Senin, 16 Maret 2015

FATIH DAN KERETA FAVORITNYA (TERBIT DI REPUBLIKA)

Alhamdulillah, ini adalah tulisan kedua yang dimuat di media cetak. Jarak antara mengirim dan dimuatnya tulisan hampir 5 bulan *lama bener ya.  Jadi buat teman-teman yang tulisannya tak kunjung ada kabarnya, sabar saja ya. Mungkin memang daftar tunggunya yang panjang.

Bagi yang berminat mengirimkan tulisan, silakan kirim ke leisure@rol.republika.co.id. Naskah sekitar 2500 karakter. Jangan lupa sertakan foto diri beserta anak yang diceritakan. Pixel fotonya yang bagus ya, biar gambarnya tidak pecah. Di akhir tulisan disertakan nama, alamat, nomor telepon dan nomor rekening, O, ya jangan berharap dikabari bila tulisan dimuat. Monggo, ini versi aslinya.

MENGEJAR KERETA
“Itu namanya kereta api mas” jelas saya kepada Fatih sambil menunjuk tayangan kereta api di salah satu TV swasta.

Itulah perkenalan pertama Fatih, anak sulung saya dengan kereta api di usia menjelang 1,5 tahun. Responnya saat itu hanya mengangguk, namun rupanya di sore hari, dia kembali menanyakan kereta api yang lebih sering dia sebut dengan ‘tutut’.

Rengekan Fatih menanyakan kereta api terus berulang sehingga saya dan ayahnya mencari video tentang kereta api. Video ini kemudian diputar di laptop suami atau netbook saya di sore hari. Tak lama kemudian ayahnya berinisiatif membelikan mainan kereta api yang menggunakan baterai dan berjalan di atas rel.

“Ndak, ndak” itulah respon pertama Fatih dengan hadiah kereta api dari ayahnya.

“Gak apa-apa sayang, kan keretanya di rel. Gak akan nabrak Fatih” jawab saya.

Fatih memang takut dengan benda yang bisa bergerak sendiri. Awalnya dia hanya berani melihat kereta api dari jauh. Kami pun selalu memompa keberaniannya dengan pelan-pelan, hingga akhirnya dia mau mendekati mainannya bahkan ikut memasang keretanya.

Ketertarikan dengan kereta api tidak hanya melalui mainan, Fatih juga tertarik dan diperkenalkan kereta api melalui buku ensiklopedia dan buku dengan gambar tempel atau sticker. Saya memang sengaja memanfaatkan ketertarikannya dengan kereta api untuk memperkenalkan buku dan aktifitas menempel.

“Ini tutut apa Ma?” tanya Fatih sambil menunjuk gambar kereta api yang mengeluarkan asap di salah satu buku.

“Ini yang mengeluarkan asap, namanya kereta uap Nak. Kalau yang ini kereta listrik dan yang ini kereta cepat” jawab saya menjelaskan satu persatu gambar kereta api lain.

Fatih juga belajar bagian-bagian dari kereta api, seperti rel, roda dan masinis yang mengemudikan kereta api. Seringkali gambar atau tayangan kereta api yang dilihat menampilkan gambar-gambar lain, misal sapi, rumah, pohon, laut, terowongan dan sebagainya sehingga menambah wawasan yang lain. Ia juga mulai belajar mengenal warna melalui warna gerbong kereta.

Bermain kereta api juga mengembangkan kreatifitas Fatih. Tidak hanya belajar memasang rel dan kereta api, Fatih juga belajar membuat terowongan dengan media lego. Semula dia hanya bisa melepas lego, kemudian berkembang dengan bisa memasangkan lego meski masih dibimbing oleh ayahnya.

Setiap perjalanan ke luar rumah, Fatih sering bertanya tentang kereta api. Dia ingin melihat kereta api secara langsung. Akhirnya kami pun mengejar kereta api di beberapa perjalanan ke luar rumah. Kami pernah mendatangi pabrik gula rendeng dekat dengan rumah kami. Di sana Fatih melihat kepala kereta yang biasanya digunakan untuk membawa tebu ke pabrik.

Di Semarang kami berupaya mendatangi stasiun, namun urung karena untuk masuk ke stasiun melihat kereta harus memiliki karcis kereta. Alhamdulillah keinginan melihat kereta di stasiun terbayar ketika perjalanan ke Grobogan, meski hanya melihat kereta barang.

“Ma, naik kereta ini Ma” ujar Fatih yang kini berusia 28 bulan setiap kali melihat gambar atau video kereta api.

“Iya sayang, kereta ini adanya di luar negeri. Fatih jadi anak pintar dulu ya, biar bisa ke luar negeri dan naik kereta ini. Jangan lupa, kalau sudah di luar negeri ajak Mama ya” jawab saya sekaligus sebagai doa.  


10 komentar:

  1. Ammmiinnnn, kalo udah besar nanti Mas Fatih nyoba bullet train yah, pasti seneng deh hilir mudik dengan kecepatan super.

    BalasHapus
  2. Aamiin...

    Berarti kuncinya sabar dan ga patah semangat buat nulis ya Mak. Tfs ^_^

    BalasHapus
  3. Mirip anakku waktu dia masih kecil dulu. Sampe koleksi kereta api thomas segala dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin anak laki-laki banyak yang suka kereta ya Mbak Ade :)

      Hapus
  4. fatih suka naik kereta ya.. btw selamat mbak, tulisannya dimuat di republika :)

    BalasHapus
  5. Bagus mbak tulisannya,semakin tertarik dgn tulis menulis :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah mengunjungi blog ini. Saya senang menerima komentar yang baik dan membangun. Harap tidak meninggalkan link hidup.

Blog Design by Handdriati