

  1. Mbak Rizka tampilan blognya baru, makin endes tenan. Resik, apik.

    Soal menyapih, Kak Ghifa sekarang 18 bulan. Sesekali aku ajak omong kalo ntar usia 2 th dah nggak boleh mimik. Kalau di sini misal mau nyapih pada ke orang pintar, Mbak. Moga ntar Kak Ghifa pintar kayak Kak Duo F. Nyapih sendiri tanpa embel2 ke mbah dukun.

    BalasHapus
  2. Template anyar jooooo
    Horeeeeee selaamat dah 2 taun lebih nyusui
    Lulus s3. Semoga untuk raffa aku iso wwl ga kayak raffi tak kasih minyak kayu putih ben cepet :v krn wes g nyaman hamil

    BalasHapus
  3. aamim... semoga ibadah menyusui 2 F menjadikan mereka anak sholeh..amiin

    BalasHapus
  4. Salut dengan semangat menyusuinya, mba. Kalau aku menyapih secara alami aja, mba. Alhamdulillah lancar

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati